Surabaya-Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) menggelar forum Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) dan Tata Ruang Seluruh Indonesia di Hotel Grand Dafam Surabaya, Jumat (24/11/2023). Hadir dalam acara itu Ketua Apeksi yang juga Wali Kota Bogor Bima Arya serta seluruh Kepala Bappeda dan Tata Ruang seluruh Indonesia.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan sambutan selamat datang karena Surabaya menjadi tuan rumah forum tersebut. Kala itu, Wali Kota Eri menyampaikan selamat datang di Kota Pahlawan. “Selamat datang di kota kami tercinta, di Kota Surabaya,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa mau tidak mau sebuah kota harus menata ruangnya karena pasti penduduknya padat. Salah satu contohnya yang sudah dilakukan di Kota Surabaya, yang mana terus mempertahankan ruang terbuka hijaunya meskipun merupakan kota metropolitan.
“Di Surabaya, RTH di sektor publik sebesar 20,1 persen dan RTH di sektor private sebesar 10 persen. Jadi, total ruang terbuka hijau di Surabaya mencapai 30 persen,” kata Wali Kota Eri.
Menurut Wali Kota Eri, ketika sudah menetapkan ruang terbuka hijau, yang berat adalah apabila ada sejumlah lahan yang bukan milik pemerintah kota, sehingga harus ada ganti rugi. Tapi kalau sudah milik pemerintah kota, maka langsung dijadikan tempat wisata seperti Kebun Raya Mangrove dan juga Wisata Romokalisari.
“Surabaya ini panas kan tapi hatinya tetap dingin karena kita buat wisata-wisata di aset-aset pemkot. Banyak yang bilang kalau tidak mungkin buat wisata mangrove dan wisata romokalisari, tapi buktinya sekarang bisa dilakukan,” tegasnya.
Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa Kota Surabaya kini bukan lagi hanya menjadi kota barang dan jasa. Namun lebih daripada itu, Surabaya bertumbuh menjadi kota yang juga menarik untuk dikunjungi karena wisatanya yang luar biasa, ada Taman Hutan Raya Mangrove yang konon taman hutan raya mangrove pertama di Indonesia, ada Wisata Romokalisari yang sudah ada jetskinya dan lainnya.
“Jadi, kita juga berusaha bagaimana kita bisa menarik wisatawan untuk berkunjung dan berwisata di Surabaya,” ujarnya.
Berbagai kebijakan dan tata ruang itu, tidak lepas dari peran Bappeda atau Bappeko yang telah merencanakan sebuah kota. Ia yakin teman-teman Bappeda itu luar biasa karena terus merencanakan kota menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
“Teman-teman Bappeda itu punya peranan penting dalam sebuah kota, apakah kota ini mau lebih baik atau mau kurang pas ke depannya, itu tergantung teman-teman Bappeda,” tegasnya.
Bagi dia, Bappeda itu harus tahu kekuatan anggaran dan juga harus menguasai data, seperti data kemiskinan, data stunting, pengangguran dan sebagainya. Makanya, di ruangan Wali Kota Eri dibuatkan monitor besar yang menjabarkan data-data Surabaya, mulai dari stunting, kemiskinan dan data-data lainnya.
“Data-data yang ada di ruangan saya itu juga sama dengan data yang ada di Bappeda. Saat ini saya bisa tahu berapa warga miskin di Surabaya, berapa anak stunting di Surabaya dan pengangguran. Saya tahu secara real time, termasuk serapan anggarannya saya tahu,” kata dia.
Wali Kota Eri menegaskan bahwa data-data ini penting untuk mempermudah Bappeda dalam melakukan evaluasi dan perencanaan serta mengambil kebijakan di tahun 2024. Oleh karena itu, ia berharap pertemuan kali ini bisa merubah sebuah kota menjadi sangat luar biasa dan bisa memberikan informasi data yang akurat kepada wali kota atau bupatinya.
“Karena kita sadar bahwa tujuan kita berada di sini, di bawah Apeksi adalah untuk mengangkat derajat warga kita di kota dan kabupaten masing-masing, untuk membahagiakan warga di kota kita masing-masing, dan inilah kekuatan Bappeda,” pungkasnya. (Ham)