Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah memberikan pekerjaan kepada 16 Kepala Keluarga (KK) eks penghuni kolong tol Kampung 1001 Malam, setelah dipindahkan ke Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) Sumur Welut, Senin (17/10/2022) lalu.
Untuk saat ini, sudah ada 12 orang yang telah diberi pekerjaan. Rata-rata, mereka bekerja di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya.
Salah satunya, Zulfa Rahmanita Rosidah, 19, yang bekerja di dapur permakanan Dinsos Surabaya. Kesehariannya, ia bekerja sebagai juru masak di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Griya Wreda Jambangan.
Zulfa sampai sekarang masih tidak percaya bisa bekerja di lingkup pemkot, setelah dirinya direlokasi ke Rusunawa Sumur Welut. Saat sebelum dipindahkan ke rusun, ia mengaku, sempat tak yakin dengan ucapan Wali Kota Eri Cahyadi dan Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya, Anna Fajriatin kalau akan diberi pekerjaan.
"Waktu Pak Wali ke sana (Kolong Tol 1001 Malam) bilang mau memberi pekerjaan itu, saya ragu. Sempat nggak mau awalnya, akhirnya ternyata benar diberi pekerjaan dan tempat tinggal layak," kata Zulfa, saat ditemui di Griya Wreda, Jumat (6/1/2023).
dulu, nelangsa rasanya, apalagi anak saya harus tidur di kolong jembatan," kata Aris.
Meskipun rasa ragu menyelimuti hatinya, setelah mendengar kabar akan ada pengosongan lahan. Rasa itu sudah tidak lagi ada, kini ia bersama dapat hidup layak bersama anak dan istrinya. "Dulu tinggal di kolong jembatan, sempat ditinggal istri saya. Alhamdulillah sekarang ternyata ada hikmahnya, saya bisa bahagiakan anak dan istri," ucap Asir sembari mengingat masa lalunya.
Kini dirinya bekerja di tempat sama seperti Zulfa, hanya saja berbeda tugasnya. Kesehariannya, Aris bekerja sebagai petugas kebersihan di UPTD Griya Wreda Jambangan. "Alhamdulillah terima kasih Pak Wali sudah diberi pekerjaan seperti ini. Lebih bersyukur lagi, keluarga kecil saya bisa utuh kembali," imbuhnya.
Senada dengan Aris, salah satu eks penghuni kolong tol 1001 Malam, Firmansyah turut berbahagia bisa diberikan pekerjaan yang lebih layak oleh pemkot. Nasibnya sama seperti Aris, bapak empat anak itu sebelumnya banting tulang demi menghidupi keluarganya dengan cara mengamen.
Bahkan kini, ia bersama istrinya Iin Indriyani, serta empat orang anaknya bisa hidup layak di Rusunawa Sumur Welut. "Dibanding kerjaan saya yang dulu dengan sekarang, jauh berbeda. Yang dulunya jadi pengamen dan terkadang sebagai pemulung, sekarang saya jadi petugas kebersihan di DLH Surabaya," ucap Firmansyah.
Sewaktu ia mengamen, ia tinggal di kolong jembatan tol, berdinding kayu triplek dengan ukuran petak kurang dari tiga meter. Tentunya untuk tinggal berlima, sangat tidak layak. "Setiap pulang kerja, mau rebahan saja sulit, apalagi buat tidur bersama istri dan anak saya," sebutnya.
Firmansyah tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur. Keinginan yang selama ini ia impikan, hidup lebih layak dan membahagiakan keluarganya pun terwujud. "Terima kasih Pak Wali (Eri Cahyadi), Bu Anna. Meskipun sebagai petugas kebersihan, saya yakin bisa membahagiakan keluarga saya dan menyekolahkan anak saya," pungkasnya.
Wali Kota Eri Cahyadi mengatakan, pada saat proses relokasi warga kolong jembatan tol di kawasan Kampung 1001 Malam pada saat itu. Bahwa pemkot tidak asal memindahkan warga dan menertibkan bangunan di kawasan itu. Akan tetapi, pemkot juga bertanggung jawab, memberikan jaminan perhatian kesehatan, pendidikan, dan penghasilan kepada warga yang dipindahkan ke rusunawa Sumur Welut. (Ham)