Surabaya, Newsweek - Sendy Krisna Puspitasari, staf
tenaga kontrak Dinas Pendidikan Kota Surabaya berhasil meraih gelar
doktornya pada ujian terbuka Program Studi Doktor Pengembangan Sumber
Daya Manusia Universitas Airlangga (UNAIR), Rabu (7/9/2022). Gelar
doktor berhasil diraih usai dirinya berhasil mempertahankan disertasinya
tentang pedagang kaki lima di Surabaya.
Dalam
ujian terbuka yang dipimpin oleh Prof.Dr.Rudi Purwono, S.E,M,SE., Sendy
mengangkat disertasi dengan judul: Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di
Sentra Wisata Kuliner Surabaya. “Melihat
kuantitas pedagang kaki lima di Kota Surabaya. Mereka memiliki ruang
sendiri. Ruang sendirinya ini yang melanggar secara ketentuan Pemerintah
Kota Surabaya. Untuk hal ini perlunya pemberdayaan dari segi ruang.
Dimana ruang tersebut bisa menjadi ajang mereka untuk melakukan usaha.
Manfaatnya bisa memberikan keamanan, kenyamanan dalam usaha di sentra
kuliner,” kata Sendy.
Atas dasar itulah, Sendy
menilai bahwa implementasi pemberdayaan pada para pedagang kaki lima di
sentra wisata kuliner di Surabaya ini bisa dikatakan berhasil sesuai
tepat sasaran. “Dalam arti pedagang dapat
memperdayakan dirinya yang sudah difasilitasi oleh pemerintah,” ujar
Sendy saat mempresentasikan disertasinya.
Setelah
menjawab rentetan pertanyaan dari 9 penyanggah dan 8 undangan akademik
yang salah satunya yakni Dr.(c) Dimaz Disianto, SH, MH, CPL, CPCLE,
akhirnya Sendy dinyatakan lulus dengan predikat memuaskan.
“Dengan
hasil rapat ujian terbuka gelar doktor ilmu Pengembangan Sumber Daya
Manusia, dan mempertimbangkan prestasi yang telah dicapai selama
pendidikan, maka dengan ini memutuskan disertasi diterima,” kata Rudi
Purwono.
Dengan kepastian ini, maka Sendy akhirnya disahkan menyandang gelar doktornya dalam ilmu Pengembangan Sumber Daya Manusia.“Kepadanya diberikan hak memakai gelar doktor, dengan hak dan kewajiban yang melekat pada gelar tersebut,” tegas Rudi.
Usai
menerima gelar doktor, Sendy mengatakan untuk menyelesaikan penelitian
dalam disertasi dirinya membutuhkan waktu selama 2 tahun. "Selama 2
tahun dan untuk penulisannya kurang lebih 6 bulan," kata Sendy.
Sendy
juga menjelaskan tujuan disertasinya dengan adanya pemberdayaan
pedagang kaki lima dapat membentuk pola pikir yang memotivasi individu
dalam menjalankan usahanya. "Jadi dalam disertasi saya ini lebih ke
SDM-nya,".
Dalam penelitiannya Sendy juga
mengalami beberapa kesulitan, salah satu saat pandemi Covid-19 yang saat
itu pemerintah sedang menggalakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB). Sendy harus ijin ke Perlindungan Masyarakat (Linmas) dan SatPol
PP untuk menemui para pedagang kaki lima. "Kesulitannya saat covid-19,
jadi harus ijin LINMAS, Satpol PP," kata wanita yang masih berusia 28
tahun ini.
Dalam kesimpulan disertasinya, Sendy
menyebut banyak keluhan pedangan kaki lima terkait aksesibilitas
ruangan, dimana masih adanya lokasi yang tidak strategis. "Yang akhirnya
para pedagang kesulitan mendapat pembeli," pungkasnya. (Ban)