Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga ( PKK ) dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Surabaya, terus berupaya mewujudkan keluarga sehat berkualitas dengan mengimplementasikan kesetaraan gender. Salah satunya, melalui layanan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga).
Oleh karena itu, masih dalam suasana peringatan Hari Perempuan Internasional, Puspaga menggelar Talkshow Ketahanan Keluarga dengan tajuk ‘Break The Bias’ yang digelar secara daring, Jumat (25/3/2022).
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan jenjang PAUD/SD/SMP/LKP/PKBM, pengawas dan pemilik PAUD Diknas, relawan KB dan Satgas PPA, penyuluh KB Kota Surabaya, komite sekolah dan paguyuban kelas.
Ketua TP PKK Kota Surabaya Rini Indriyani mengatakan, untuk mengimplementasikan kesetaraan gender di lingkungan keluarga, diperlukan pola asuh tepat, yakni dengan tidak memberikan perlakuan berbeda kepada satu anak dengan yang lainnya. Sebab, tugas utama orang tua adalah mampu memberikan perhatian kepada anak-anaknya.
“Maka komunikasi antara ibu dan ayah menjadi sangat penting, khususnya pada perubahan zaman seperti saat ini. Bahkan, sosok ibu bisa berperan menjadi sosok ayah,” ujar Rini di kantor Puspaga, Mall Pelayanan Publik (Siola) Lantai II.
Rini tak memungkiri, bahwa perempuan saat ini tidak hanya melakukan pekerjaan domestik, melainkan ikut membantu tulang punggung keluarga dengan bekerja di sektor publik. Maka, ia juga menjabat sebagai Ketua Bunda PAUD dan Ketua Dekranasda Kota Surabaya telah membuat program untuk pemberdayaan perempuan di Kota Pahlawan.
“Pertama, melalui Kader Tim Pendamping Keluarga, TP PKK telah melakukan kegiatan Gerakan Masyarakat Peduli Anak Stunting. Kegiatan tersebut, diantaranya melakukan pemberian makanan tambahan makanan, pendamping anak stunting, lomba Surabaya Emas, lomba cipta menu makanan sehat, dan baksos sembako untuk anak stunting,” ujar dia.
Kedua, pihaknya juga telah bekerjasama dengan salah satu stasiun radio untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, melalui program Mama-Mama Kreatif. Harapannya, melalui informasi tersebut bisa memberikan inspirasi, demi meningkatkan potensi di wilayahnya masing-masing.
“Ketiga, pada program Bunda Paud, setiap kecamatan dan kelurahan menggerakkan tenaga pendidik Paud, dengan memberikan pemantapan kepada orang tua terkait dengan polah asuh kepada anak usia dini. Serta, menggerakkan tenaga pendidik Paud untuk mempersiapkan PTM 100 persen di Kota Surabaya,” kata dia.
Keempat, pada program Dekranasda, dengan total 62 UMKM di Kota Surabaya, Pemkot Surabaya telah memberikan pelatihan untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan memfasilitasi pemasaran produk UMKM. Diantaranya, Surabaya Virtual Expo, Surabaya Fashion Week, Surabaya Kriya Galery (SKG), Bazar UMKM, dan sentra kuliner.
“Harapannya, para perempuan mampu menciptakan inovasi, agar dapat berkembang dan mampu memberdayakan masyarakat sekitar,” harap dia.
Sementara itu, Kepala DP3APPKB Kota Surabaya Tomi Ardiyanto menerangkan, Pemkot Surabaya berkomitmen untuk mendukung kesetaraan gender, dengan menggandeng lintas Perangkat Daerah (PD). Kedepannya, pihaknya akan mengadakan sosialisasi atau pelatihan kesetaraan gender, polah asuh dan parenting.
“Kami akan menggelar Puspaga Goes To School dalam rangka sosialisasi sekolah ramah anak dan anti bullying, serta pencegahan kekerasan pada anak di sekolah. Kemudian, Program Sekolah Orang Tua Hebat, dimana orang tua akan dilatih oleh tenaga psikologi terkait pengetahuan tentang pola asuh dan parenting, serta pelatihan Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, Bina Keluarga Lansia, dan webinar/talkshow seputar kesetaraan gender,” terang Tomi saat mengikuti kegiatan tersebut secara daring.
Ditemui di lokasi yang sama, Dosen Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Airlangga (Unair) Kota Surabaya, Tri Susanti menjelaskan bahwa konteks kesetaraan gender sering menghantui perempuan, terutama pada aktivitas kesehariannya. Menurutnya, masyarakat saat ini masih sering mengelompokkan perempuan dengan larangan atau aturan tertentu.
“Sering terjadi adalah masyarakat masih melihat tugas perempuan sebagai ibu rumah tangga. Padahal dalam kenyataannya saat ini, mereka turut mengambil bagian penting dalam memenuhi kebutuhan keluarga, terutama pada fungsi ekonomi keluarga,” jelas Tri.
Senada dengan hal tersebut, Psikolog Puspaga (Klinik dan Sekolah) Fatchul Munir mengatakan, tantangan pada zaman modern saat ini adalah terhadap akses informasi dan pengetahuan yang banyak mengalami perubahan. Dari perubahan situasi tersebut, orang tua diharapkan bisa merubah tujuan berkeluarga dengan memperhatikan ketahanan keluarga.
“Maka orang tua harus memperhatikan beberapa fungsi untuk menjaga ketahanan keluarga, yakni cinta kasih, agama, perlindungan, sosial budaya, ekonomi, sosialisasi, pendidikan, pembinaan lingkungan, dan reproduksi,” pungkas Munir sapaan lekatnya.
Sekedar informasi, apabila masyarakat Kota Surabaya membutuhkan konsultasi terkait dengan ketahanan keluarga, bisa menghubungi para konselor psikologi yang dinaungi oleh DP3PPKB melalui Hotline Puspaga di nomor 087722288959 atau Hotline Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak di nomor 08113345303 atau menghubungi Command Center 112. (Ham)