Surabaya- Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mensuport penuh urban farming dengan teknik hidroponik di Kota Pahlawan. Salah satunya, seperti yang ada di wilayah RW 04 Kelurahan Jemur Wonosari, Kecamatan Wonocolo.
Urban farming dengan teknik hidroponik bukanlah hal baru di Kota Pahlawan. Tapi yang membuat berbeda di sini, yaitu menggunakan teknologi Internet of Things (IoT). Teknologi itu dibuat dan dikembangkan oleh dua mahasiswa Teknik Elektro Universitas Kristen (UK) Petra, yakni Gregorio Diovani Wahanie dan Sih Kawuryan Yulianes Kufa.
Saat Wali Kota Eri menilik greenhouse di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Wanita Serpis RW 04 Kelurahan Jemur Wonosari, ia takjub dengan teknologi IoT buatan Gregorio dan Kawuryan. Teknologi ini dikontrol melalui aplikasi bernama 'SERPIS' yang berfungsi sebagai penyiraman, pengabutan dan pengaturan suhu di green house secara otomatis.
"Kita belajar betul, ternyata tanaman hidroponik ini akan jauh lebih bagus kalau ada pengaturan suhunya dan penyiraman air otomatis. Itu sudah dilakukan oleh teman-teman UK Petra dan Pak Rektor," kata Wali Kota Eri, Kamis (20/1/2022).
Wali Kota yang akrab disapa Cak Eri ini juga ingin nantinya aplikasi SERPIS bisa dikembangkan dan diterapkan di seluruh urban farming yang ada di Kota Pahlawan. Tujuannya, agar kualitas sayuran hidroponik yang dikelola oleh petani lokal Surabaya menjadi lebih baik lagi.
"Tugas kita, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, itu memastikan bahwa yang berinvestasi di kota Surabaya ketika membeli sayur, belinya di green house yang ada di kota ini. Misal hotel, rumah makan, apartemen, yang menyediakan makanan dengan sayuran, belinya di petani hidroponik Surabaya. Dengan catatan, kualitasnya harus baik sesuai dengan standarnya," papar Cak Eri.
Cak Eri yakin dengan adanya kolaborasi antara Pemkot Surabaya dengan perguruan tinggi, bisa menciptakan sayuran hidroponik yang sesuai dengan standar Internasional. Selain itu, juga akan meningkatkan penghasilan warga Kota Surabaya.
Disamping itu, Gregorio menjelaskan awal mula dia menemukan ide teknologi IoT buatannya ini. Aplikasi berbasis android yang menggunakan tenaga surya tersebut, secara keseluruhan dikendalikan lewat ponsel dengan jaringan internet. Mulai dari penyiraman pengabutan, pengaturan suhu udara dan pendeteksi kadar air, semuanya dapat dikendalikan dengan mudah dalam satu genggam.
"Suhunya bisa kita atur, misal di sini (green house) suhunya panas, secara otomatis bisa menyemprotkan kabut supaya tanamannya tidak layu dan tumbuh subur," kata Gregorio.
Ide ini muncul, setelah dua mahasiswa angkatan 2018 ini berdiskusi dengan ibu - ibu KRPL Wanita Serpis. Saat itu para KRPL Wanita Serpis mengeluhkan kurangnya kualitas tanaman hidroponik dan rusak. Hal itu disebabkan oleh suhu ruangan green house yang kurang sejuk.
"Dengan adanya alat ini, ibu - ibu sudah tidak lagi repot-repot menyirami tanamannya secara langsung. Jadi cukup dari rumah dengan menggunakan handphone sudah bisa diatasi," jelas Gregorio.
Sayuran yang ditanam dengan teknik hidroponik oleh ibu - ibu KRPL Wanita Serpis ini bervariasi. Mulai dari sayur Samhong, Selada Air, Selada Romaine, Bok Choy, Sawi Hijau dan masih banyak lainnya.
Di lokasi yang sama, Ketua Kelompok Tani RW 04 Jemur Wonosari, Yuniarti mengaku pekerjaannya menjadi lebih mudah dengan aplikasi ini. Bahkan, hasil panen sayur hidroponik KRPL Wanita Serpis kini menjadi jauh lebih baik.
"Dulu hasilnya sangat kurang, bahkan ada yang kering. Sekarang 90 persen sayurannya segar seperti ini. Banyak, warga sekitar yang pesan sayur di kami, selain segar, sayuran yang kami kelola bebas pestisida," pungkas Yuniarti. (Ham)