Surabaya- Banyaknya pasien Covid-19 yang mengalami saturasi oksigen dan drop serta mengalami sesak nafas bahkan, kelangkaan tabung oksigen yang terjadi di Indonesia tak terelakan dan tidak sedikit pasien yang meninggal dunia.
Recta Geson pakar probiotik sekaligus direktur PT Agro Mitra Alimentare mengatakan, Pertama, saturasi oksigen drop karena terjadi pneumonia, radang pada paru-paru. Radang pada paru mengibatkan terjadi edema sehingga pertukaran gas dalam gelembung paru/alveolus terganggu. Oksigen dari udara sekitar atau bahkan pada pneumonia berat dipompa dari ventilator pun tidak dapat diserap.
"Dalam kondisi ini, lanjut Recta Geson pakar probiotik sekaligus direktur PT Agro Mitra Alimentare, usus menggantikan paru. Oksigen diproduksi dan diserap oleh usus. Phototrophic Bacteria yang merupakan salah satu konten multistrain probiotik dlm PRO EM1 bisa memproduksi oksigen selama 24 jam dan membersihkan gas dan zat beracun dalam usus," ujar Recta Geson.
Masih Recta Geson, kedua Biosurfactant yang terkandung di dalamnya akan merusak dinding dan spike protein/duri coronavirus ketika terjadi kontak denga PRO EM1.
"Dinding dan duri coronavirus varian apapun selalu terdiri dari lemak dan protein. Lemak akan larut apabila terjadi penyabunan oleh biosurfaktan sehingga dinding virus menjadi bocor dan duri virus mrotol. Jadi biosurfaktan mampu meng inaktivasi semua varian coronavirus", kata Recta Geson.
Oleh karena itu, kata Recta Geson, dengan menyemprot PRO EM1 pakai Nano Spray akan terjadi inaktivasi coronavirus yg berada dalam saluran pernafasan sampai paru. Dengan minum PRO EM1 akan menginaktivasi coronavirus dalam darah sampai organ.
Ketiga, PRO EM1 mengandung Antiinflamasi yang kuat seperti gingerin, embelin, 16 alpha-dehydroxysterone, diallyl sulfide yang mampu mencegah terjadi badai sitokin penyebab peradangan hebat. Badai sitokin pada paru mengakibatkan terjadinya ARDS atau gagal nafas.
Keempat, dalam uji klinik yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo terbukti PRO EM1 memodulasi respon imun/sitokin menjadi seimbang. Yakni antara sitokin proinflamasi dengan sitokin antiinflamasi.
Seperti kita ketahui bahwa infeksi COVID-19 memakan korban pada orang yang memiliki masalah respon imun. Pada orang dengan masalah respon imun rendah (sitokin antiinflamasi dominan), maka coronavirus berbiak menjadi banyak tidak terkendali sehingga mengakibatkan infeksi hebat penyebab kerusakan paru-paru dan organ lain.
Recta Geson menambahkan, demikian pula pada orang dengan respon imun berlebihan (dominasi sitokin proinflamasi) akan terjadi badai sitokin setelah terpapar coronavirus. Keradangan yang hebat akan merusak paru-paru dan organ lain.
"Orang yang memiliki respon imun seimbang akan bisa hidup damai berdampingan dgn COVID-19. Apabila terpapar coronavirus tidak terjadi keradangan hebat akibat badai sitokin dan tidak terjadi infeksi hebat. Sitokin proinflamasi yang dimodulasi PRO EM1 akan mengaktivasi NKCell untuk mencari dan memfagositosis coronavirus", pungkas Recta Geson. (Ham)