Surabaya – Calon Wali Kota dan Calon Wali Kota (Cawali-Cawawali) Surabaya, Machfud Arifin dan Mujiaman, kini ”berbalik arah” memuji Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini setinggi langit. Padahal, sebelumnya dalam setiap kesempatan, Machfud-Mujiaman selalu mengkritik keras wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan tersebut.
Perubahan 180 derajat sikap Machfud Arifin ini dinilai pengamat komunikasi politik dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Andri Arianto, sebagai kegagalan membangun identitas politik. Sehingga publik akan memberikan kesan plin-plan kepada Machfud Arifin-Mujiaman.
“Berubahnya sikap yang sangat frontal ini perlu dipertanyakan. Kenapa kok bisa?. Kalau saya melihatnya karena Machfud Arifin gagal membangun identitas politiknya. Sejak awal, langkah tim Machfud Arifin sudah ambigu,” ujar Andri, dikonfirmasi, Senin (30/11/2020).
Andri mengatakan, perubahan sikap Machfud tak lain karena viralnya video nyanyian ”Hancurkan Risma Sekarang Juga” yang dinyanyikan oleh para pendukung Machfud-Mujiaman. Hal itu dinilai Andri sebagai kesalahan fatal.
Andri melihat, dalam narasi yang dibangun Machfud Arifin memang tidak sinkron dengan realitas di masyarakat. Hal ini bisa saja terjadi, karena dalam elit politik pendukung Machfud ada barisan yang sakit hati kepada Risma, sehingga mengusung politik pecah belah.
“Mungkin elit politik pengusung Pak Machfud ada unsur kebencian kepada Bu Risma, sehingga konsep identitas politiknya adalah menyerang. Namun setelah itu dilakukan, realitas masyarakat tidak demikian. Masyarakat Surabaya tidak suka walikotanya dijelek-jelekkan atau dianggap gagal, karena secara factual lebih dari 90 persen warga puas dengan kinerja Risma,” ungkapnya.
Atas kegagalan membangun identitas politik ini, lanjut Andri, sangat merugikan Machfud Arifin. Pemilih yang belum memberikan keputusan atau suara mengambang, pasti akan lari dari Machfud Arifin. Bahkan yang sebelumnya akan memilih Machfud Arifin bisa saja pindah ke Eri Cahyadi.
Terkait manuver Machfud dan tim pendukungnya yang kini memuji Risma dengan memproduksi video dan baliho ”Bela Risma, Menangkan MA (Machfud Arifin)”, menurut Andri, hal itu malah merupakan blunder. Sebab, warga akan melihat inkonsistensi sikap kandidat dan para pendukungnya.
“Saya sudah melihat video terbaru, ibu-ibu pendukung Machfud Arifin menyanyikan lagu “Bela Bu Risma”. Itu tampak tidak natural, sangat kelihatan kalau di-setting. Nasi sudah menjadi bubur. Apakah itu efektif ? Saya kira tidak,” tegasnya. ( Ham)