Surabaya- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dan jajaran TNI-Polri menggelar apel kesiapsiagaan bencana di Balai Kota Surabaya, Jumat (13/11/2020). Apel tersebut dipimpin langsung oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan hadir pula Kapolrestabes Surabaya, Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, jajaran TNI dan beberapa Wakil Ketua DPRD Surabaya, camat dan jajaran Pemkot Surabaya.
Saat itu, Wali Kota Risma bersama Forkopimda juga menyempatkan waktu meninjau langsung alat-alat kesiapsiagaan bencana yang dipajang di halaman Balai Kota Surabaya. Bahkan, jajaran Forkopimda ini juga menyempatkan waktu meninjau salah satu lokasi posko yakni Posko Sentra Ikan Bulak yang terletak Kecamatan Bulak, Surabaya.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma menyampaikan, bahwa sebenarnya setiap tahun dia selalu rutin menggelar apel kesiapsiagaan semacam itu. Namun, kali ini sesuai ramalan BMKG maupun BNPB, ramalannya cukup berat.
"Karena itu, kami mohon kepada semuanya saja, terutama petugas-petugas yang ada di pos-pos, harus selalu siaga," kata Wali Kota Risma dalam sambutannya.
Bahkan, ia juga berharap ketika bertugas di lapangan harus selalu menghindari dan mengingatkan rekan-rekannya dan warga untuk tidak berteduh di bawah pohon. Yang paling penting pula, jangan sampai memegang tiang listrik dan tiang PJU.
“Kita juga harus selalu mengingatkan warga yang ada di tepi sungai untuk tidak berada di sungai ataupun mandi di sungai, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi saat itu. Kita harus selalu mengingatkan warga terutama anak-anak,” ujarnya.
Presiden UCLG Aspac ini juga menjelaskan bahwa warga yang ada di pesisir pantai atau para nelayan, mungkin satu minggu ini akan terasa berat, karena para nelayan itu tidak bisa berlayar akibat ombaknya yang cukup tinggi dan gelombangnya cukup tinggi pula. “Saya juga sudah ingatkan untuk tidak berlayar dulu sementara waktu,” ujarnya.
Ia juga mengaku sedang menyiapkan training apabila sewaktu-waktu ada bencana gempa bumi di Kota Surabaya. Apa yang harus dilakukan ketika berada di rumah. “Kalau tiba-tiba ada bencana gempa bumi, kalau sedang berada di rumah, kita harus berlindung di bawah meja atau kalau bisa keluar dari rumahnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi, kita harus lari ke tempat yang lebih tinggi,” tegasnya.
Wali Kota Risma menegaskan bahwa sebenarnya Surabaya tidak dilewati jalur gempa bumi dan tsunami itu, tapi ia tetap berharap mereka harus selalu waspada. Sebab, jika dia hitung, nanti tetap akan berpengaruh pada pesisir Kota Surabaya. “Oleh karena itu, kita harus tetap waspada dan mari kita semua siaga sambil kita memohon kepada Tuhan, meminta perlindungan dan meminta ampun segala kesalahan yang pernah kita lakukan,” ujarnya.
Di samping itu, ia juga mengaku sudah menyiapkan delapan pos pantau di pesisir Surabaya, yaitu di Rumah Pompa Balong, Rusun Romokalisari, Sentra Ikan Bulak, Eks Rumah Pompa Wonorejo II, SMPN 30 Medokan Semampir, Kecamatan Gunung Anyar, Kelurahan Sumberejo, dan Kelurahan Karang Pilang.
"Jadi kita ada delapan posko Yang ada di tepi pantai. Tapi di pos-pos kita punya kurang lebih sekitar 30 posko di dalam kota dan ada pula posko yang terletak di kecamatan serta kelurahan,” ungkapnya di sela-sela peninjauan di Posko Sentra Ikan Bulak yang terletak Kecamatan Bulak, Surabaya.
Di posko tersebut, rombongan Forkopimda ini juga melakukan pengecekan peralatannya, mulai perahu karet, pelampung, penerang (lighting), generator, pengeras suara hingga air mineral. Saat itu, ia menyebut, telah melakukan simulasi di delapan posko tersebut. “Itu kita muter ada simulasinya. Untuk mekanismenya, nanti akan ada laporan. Petugas sudah dibekali HT. Kemudian setelah laporan itu masuk, misalnya dari masyarakat merekalah yang gerak cepat,” paparnya.
Untuk itu, Wali Kota Risma mengimbau agar saat terjadi sesuatu, masyarakat diminta dapat mengikuti apa yang sudah diberikan saat pelatihan khususnya bagi warga yang tinggal di wilayah pesisir. Wali Kota Risma menegaskan, sebetulnya pelatihan itu sudah pernah dilakukan. “Tapi kita ulang lagi supaya tidak lupa,” tambahnya. ( Ham)