Surabaya - Wali Kota
Surabaya Tri Rismaharini beserta jajarannya menerima kunjungan kerja dari
jajaran Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
pusat di rumah dinasnya, Senin (24/20/2020). Hadir pada kunjungan itu adalah
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dan jajaran kepala stasiun BMKG Jawa Timur.
Pada kesempatan itu,
Wali Kota Risma menyampaikan bahwa suhu di Kota Surabaya mengalami penurunan
hingga dua derajat Celsius. Pada saat awal-awal menjabat Wali Kota Surabaya,
suhu di Surabaya di kisaran 30-31 derajat celcius.
Namun, banyaknya
pembangunan ruang terbuka hijau, lambat laun suhunya semakin turun hingga 28-29
derajat celcius.
"RTH ini terus
ditambah, sampai suatu saat nanti, suhu Surabaya bisa mencapai 22 derajat
celcius," papar Wali Kota Risma
Dia mengakui, akan
terus menambah ruang terbuka hijau di Surabaya hingga mencapai 30 persen RTH
untuk publik. Bagi dia, target itu sangat realistis mengingat Pemerintah Kota
(Pemkot) Surabaya terus memanfaatkan lahan-lahan kosong dan sepadan sungai
untuk dijadikan taman.
"Target kami
memang 30 persen luas wilayah Surabaya terdiri dari RTH untuk publik, supaya
terus turun suhunya," tegas dia.
Berdasarkan data
hingga tahun 2018, luas RTH di Surabaya 7.290,53 hektar atau sama dengan 21,79
persen dari luas wilayah Kota Surabaya.
Total tersebut terdiri
dari luas RTH Makam sudah mencapai 283,53 hektar, RTH lapangan dan stadion
355,91 hektar, RTH telaga atau waduk atau bozem 192,06 hektar, RTH dari fasum
dan fasos permukiman 205,50 hektar, RTH kawasan lindung 4.548,59 hektar, RTH
hutan kota 55,81 hektar, RTH taman dan jalur hijau (JH) 1.649,10 hektar.
“Jumlah ini semakin
banyak di tahun 2019 hingga saat ini, karena kami terus mengembangkan
ruang terbuka hijau itu,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sangat
mengapresiasi turunnya suhu di Kota Surabaya. Saat di berbagai negara
berlomba-lomba menekan suhunya, supaya tidak naik hingga 2 derajat Celsius, di
Surabaya fenomenanya malah terbalik, malah ada penurunan hingga 2 derajat
Celsius.
“Ini sesuatu yang
sangat fenomenal dan benar-benar langka apabila kita cari di belahan bumi mana
pun. Sehingga ini perlu diapresiasi setinggi-tingginya,” ujar Dwikorita.
Masih Dwikorita,
fenomena di Surabaya ini sangat unik. Sebab, meskipun di Surabaya ada industry
dan transportasi, tapi suhunya berhasil ditekan. Makanya, ia menyampaikan bahwa
informasi semacam ini sangat perlu disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia.
“Harus banyak orang
yang belajar dari sini. Ini penghargaan kepada Bu Wali yang telah sukses
beradaptasi dalam mengatasi perubahan iklim global. Ternyata rahasianya sudah
dibongkar juga tadi, yaitu penghijauan, penghijauan dan penghijauan,”
ungkapnya.
Terlepas dari semua
itu, Dwikorita menyampaikan bahwa, salah satu tujuan datang ke Surabaya adalah,
untuk menyerahkan Buku Katalog Gempa Bumi kepada Wali Kota Risma. Buku Katalog
itu terdapat data gempa bumi yang pernah terjadi di Indonesia dari tahun 1800.