Surabaya - Pemerintah
Kota (Pemkot) Surabaya terus memberikan perhatian serius pada situs atau
bangunan peninggalan sejarah. Terbaru, Pemkot Surabaya melakukan renovasi pada
kompleks makam Ki Ageng Pengging yang berada di Jalan Ngagel No. 87 Surabaya.
Setidaknya ada 28 makam yang ada di dalam kompleks pemakaman yang memiliki luas
sekitar 20x20 meter tersebut.
Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya, Antiek Sugiharti mengatakan,
untuk langkah awal, kompleks pemakaman tersebut bakal ditetapkan dahulu sebagai
cagar budaya. Pihaknya mengaku sudah bertemu dan berkoordinasi dengan ahli
waris atau pemilik persil.
"Baru mau kita
proses ke cagar budaya. Kami baru ketemu ahli warisnya, dan mereka setuju akan
hal itu," papar Antiek, Minggu (26/1/2020).
Namun demikian, kata
Antiek, sebelum kompleks pemakaman itu ditetapkan sebagai cagar budaya, Pemkot
Surabaya membutuhkan berkas-berkas sebagai pendukung. Makanya, pihaknya akan
terus berkoordinasi dengan ahli waris dan pakar sejarah.
“Kalau dihibahkan kan
kita butuh berkas-berkas pendukung untuk kemudian kita jadikan cagar budaya.
Kita komunikasikan terus dengan pihak ahli waris,” tandasnya.
Setidaknya ada 16
makam yang sudah tercatat di dalam kompleks pemakaman tersebut. Yakni, Ki Ageng
Pengging, Mbah Endang, Mbah Wali Peking, Mbah Aji Rogo, Mbah Wongso, Mbah
Prabu, Mbah Purbo, Mbah Suryo Kuninga, Mbah Boyo, Mbah Ronggo, Mbah Moh. Kojin,
Mbah Saleh, Mbah Ibrahim, Mbah Sapu Jagat, Mbah Sigit dan Mbah Kafal Buntung.
Sedangkan 12 makam lainnya, masih belum diketahui sejarahnya.
Camat Wonokromo, Tomi
Ardianto menyampaikan, awalnya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini beberapa kali
melewati Jalan Ngagel dan melihat adanya kompleks pemakaman. Kemudian, pihaknya
mendapat instruksi untuk melakukan survey dan mencari informasi ke lokasi
tersebut.
“Setelah kita survey
bersama Ibu Lurah Ngagel dan bertemu dengan juru kunci makam, ternyata ada
Makam Ki Ageng Pengging di situ,” kata Tomi.
Di samping itu, kata
Tomi, di kompleks pemakaman tersebut juga terdapat 27 makam lain. Jika ditotal,
ada 28 makam, 16 sudah tercatat dan 12 belum. Makam tersebut, diduga masih ada
keturunan atau hubungan dengan Prabu Brawijaya V dan para pengawal Kerajaan Majapahit.
“Kondisinya waktu kita
survey, pohonnya masih rimbun dan banyak dedaunan. Akhirnya kemudian kita
lakukan kerja bakti bersama,” ungkapnya.
Untuk langkah
selanjutnya, Pemkot Surabaya kemudian menggadakan rapat pertemuan dengan ahli
waris atau pemilik persil bersama pakar sejarah.
Dari hasil pertemuan
itu, Tomi menyebut, pihak keluarga atau ahli waris, menyambut baik rencana
pemkot menjadikan kompleks pemakaman itu sebagai cagar budaya. Bahkan, ahli
waris juga siap menghibahkan persil tersebut kepada Pemkot Surabaya.
“Pihak keluarga
menyambut baik dan bersedia menghibahkan. Mereka juga menyetujui jika kompleks
makam itu dijadikan cagar budaya. Ini sudah proses berjalan renovasi, jadi
beberapa mulai diperbaiki, seperti atap dan akses jalan,” jelasnya.
Mashuri adalah orang
yang diberi mandat oleh ahli waris sebagai juru kunci kompleks pemakaman
tersebut. Selama 7 tahun, Mashuri dipercaya untuk menjaga dan merawat kompleks
pemakaman itu.
Menurutnya, dalam
sejarah makam, nama-nama yang tertulis di batu nisan adalah nama kiasan. Jika
dalam istilah jawa pewayangan, disebut ‘Samar’.
"Pengging adalah
wilayah, nama sebenarnya Kebo Kenongo (Ayah dari Joko Tingkir). Sedangkan
nama-nama di luar punden, adalah orang-orang pelindung kerajaan atau disebut juga
prajurit,” kata Mashuri. (Ham)