Surabaya- Kunjungan
kerja ke luar negeri selama tiga hari, 15-17 Oktober 2019. Dalam lawatannya ke
luar negeri itu, Wali Kota Risma akan menjadi pembicara di forum United Nations Emergancy Children’s Fund
(UNICEF) – Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang bertajuk Child Friendly Cities
Summit.
Di forum yang digelar
di Kota Cologn Jerman itu, Wali Kota Risma akan menjadi pembicara di hari kedua
pada Rabu (16/10/2019), dalam sesi pleno Building Child Responsive Cities and
Communities. Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma akan menyampaikan konsep dan
strategi Kota Layak Anak yang telah diterapkan dan diraih oleh Kota
Surabaya.
Kepala Bagian Humas
Pemerintah Kota Surabaya Febriadhitya Parajarata mengatakan forum itu akan
dihadiri oleh berbagai perwakilan kepala daerah dari negara-negara di belahan
dunia. Khusus Indonesia, hanya Kota Surabaya dan Surakarta yang mewakili forum
internasional ini, sebab kedua kota ini sudah diganjar Kota Layak Anak (KLA)
oleh pemerintah pusat.
“Jadi, ini konferensi
tingkat dunianya yang dihadiri oleh kota-kota layak anak. Di forum itu, Bu Wali
akan menyampaikan konsep Kota Layak Anak versi Surabaya, mulai dari pembangunan
sumber daya manusianya, pembangunan fisik dan berbagai strategi kota layak
anak,” kata Febri.
Selain menjadi
pembicara, keesokan harinya, Kamis (17/10/2019), Wali Kota Risma akan bertemu
dengan Regional Director for
East Asia and the Pacific Karin Hulshof. Pertemuan ini akan membahas tentang
acara growing up urban seperti yang telah digelar di Kota
Surabaya tahun 2018 silam.
“Bu Karin ini sudah
berkali-kali ke Surabaya dan tahu betul bagaimana Bu Wali membangun Surabaya
jadi kota layak anak, sehingga dia ingin meminta saran Bu wali untuk menggelar
acara serupa seperti yang telah digelar di Surabaya,” tegasnya.
Di samping itu semua,
yang paling menarik dari kunjungan Wali Kota Risma ke Jerman adalah
bersama-sama dengan salah satu anak berprestasi dari Kota Surabaya, yaitu
Bintang Aryananda. Siswa Kelas IX SMP
Negeri 1 Surabaya itu dipilih mewakili Surabaya dan Indonesia setelah menjadi
pemenang foto terbaik saat mengikuti Workshop Fotografi Urban Growing
Surabaya pada 5-9 Agustus 2019 lalu.
“Nanti, Bintang ini
akan mengikuti forum yang semua pesertanya anak-anak dari perwakilan
negara-negara. Bintang juga akan menggelar pameran fotografi yang dapat
menggambarkan kota layak anak di Surabaya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala
Perwakilan UNICEF wilayah Pulau Jawa Bali Arie Rukmantara membenarkan bahwa
Bintang akan menggelar pameran foto hasil karya 21 anak yang ikut workshop di
Surabaya. Bahkan, Bintang juga akan mendiskusikan pentingnya fotografi untuk
menyalurkan aspirasi anak-anak. Sebanyak 100 anak dari 88 kota yang ada di 80 negara akan ambil
bagian pada kegiatan tersebut.
“Jadi, ada banyak cara
untuk menyampaikan aspirasi. Tidak harus dengan demonstrasi atau berdebat. Foto
juga media yang powerful bisa juga menyampaikan aspirasi sekaligus
mempromosikan Indonesia ke dunia," kata Arie.
Menurut Arie, secara tidak langsung, hasil karya anak-anak
Surabaya ini juga mewakili Wali Kota Risma menjelaskan kondisi Kota Surabaya
sebagai Kota Layak Anak di Indonesia. Ini juga seakan memastikan bahwa Kota
Layak Anak yang diraih Surabaya tidak hanya terbaik di Indonesia, tapi juga
terbaik di tingkat dunia.
“Apalagi nanti Bu Risma akan menjadi pembicara untuk menjelaskan
detail tentang pembangunan Surabaya sebagai kota layak anak. Ini bukti nyata
bahwa Surabaya terbaik,” kata dia.
Bintang Aryananda,
Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Surabaya sangat senang terpilih sebagai pemenang di
Workshop Fotografi Urban Growing Surabaya. Bahkan, ia mengaku tidak pernah
menyangka prestasinya itu akan mengantarkannya mengikuti acara Child Friendly
Cities Summit di Jerman.
Anak ke dua dari
pasangan Wahyu Wicahya (51) dan Liz Ariestiana (49) yang tinggal di Kawasan
Peneleh II No. 50, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng ini bercerita telah
melakukan serangkaian persiapan sebelum berangkat ke Jerman pada Sabtu
(12/9/2019). Mulai dari kesiapan fisik hingga persiapan mental.
“Untuk persiapan
fisik, saya sudah mempersiapkan apa saja yang harus dibawa untuk berangkat ke
sana dan apa saja yang harus diperhatikan,” tutur Bintang.
Bertemu dengan
anak-anak dari sejumlah negara, tentu membutuhkan kecakapan berbahasa.
Komunikasi yang lancar dengan sejumlah delegasi bisa dilakukan jika menguasai
bahasa internasional, yakni Bahasa Inggris.
Bintang mengaku,
sangat fasih berbicara Bahasa Inggris. Ia juga mengaku kefasihan itu bukan dari
kursus, melainkan belajar secara otodidak. Caranya, dengan sering membaca-baca
buku Bahasa Inggris, dan terbiasa membuka internet. “Kalau di internet, saya
biasa nonton orang-orang berbahasa Inggris. Jadi, saya lancar Bahasa Inggris
karena kebiasaan,” ungkapnya.
Tak hanya kemampuan
bahasa, materi lain yang jauh-jauh hari dipersiapkan Bintang adalah berkaitan
dengan pemahaman terhadap Kota Ramah Anak. Ia mempelajari tentang
kriteria kota ramah anak, program-programnya di Surabaya, hingga apa yang sudah
dilakukan oleh Pemkot Surabaya untuk anak-anak. Ini dilakukan untuk menghadapi
diskusi-diskusi yang nanti berlangsung.
“Laporan-laporan ini
saya dapat dari DP5A. Itu dibukukan.Saya juga sering tanya-tanya ke DP5A
berkaitan dengan Program Kota Ramah Anak,” jelas Koordinator Bidang Literasi
OSIS di SMPN 1 Surabaya tersebut.
Bintang juga
memastikan, di pertemuan Child Friendly Cities Summit itu, ia tak hanya sharing
pendapat dan gagasan, namun lebih dari itu, ia mengaku akan membuat Youth
Manifesto atau Deklarasi Pemuda Dunia bersama peserta lainnya dalam rangka
memperingati 30 tahun Konferensi Hak Anak Dunia.
Manifesto tersebut
nantinya diajukan ke wali kota masing-masing. Ia bersama delegasi anak lainnya
juga melakukan field trip untuk memantau perkembangan kota ramah anak di negara
tersebut.
Selain itu, Bintang
juga mengaku sudah menyiapkan bahan untuk menggelar pameran fotografi bersama
salah satu peserta dari negara Vietnam. Makanya, sebelum berangkat ke luar
negeri, ia menyiapkan sedikitnya 30 hasil jepretannya untuk dipajang saat
pameran.
“Foto-foto itu diambil
dari karya saya dan teman-teman di Surabaya tentang keadaan anak-anak,
diantaranya foto anak TK di Kampung Maspati yang menang sewaktu acara Workshop
fotografi Unicef,” jelasnya.
Ia mengaku,
keikutsertaannya dalam event dunia itu bisa menambah pengalamanannya untuk bisa
berbuat lebih baik untuk Kota Surabaya, terutama dalam mewujudkan generasi yang
lebih baik ke depannya.
“Saya semakin semangat
untuk menjadi generasi unggul ke depannya, demi Surabaya dan Indonesia yang
lebih baik,” pungkasnya. ( Ham )