Surabaya – Ini untuk
yang sekian kalinya, Pemeritah Kota ( Pemkot ) Surabaya, selalu mengimbau kepada
warga Surabaya, agar lebih waspada, ketika ada pergantian musim kemarau ke
musim penghujan.
Pasalnya, dampak yang
ditimbulkan dari datangnya musim pancaroba ini tidak bisa diprediksi
sebelumnya. Salah satunya adalah datangnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Wali Kota Surabaya Tri
Rismaharini mengimbau kepada seluruh masyarakat agar mewaspadai potensi-potensi
yang dapat menimbulkan dampak negatif dari datangnya musim pancaroba ini.
Seperti, kebakaran akibat konsleting listrik, kebocoran atap rumah, hingga
datangnya penyakit DBD.
"Mendekati musim
hujan saya berharap seluruh warga itu mengecek semua instalasi listrik-listrik
itu, ngecek talang-talang (atap) semua supaya tidak bocor, ngecek kaleng-kaleng
itu, biasanya nyamuk-nyamuk datang ketika musim hujan," papar Wali Kota
Risma, Kamis (24/10/2019).
Selain itu, Wali Kota
Risma juga menyampaikan kepada masyarakat, agar mengantisipasi hal-hal yang
tidak diinginkan, ketika berkendara di saat turun hujan. Untuk itu, ia meminta
kepada masyarakat agar membawa jas hujan setiap saat.
"Karena itu kita
harus tahu benar bagaimana memanfaatkan waktu dengan baik. Tidak usah malu
sekarang ini pakai jas hujan, jangan sampai kemudian waktu kita terbuang untuk
ngiyup (berteduh), untuk berhenti. Tapi kalau hujan itu deras dan menghalangi
pandangan, baru tidak apa-apa (berteduh)," ungkap Risma.
Ia juga berpesan
kepada masyarakat, agar memikirkan masa depan. Ia ingin masyarakat tidak terus
berada di zona nyaman, sehingga membuat tidak berkembang dan kurang produktif.
"Mungkin karena
kondisi alam kita nyaman, sehingga seringkali kita itu kurang, wes ndak apa-apa ndak punya
planning, ndak bisa seperti itu lagi. Jadi kita harus berpikir
untuk mengantisipasi bagaimana ke depan," jelasnya.
Dia mencontohkan,
misalnya awalnya UMK (Upah Minimum Kabupaten/kota) Surabaya Rp 3,8 juta,
nantinya di tahun 2020 jika naik menjadi Rp 4,2 juta, maka akan ada selisih
lebih Rp 400 ribu. Dari selisih uang itu, Wali Kota Risma berharap, bisa
ditabung untuk pendidikan anak dan masa depan ketika pansiun.
"Jadi artinya
kita berusaha harus mengantisipasi. Bagaimana jika begini, jika begini, jangan
kemudian kita nyaman di kondisi saat ini, beli apa-apa tanpa kemudian
memperhatikan ternyata rumah masih sewa," tandasnya.
Makanya, ia kemudian
meminta kepada masyarakat agar memikirkan masa depan itu. Menurutnya, dahulu
banyak orang memandang negatif kenapa dia membangun saluran di bawah jalur
pedestrian.
Namun alhasil, setelah
pembangunan itu rampung, ternyata saluran di bawah pedestrian itu mampu
mengantisipasi banjir ketika hujan deras turun.
"Dulu orang
bilang kenapa Risma bikin saluran seperti itu. Tapi coba kalau dulu saya tidak
antisipasi dengan saluran, pasti sudah (tenggelam) kota ini," ujarnya.
Ia menambahkan, dari
pengalaman tersebut, banyak hal yang bisa diambil untuk dijadikan pelajaran,
bahwa sangat perlu sebuah planning perencanaan untuk memikirkan ke depan.
Salah satunya, untuk
mengantisipasi hal-hal negatif yang tidak bisa diprediksi datangnya. “Karena
itu, saya juga berharap kepada warga saya, ayo kita baca ke depan," tambahnya. (
Ham )