Surabaya – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini membuka
kongres paliatif international bertajuk The 13 th Asia Pasific Hospice
and Palliative Care Conference (APHC) 2019 yang digelar di Grand City,
Surabaya, Jumat (2/8/2019). Kongres ini pertama kalinya di gelar di Indonesia
dan Kota Surabaya dipilih menjadi tuan rumah karena, kota ini disebut Kota
Paliatif dan memiliki program layanan perawatan paliatif yang maju.
Acara yang diikuti
oleh 24 negara dari Asia Pacific, ini merupakan kongres yang membahas
penanganan paliatif kepada pasien stadium akhir. Kongres ini sudah berlangsung
selama 13 kali berkeliling di berbagai negara yang diikuti oleh, tokoh-tokoh
dunia ahli paliatif.
Wali Kota Risma
menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pemangku kepentingan. Yang telah
bersedia bekerjasama, untuk menyelesaikan masalah bidang kesehatan, terutama di
bidang paliatif. Ia juga menerangkan bahwa, di Kota Surabaya sudah ada program
pelayanan paliatif yang terdiri dari dokter, praktisi medis, Lembaga Sosial
Masyarakat (LSM), komunitas, sektor swasta, dan jajaran Pemkot Surabaya.
“Tim ini secara aktif
bekerja untuk membantu warga yang menderita kanker. Kami memiliki 315 kader paliatif
di 63 kelurahan,” papar Wali Kota Risma di sela-sela sambutannya.
Ia menjelaskan, tim
tersebut tidak hanya membantu untuk mengurangi rasa sakit pasien kanker, tetapi
juga membantu dalam masalah keuangan yang dihadapi pasien. Sejak 2010,
Surabaya sudah menjadi Kota Bebas Kanker. “Pada tahun yang sama, Surabaya juga
menjadi kota paliatif pertama, dengan berbagai program dan inovasinya,” ujarnya.
Inovasi lain lanjut
dia, dimunculkan untuk memberikan kesejahteraan lebih kepada penderita kanker.
Diantaranya adalah penyediaan makanan tambahan gratis, untuk 927 pasien kanker
serta, layanan perawatan di rumah atau Hospice home care (HHC)
yang bekerjasama dengan rumah sakit umum di Surabaya.
Menurutnya, mencegah
dan mengurangi terjadinya kanker, terus meningkatkan kualitas lingkungan di
kotanya. Upaya yang dilakukan yakni, meningkatkan kualitas udara, menanam pohon
dan memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH).
“Membangun lebih dari
450 taman, untuk meningkatkan sistem drainase dan kualitas sanitasi, terutama
di daerah padat penduduk. Itu bertujuan untuk mengurangi dampak kerusakan
lapisan ozon di bumi,” tandas Risma.
Dari sekian banyak
taman umum, Risma menjelaskan, ada satu taman yang didedikasikan khusus untuk
pasien kanker yakni Taman Paliatif. Di taman tersebut penderita sakit kanker
yang menjalani perawatan paliatif secara teratur bertemu. Di sana mereka akan
dilakukan pemeriksaan berkala di Taman Paliatif dan berolahraga. “Kami juga
memberi orang imunisasi gratis untuk hepatitis, kanker serviks, dan HPV,”
tegasnya.
Untuk menciptakan gaya
hidup sehat, Wali Kota Risma memilikin program olahraga tiap Minggu pagi untuk
seluruh warga Surabaya. Menurutnya, hal itu sangat diperlukan sebagai bagian
dari tindakan pencegahan.
“Kami mengatur
olahraga pagi setiap hari Minggu dipandu oleh instruktur profesional, serta
pemeriksaan kesehatan gratis sebulan sekali,” imbuhnya
Dradjat R. Suardi Ketua
Komite Pelaksana APHC 2019 menyampaikan, dalam kongres The 13 th Asia
Pasific Hospice and Palliative Care Conference (APHC) 2019 ini
dihadiri sebanyak 700 orang dari mancanegara dan 300 dari domestic. “Hari ini
kami spesifik membahas terkait symposia.
Ini adalah pemaparan
oleh para ahli dengan tujuan, untuk penyerapan kemudian yang akan
diimplementasikan terhadap pelayanan masyarakat khususnya di Indonesia,” kata
Drajat.
Masih Drajat, Masyarakat
Paliatif Indonesia (MPI) dan Jaringan Perawatan Paliatif Asia Pasifik (APHN)
itu bakal diisi dengan berbagai kegiatan. Seperti workshop paliatif, simposium,
serta diskusi atau sharing bersama ahli paliatif.
Pembina Pusat Pengembangan
Paliatif dan Bebas Nyeri RSUD dr Soetomo Surabaya, Sunaryadi Tejawinata
mengatakan, dampak dari kegiatan ini mampu menolong 76,4 persen penderita dari
lima masalah penderitaan, yaitu fisik, psikologis, sosiologis, cultural, dan
spiritual.
“Untuk mencapai angka
tersebut tentu banyak tantangan, namun saya bersyukur karena, Pemkot Surabaya
mendukung sepenuhnya program ini. Sehingga dari berbagai upaya melalui
sosialisasi di tiap kecamatan, kami berhasil merangkul banyak relawan
paliatif,” tandas Sunaryadi.
Melihat program Surabaya terkait pelayanan paliatif, Prof Cynthia, Ketua Jaringan Perawatan Paliatif Asia Pasific kagum. Ia menjelaskan, sebelumnya pelayanan paliatif ini hanya ditemukan di rumah sakit saja. Namun berbeda dengan Kota Surabaya yang menghadirkan program Hospice home care (HHC).
Melihat program Surabaya terkait pelayanan paliatif, Prof Cynthia, Ketua Jaringan Perawatan Paliatif Asia Pasific kagum. Ia menjelaskan, sebelumnya pelayanan paliatif ini hanya ditemukan di rumah sakit saja. Namun berbeda dengan Kota Surabaya yang menghadirkan program Hospice home care (HHC).
“Selama ini belum
pernah ada Taman Paliatif atau Kota Paliatif, ini sangat mengesankan. Program
semacam ini akan kami coba aplikasikan ke negara-negara lain,” tambahnya.
( Ham )