Surabaya- Pemerintah
Kota (Pemkot) Surabaya menyambut kedatangan Peserta Kemitraan dalam Pengelolaan
Lingkungan untuk Laut Asia Timur atau Partnerships in Environmental Management
for the Seas of East Asia (PEMSEA) di rumah dinas wali kota Jalan Sedap Malam,
Rabu (24/07/2019).
Peserta tersebut
diantaranya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia,
Executive Director PEMSEA beserta seluruh delegasi dari partisipan PAMSEA.
Selain dari Negara Indonesia, peserta PAMSEA juga berasal dari luar. Seperti
Kamboja, Filipina, Thailand, Singapura, Cina, Japan, Vietnam, Korea dan Timor
Leste dan beberapa negara non participan juga hadir.
Sekitar pukul 18.30
Wib, kedatangan peserta langsung disambut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
beserta jajarannya di rumah dinas wali kota Jalan Sedap Malam. Tak lupa,
kehadiran mereka juga disambut dengan kemeriahan penampilan kesenian Reog.
Dalam kesempatan itu,
Wali Kota Risma menyampaikan paparannya tentang keberhasilan Surabaya dalam
upaya pelestarian lingkungan. Ia menjelaskan bahwa Surabaya merupakan kota
terbesar kedua di Indonesia dan menjadi ibu kota Provinsi Jawa Timur, dengan
penduduk mencapai 3,3 jiwa. Sebelumnya banyak tantangan-tantangan terkait
dengan masalah lingkungan yang harus diselesaikan, salah satunya terkait
penanggulangan masalah banjir.
“Bapak-ibu, dulu
banjir di Surabaya mencapai 50 persen, saat ini hanya tinggal 2 persen. Karena
letak kota ini ada 5 meter di atas permukaan laut. Lalu saya mengatur strategi
untuk menanggulangi semua itu dengan berbagai cara, salah satunya membuat pintu
air, kemudian membangun konservasi hutan mangrove,” kata Wali Kota Risma.
Wali Kota Risma
menjelaskan yang pertama dilakukan untuk mengatasi masalah lingkungan tersebut
ialah merubah peruntukkan kawasan timur Surabaya menjadi konservasi kota.
Wilayahnya yang mencapai sekitar kurang lebih 2300 hektare, kemudian ditanami
mangrove. Hasilnya, kini kondisi kawasan timur Surabaya sudah kembali seperti
sebelum tahun 1998.
“Dulunya mangrove itu
sempat rusak saat 1998, kayu-kayu itu untuk arang, kemudian saya coba untuk
menata kembali dengan bekerja sama dengan anak-anak dan semua warga termasuk
dari militer,” jelasnya.
Namun, pihaknya
mengaku bahwa kawasan itu tidak dialiri dengan listrik. Alasannya, selain dijadikan
kawasan wisata, tempat itu juga digunakan sebagai konstruksi alami. Bahkan,
kini kawasan mangrove di Surabaya memiliki ekosistem mangrove terbanyak di
Indonesia. Terlebih, kawasan ini relatif aman dari ombak maupun arus balik air
laut.
“Jadi, sejalan dengan
itu bapak ibu sekalian, kami akan menetapkan kawasan itu sebagai kebun raya
mangrove pertama di dunia,” kata wali kota perempuan di Surabaya itu.
Selain melakukan
konservasi kawasan mangrove, Pemkot Surabaya juga membangun lebih dari 450
taman kota. Selain itu, pihaknya juga membuat hutan kota dan waduk-waduk baru.
Saat ini, wilayah Surabaya yang terkena banjir relative kecil, kurang lebih 2
persen.
“Dampak dari pada ini
adalah menurunnya suhu mencapai 2 derajat celcius. Kalau pagi jalanan Surabaya
berkabut, suhu kami kurang lebih 20 derajat,” ungkapnya.
Sementara itu,
Executive Director Partnerships in Environmental Management for the Seas of
East Asia (PEMSEA), Aime Gonzales mengapresiasi komitmen dan kerja keras Wali
Kota Risma bersama jajarannya dalam upaya pelestarian lingkungan.
Pihaknya juga
menyampaikan terima kasih kepada Wali Kota Risma yang sudah membagi pengalaman
dan pembelajaran kepada para peserta dari PEMSEA.
“Seperti yang kita
ketahui mereka (Pemkot Surabaya) mampu menyelesaikan begitu banyak. Kota ini
menjadi fantastis ditangan mereka, ini adalah dasar pemimpin yang kita
butuhkan,” kata Aime.
Sebagai diketahui,
peserta PAMSEA akan berada di Surabaya selama empat hari. Mereka akan melakukan
kunjungan di beberapa tempat. Tujuan utamanya yakni mengunjungi konservasi
hutan mangrove, dilanjut mendatangi fasilitas publik Command Center 112, dan
Jembatan Suramadu serta beberapa agenda workshop dengan materi yang terkait. (
Ham )