Surabaya- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menerima kunjungan
tamu istimewa Menteri Perumahan dan Kerajaan Tempatan Malaysia, anggota
delegasi Majlis Legislative Negara Bagian Selangor, Delegasi Dewan Lokal, dan
organisasi non pemerintah dari Malaysia. Rombongan yang berjumlah sekitar 30
orang itu, diterima oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama jajarannya
di Ruang Sidang Wali Kota..
Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma langsung menyambut
dengan salam pembuka dan paparan materi berbagai keberhasilan yang sudah
dicapai oleh Pemkot Surabaya. Salah satunya adalah terkait perumahan dan
pemukiman, yakni rumah susun (rusun).
Wali Kota Risma menyampaikan, di Indonesia termasuk Surabaya
ini, status tanah kekuatan ada di tangan rakyat bukan pemerintah. Kemudian jika
ingin dilakukan penertiban atau pelebaran jalan, maka harus dibantu atau
diturunkan surat keputusan (SK) Wali Kota. Hal semacam itu yang dinilai dapat
mempercepat atau memperlambat proses pengerjaan.
“Saya harus membuat SK Wali Kota agar tidak ada kesalahpahaman
dengan warga. Memang biasanya pelebaran jalan itu prosesnya paling lama ada
dipelepasan lahan itu sendiri,” kata dia.
Wali Kota Risma menjelaskan, di Kota Surabaya juga memiliki
perkampungan di tengah kota. Menurutnya, hal ini merupakan bagian dari
keindahan kota, asal dijaga dan dilakukan perawatan. Dahulu icon perkampungan
memang identik kumuh, kotor, dan tidak nyaman huni. Berbeda dengan sekarang,
perkampungan yang ada di Kota Surabaya semakin tertata dan indah.
“Sebagai contoh kawasan Banyuurip itu sekarang sangat rapi dan
bersih. Itu karena partisipasi dari warga dan pengelolaannya memang harus
dijaga. Jadi perkampungan ini juga menjadi bagian dari icon kota yang tidak
boleh hilang,” jelasnya kemarin.
Sementara dalam pengelolaan rusun, Pemkot Surabaya membuat
sistem baru. Diman dalam setiap rusun sudah difasilitasi perlengkapan rumah
tangga, sehingga warga yang tinggal di situ tidak perlu khawatir. Bahkan, biaya
sewanya sangat terjangkau bagi masyarakat dari penghasilan di bawah rata-rata.
“Paling mahal biaya sewa kami hanya Rp 90 ribu bapak-ibu. Kami
juga membuat komitmen dengan penduduk yang tinggal di sana kalau ekonominya
sudah baik saya minta untuk pindah,” terangnya.
Komitmen itu memang benar nampaknya, sebab dalam paparan
tersebut juga dijelaskan bahwa tiap satu bulan sekali terdapat tim yang
melakukan survey. Apalagi, warga sekitar dan penghuni antar rusun juga saling
memantau tetangganya. “Biasanya mereka yang sudah punya mobil itu kami minta
pindah, karena ekonominya membaik,” imbuhnya.
Pertemuan dengan perwakilan kota-kota dari Malaysia ini
berlangsung hidup. Terbukti, pertanyaan demi pertanyaan silih berganti untuk
terus mengetahui perkembangan Kota Surabaya. Tak jarang beberapa kali mereka
memuji keberhasilan Kota Surabaya.
Sementara itu, Menteri Perumahan dan Kerajaan Tempatan Negara
Malaysia, Zuraida Kamaruddin, memberikan apresiasi yang luar biasa kepada Wali
Kota Surabaya. Ia menilai, sosok perempuan pemimpin kota besar dengan jumlah
penduduk yang padat, dapat melahirkan kebijakan yang merubah Surabaya seperti
sekarang. Hal ini menjadi salah satu sebab pihaknya ingin belajar dari ide-ide
Wali Kota Risma.
“Kepada Bu Risma saya kagum dengan pengelolaan beliau yang
sangat berdedikasi dan komitmen yang tinggi. Memimpin kota yang besar dengan
3,3 juta penduduk di kota Surabaya,” kata Zuraida.
Sebelum berkunjung ke Surabaya, ia banyak mendengar perkembangan
Kota Pahlawan ini yang tumbuh pesat. Salah satunya adalah terkait pengelolaan
masyarakat, rusun dan perkampungan menggiring. Sehingga kemudian pihaknya ingin
belajar di Kota Surabaya. “Saya mau pelajari bagaimana strateginya
dan kami coba untuk mengkorelasikan dengan keadaan di Malaysia, untuk
nantinya kami terapkan,” katanya.
Menurutnya, di Malaysia sendiri memang sudah banyak rusun,
tetapi pengelolaanya masih diperingkat kerajaan. Pihaknya ingin mencoba agar
masyarakatnya mampu mengelola sendiri seperti yang terjadi di Surabaya. Bahkan
menurutnya, pengelolaan sistem smart city di Surabaya sebuah high technology.
Karena itu kemudian pihaknya ingin agar sistem itu juga bisa diimplementasikan
di Malaysia.
“Saya lihat perkembangannya sangat pesat. Ide-idenya bagus, saya
kira boleh diadaptasikan dan disesuaikan dengan Malaysia. Cara itu yang akan
menurunkan anggaran pembelanjaan. Ini sedang saya lihat bagaimana caranya untuk
diadaptasikan di Malaysia,” pungkasnya. (Ham)