Surabaya NewsWeek- Banjir
merupakan salah satu permasalahan yang harus segera ditangani di setiap kota
seluruh Indonesia, salah satu contoh, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus
berupaya menghadirkan solusi di setiap sudut permasalahan kota. Ia berupaya
dengan tidak berhenti menambah pembangunan bozem yang tersebar di berbagai
wilayah, untuk mengantisipasi banjir. Sampai saat ini, total bozem di Kota Surabaya
sebanyak 72 dengan total luasan mencapai 147,5 hektar.
Erna Purnawati Kepala
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan menjelaskan, pada tahun 2019 ini, pihaknya akan
membangun tujuh bozem, yaitu Bozem Bundaran PTC di Kelurahan Prada Kali Kendal
Kecamatan Dukuh Pakis, Bozem Kosagra di Kelurahan Medoakan Ayu Kecamatan
Rungkut, Bozem Sumberrejo Kelurahan Sumberrejo Kecamatan Pakal, Bozem Rejosari
Kelurahan Pakal Kecamatan Pakal, Bozem Bandarrejo Sememi Kelurahan Sememi
Kecamatan Benowo, Bozem Waru Gunung Kelurahan Warugunung Kecamatan Karang
Pilang, dan Mini Bozem Tambakwedi Kelurahan Tambakwedi Kecamatan Kenjeran.
“Tujuh bozem itu sudah
ada yang proses dikerjakan dan masih rencana dikerjakan . Yang sudah proses
dikerjakan seperti Bozem Bundaran PTC dan Bandarrejo Sememi, sedangkan yang
lima bozem lainnya akan dikerjakan selanjutnya,” papar Erna ditemui di
ruangannya, Selasa (2/4/2019).
Erna mengatakan,
dengan penambahan tujuh bozem itu, berarti nantinya Pemkot Surabaya sudah
membangun sebanyak 72 bozem dengan total luasan mencapai 147,5 hektar. Ia juga
menjelaskan bahwa volume masing-masing bozem itu berbeda-beda, tergantung lahan
yang tersedia. “Dari 72 bozem itu, total volume mencapai 6.164.889 meter
kubik,” ungkapnya.
Dia mengatakan bahwa,
lokasi-lokasi yang dipilih untuk membangun bozem itu bermacam-macam. Ada lahan
yang sudah dibebaskan oleh Pemkot Surabaya, seperti lahan yang ada di bundaran
PTC dan ada pula di fasum perumahan serta aset marinir.
“Sekitar ada enam
lahan yang tercatat aset marinir. Karena sudah diizinkan, meskipun di lahan
marinir kita garap untuk bozem,” tandasnya.
Ia mengaku saat
ini, masyarakat sudah semakin sadar akan pentingnya bozem untuk menampung air
pada saat hujan deras. Makanya, semakin banyak warga mengusulkan dan meminta
supaya daerahnya dibangun bozem. Padahal, dulu banyak warga yang menolak
pembangunan bozem itu karena berbagai alasan, termasuk alasan pembebasan tanah.
“Kalau sekarang sudah
banyak yang sadar fungsi bozem. Malah sekarang ada warga yang meminta untuk
dibuatkan jembatan dan gazebo di tengah-tengah bozem itu, sehingga bisa
dijadikan tempat untuk memancing,” katanya..
Menurut Erna, pembangunan
bozem-bozem itu dilakukan secara swakelola. Artinya, tidak dilelangkan seperti
biasanya. Sebab, ia menilai apabila dilelang seperti biasanya akan memakan
waktu panjang dan biayanya juga lumayan besar. “Jadi, temen-temen garap
sendiri. Alat beratnya pun kita bagi,” imbuhnya.
Dengan cara ini, maka
proses pengerjaan bozem itu bisa dipercepat. Bahkan, ia memperkirakan proses
pengerjaannya hanya membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga bulan. “Apalagi,
temen-temen garapnya hampir setiap hari, jadi bisa cepat diselesaikan,” tegasnya.
Ia menambahkan, pembangunan
bozem di berbagai titik di Kota Surabaya ini untuk mengantisipasi terjadinya
global warming yang sudah mulai dirasakan di belahan dunia, mulai dari banjir
dimana-mana hingga bencana kekeringan. Tujuan itulah yang biasanya selalu
disampaikan oleh Wali Kota Risma ketika meresmikan bozem di Surabaya.
“Makanya, Bu Wali juga
selalu meminta supaya di kawasan bozem dibuat lebih hijau sehingga dapat
terhindar dari kesan gersang dan panas,” tambahnya. ( Ham )