Surabaya NewsWeek - Peningkatan
kemampuan para santri di pesantren-pesantren, khususnya untuk berbagai ilmu
kewirausahaan perlu terus dikembangkan. Apalagi pemerintah telah mengembangkan
ekonomi keumatan seperti program Bank Wakaf Mikro di sejumlah Pondok Pesantren.
Diharapkan dari pesantren akan muncul wirausahawan-wirausahawan muda dan membuat
perusahaan rintisan (start up) yang bisa berjaya nanti di Indonesia. Jadi
pelatihan sumber daya manusianya juga ke pengasuh.
Politisi Nasdem Charles Meikyansah
pun mempunyai pandangan serupa. Charles mengatakan selama ini Presiden Joko
Widodo (Jokowi) sudah memulai berbagai program pemberdayaan dan pelatihan di
pesantren-pesantren.
"Di Jember misalnya, ini kan
juga kota Santri, Pak Jokowi sudah menjalankan program Kopentren, Koperasi
Pesantren, nantinya juga ada berbagai pelatihan dari Balai Latihan Kerja yang
bukan hanya menyasar para santri, namun juga pengasuh atau ustaz yang ada di
pesantren," kata Charles saat dihubungi, Jumat (22/3).
Caleg DPR NasDem dari daerah
pemilihan Jatim IV (Jember-Lumajang) itu berharap dalam dua atau tiga tahun
mendatang, ada 1.000 pengusaha UMKM yang berasal dari pondok pesantren. Menurut
Charles, para santri perlu disiapkan berbagai ilmu terkait kewirausahaan. Balai
latihan kerja yang sekarang sudah ada dan akan terus dikembangkan, adalah
terkait Bahasa Asing, lalu untuk keahlian permesinan.
"Sebagaimana kita ketahui,
semua santri pasti manut, pasti hormat dengan ustaznya, Sami'na Wa Atho'na
(Kami mendengar dan kami taat). Kalau pengasuh pesantren belum tahu mengenai
dunia kewirausahaan kita juga berikan pelatihan ke mereka, sehingga bisa
menularkan ke santri dan akhirnya semua memahami dunia wirausaha, dunia UMKM ke
depan," jelasnya.
Dia menambahkan, yang tidak kalah
pentingnya adalah pelatihan manajemennya, bagaimana menjalankan bisnis.
Diyakini, hampir semua pengusaha UMKM itu belajar manajemen secara otodidak,
belajar soal ekonominya secukupnya. “Ini harus dilatih, bagaimana mengatur
modal, perputaran uang di bisnis, lalu mekanisme peminjaman ke bank, hingga
membuat UD, CV, bahkan PT, perlu diberi kemampuan juga," tutur Charles
lagi.
Di kesempatan lain, Ekonom Institute
for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima yudistria mengatakan
saat ini sudah banyak contoh pesantren yang sukses, salah satunya di Sidogiri,
Jawa Timur. Menurutnya, Pesantren Sidogiri punya aset yang cukup besar dan
kewirausahaanya dalam bentuk koperasi.
"Terus bisa mengangkat
kemiskinan di pondok Pesantren Sidogri. Intinya, sebenarnya yang namanya
pesantren itu buku adanya training-training soal kewirausahaan, balai latihan
kerja sehingga tercipta inovasi-inovasi baru," katanya.
Apalagi, sekarang juga banyak pondok
pesantren yang digital. Mereka sudah memulai berjualan di e-commerce dan ada
juga yang berjualan soft ware developer. "Intinya Butuj BLK di
pesantren," katanya.
Selain itu, kata dia, dibutuhkan
instruktur training kewirausahaan di pesantren. Kemudian, bila perlu ada
kurikulum wajib di pesantren di bawah kementerian agama yang namanya
kurikulum kewirausahaan.
"Selanjutnya sudah ada program
yang bagus mekar. Mekar itu bisa mendanai wirausaha-wirausaha yang baru
merintis di awal. Jadi permodalan mekar ini harapannya lebih banyak lagi.
Alokasinya lebih besar. Kemudian, lulusan pesantren difasilitasi dengan program
mekar itu dengan sistem syariah atau bunga relatif kecil. Kalau bisa di bawah
bunga kur," katanya.
Pemerintah berencana membangun 3.000
balai latihan kerja (BLK) komunitas di pondok pesantren pada 2020 mendatang.
Pembangunan BLK di pondok pesantren dilakukan sebagai salah satu langkah
pemerintah menyongsong bonus demografi pada 2025-2030.
Indonesia dihadapkan pada bonus
demografi, yang mana penduduk usia produktif jauh lebih banyak. Keadaan ini
akan menjadi masalah bagi Indonesia jika angkatan kerja tidak memiliki
keterampilan kerja. Indonesia pun harus siap menyongsong bonus demografi dengan
menyiapkan angkatan kerja yang terampil.
Anak-anak muda, khususnya di
pesantren pun diharapkan memiliki keahlian. Para santri akan langsung bisa
melakukan aktivitas di BLK ketika sudah menyelesaikan belajar.
BLK yang dibangun di pondok
pesantren itu juga membangun jejaring dengan industri yang ada di sekitar.
Pondok pesantren bisa memilih pelatihan apa yang nantinya akan diberikan kepada
para santrinya.
Perlu diketahui, pada 2017,
Kemenaker mengawali pembangunan BLK Komunitas di 50 pesantren. Tahun 2018 naik
menjadi 75 dan tahun 2019 naik menjadi 1000 BLK Komunitas di pesantren.( Ham )