BANYUWANGI - Indek
Pembangunan Manusia (IPM) Banyuwangi saat ini masih dibawah rata-rata Jawa
Timur (Jatim), untuk IPM Jatim saat ini (70,2), dan IPM Nasional (70,0)
sedangkan untuk IPM Banyuwangi tahun
2016 (69,0) dan pada tahun 2017 yaqng
dirilis BPS 2018 menjadi (69,64).
Data ini telah diungkap oleh bupati
Banyuwangi H. Abdullah Azwar Anas,M.Si pada waktu Musrenbangkab, yang digelar
pada hari Rabu (13/3) di Hotel Ketapang Indah Banyuwangi yang bertema
“Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia untuk Pertumbuhan yang Berkeadilan”
Bupati Anas juga menjelaskan,
keberhasilan pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan kemiskinan ini harus ada
trobosan. Untuk itu ada trobosan baru dalam menjalankan kebijakan untuk
meningkatkan IPM yaitu ;
Pertama Meningkatkan
akses pelayanan kesehatan yang merata dan berkwalitas, dengan melalui
peningkatan kesehatan ibu dan anak, pemberian gizi masyarakat, upaya promotif
dan preventif mendorong masyarakat hidup sehat, dan mencegah penyakit menular
dan tidak menular.
Kedua , meningkatkan
akses dan kualitas pelayanan Pendidikan, melalui percepatan wajar 12 th dan peningkatan kualitas
belajar, dengan prioritas pendidikan
karakter, pendidikan akademis dan skill abad 21.Ketiga, Meningkatkan pendapatan masyarakat.
Kebijakan di bidang pendidikan diprioritaskan untuk meningkatkan
rata-rata lama sekolah,sehingga bisa daya saing SDM di tingkat regional.
Namum tantangan tahun 2020 masih berat, mengingat saat ini masih ada 203 anak putus sekolah yang tersebar di
Banyuwangi, dan yang tertinggi di Pesanggaran 152 orang, di Muncar 69 orang. Untuk itu inovasi Garda Ampuh,
sisiwa asuh sebaya (sas), Banyuwangi cerdas, Banyuwangi mengajar, agar terus
didorong dan dikembangkan . kualitas dan distribusi guru menjadi dalam
peningkatan kinerja pendidikan.
Pendidikan karakter agar dikuatkan
pada generasi millennial dengan 3 tahapan;
personal, intrapersonal, dan antar budaya. Selain itu mendesak untuk dilakukan
upaya penurunan tingkat adiksi pornografi untuk menyelamatkan generasi
melennial dari pengaruhnegatif dunia digital.
Peradapan suatu daerah/Negara
dicerminkan dari budaya membaca. Namun faktanya berdasarkan data UNESCO
presentase minat baca Indonesia hanya
sebesar 0,01persen, artinya budaya
membaca masih rendah, dari 1000 orang
hanya 1 saja yang memiliki niat baca. Diharapkan setiap sekolah, desa dan
setiap perangkat daerah menggerakkan gerakan literasi ini, member contoh kepada
masyarakat, sekaligus mendapatkan referensi baru untuk peningkatan kinerja.
Kondisi pendidikan penduduk
Banyuwangi usia 25 tahun keatas per Januari 2019 sebanyak 864.955 jiwa atau 49,90 % lulusan SLTP kebawah dimana 606.627 jiwa atau
70,13% merupakan usia produktif.
Untuk itu Dinas Pendidikan, Korwil Pendidikan, Camat,
Kepala desa dan seluruh pihak terkait untuk melakukan gerakan bersama
masyarakat, lintas sector untuk menyelenggarakan Paket B dan C. Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil; melakukan validasi dan updating data
kependudukan dengan melibatkan desa dan kecamatan. Ungkapnya. (jok)