Surabaya NewsWeek- Kecamatan Tandes
yang dipimpin oleh Dodot Wahluyo sebagai Camat Tandes, ternyata menduduki angka
tertinggi warga penderita Demam Berdarah ( DB ) Se- kecamatan Surabaya,
pasalnya Camat yang satu ini, terkenal angkuh dan sombong kepada bawahannya,
hanya orang – orang tertentu yang diajak koordinasi, bahkan salah satu pegawai
Kecamatan Tandes yang enggan namanya dipublikasikan di media ini, menceritakan
keangkuhan dan kesombonganya karena, disinyalir dekat dengan Sekda Kota
Surabaya.
‘Pak Camat itu orangnya angkuh,
sombong hanya orang baru yang dekat dengan dia, yang diajak koordinasi, jadi
kalau masalah penderita DB di wilayah Kecamatan Tandes itu tertinggi,
dibandingkan dengan kecamatan lain, iya
itu kesalahannya sendiri,” paparnya.
Ia melanjutkan, harusnya pak Camat
itu jangan bersikap seperti itu, biar segala permasalahan yang menyangkut
penyakit diwilayah Kecamatan Tandes, bisa diatasi dan di antisipasi bersama –
sama lewat koordinasi, tapi kalau orangnya kayak gitu, orang akan males untuk
koordinasi.
“Harusnya Pak Dodot itu merubah sikap, walaupun kenal dekat dengan Pak
Sekda, tapi seorang pimpinan harus melibatkan anak buahnya dan tidak bergaya
angkuh, sebab nanti imbasnya semua akan males dan memilih diam , walaupun
mengerti ada kejadian di wilayah Kecamatan Tandes.” Ungkapnya.
Perlu diketahui bahwa tadi pagi , Jumat ( 1 / 2/ 2019 ) Walikota
Surabaya Tri Rismaharini mengadakan apel
gebyar Pemberantasan Sarng Nyamuk ( PSN ) dilapangan Thor, yang dihadiri oleh, 5.116
kader yang terdiri dari kader Bumantik, Rumantik (Guru Pemantau Jentik),
Wamantik (Siswa Pemantau Jentik), LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan), dan pihak kecamatan.
Menurut Risma, sebetulnya demam berdarah
itu bisa dicegah. Terbukti, dari tahun ke tahun kasus penderita demam berdarah
menurun di Kota Surabaya. Pada Bulan Januari 2018, kasus penderita demam
berdarah di Kota Surabaya sebanyak 42 kasus dan meninggal satu orang. Sedangkan
Januari 2019 ini, kasus penderita demam berdarah di Surabaya 23 orang.
“Artinya, di sini sudah ada
penurunan dan saya yakin ini masih bisa ditekan kembali. Makanya, saya mohon
dengan hormat untuk selalu menghindarkan keluarga dan tetangga kita dari DBD.
Saya tidak ingin ada korban lagi di Surabaya,” ujar Wali Kota Risma dalam
sambutannya.
Masih Risma, ada dua kecamatan di
Surabaya yang angka penderita demam berdarahnya tertinggi, yaitu Kecamatan
Tandes dan Kecamatan Wonokromo. Bahkan, pada saat itu Camat Tandes Dodot
Wahluyo dan Camat Wonokromo Tomi Ardiyanto dipanggil ke hadapan Wali Kota Risma
di panggung kehormatan. Dua camat itu pun berdiri di hadapan Wali Kota Risma
hingga apel PSN itu selesai.
“Dua kecamatan ini yang tertinggi
jumlah kasusnya. Jadi, ayo terus bergerak. Buktikan kalau kita bisa memberantas
DBD. Ayo kita kasik rambu-rambu ke nyamuk-nyamuk itu, dilarang masuk Surabaya,”
tandasnya.
Risma menjelaskan, apabila berusaha
memberantas DBD, maka tidak hanya mendapatkan manfaat di dunia, tapi juga bisa
mendapatkan pahala di akhirat nanti. Bahkan, ia mengaku apabila berbuat baik
kepada sesama manusia, maka Wali Kota Risma yakin, Tuhan tidak akan tinggal
diam.
“Bayangkan kalau itu kepala keluarga
dan sampek kejadian meninggal dunia. Maka anak-anaknya akan jadi anak yatim
piatu dan kemungkinan kalau ibunya tidak bisa membiayai sekolah akan putus
sekolah. Kalau sudah putus sekolah lalu akan jadi anak nakal, sehingga kita
juga ikut salah,” paparnya.
Ia juga mengaku selalu sedih apabila
mendengar atau ada laporan bahwa ada warga Surabaya yang cerai. Sebab, beberapa
anak yang tertangkap miras atau pun ngelem, rata-rata karena ditinggal
oleh orang tuanya.
“Makanya, mari kita selamatkan
anak-anak dan tetangga kita. Mari jangan ada korban di Surabaya,”
imbuhnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya
Drg. Febria Rachmanita menjelaskan pada Bulan Januari 2019 ini, awalnya hanya
ada 12 penderita demam berdarah. Lalu bertambah lagi sekarang menjadi 23 orang,
dan 3 diantaranya masih inveksi DBD.
“Jumlah ini memang menurun dibanding
Januari 2018 yang jumlahnya mencapai 42 kasus. Saat ini hanya 23 orang. Jadi,
dari 31 kecamatan ada 11 kecamatan yang ada penderita DBD-nya,” ujar
Feni-sapaan Febria Rachmanita.
Ia juga menjelaskan bahwa Kecamatan
Tandes yang dibilang tertinggi oleh Wali Kota Risma, ternyata saat ini ada 5
orang yang terkena DBD. Sedangkan tertinggi kedua adalah Wonokromo yang ada 4
orang yang terkena DBD.
“Oleh karena itu, di hampir semua
kecamatan di Surabaya, terutama di Tandes dan Wonokromo diminta untuk terus gencar
mencegah DBD ini,” tandasnya..
Hingga saat ini, lanjut dia, ada 23
ribu kader Bumantik di seluruh daerah di Kota Surabaya. Mereka setiap minggu
sekali dan ada yang seminggu dua kali turun ke rumah-rumah warga untuk memantau
jentik. “Mereka ini sukarelawan yang dengan ikhlas memantau jentik demi
memberantas DBD ini,” tambahnya. ( Ham )