Surabaya NewsWeek - Ketua Bidang Penggalangan Keagamaan dan Ormas Agama DPP Partai Golkar Andi Budi siap meluncurkan buku keduanya tentang Presiden RI Jokowi berjudul Komunikasi Politik Kerja Jokowi sebelum Pilpres dan Pileg 2019.
"Ini lagi proses 'finishing' (tahap akhir). Saya masih koordinasi mengenai waktu, tempat dan narasumber pada saat peluncuran. Rencannya akan digabung bersamaan dengan Deklarasi Relawan Jokowi-Ma'ruf Amin, Barista (Barisan Pecinta Komunikasi Politik Jokowi)," kata Andi Budi.
Buku pertama Andi Budi berjudul Komunikasi Politik Kerja Jokowi sebelumnya telah diluncurkan di Gedung Nusantra V DPR RI, Jakarta pada 9 Maret 2018. Hadir dalam peluncuran buku tersebut Ketua DPR RI Bambang Soesatyo, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj, Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk Freidrich dan tamu lainnya.
Buku tersebut mengupas bahasa komunikasi politik Presiden Jokowi yang lebih banyak menggunakan langkah nyata untuk melawan serangan politik dari pihak lain.
Andi mengatakan banyak temuan-temuan menarik soal gaya politik Jokowi yang ditulisnya dalam buku setebal 142 halaman tersebut yakni dengan gaya komunikasi yang berbeda.
Menurut Andi, Jokowi tidak banyak berwacana, namun lebih banyak bekerja misalnya pembangunan infrastruktur besar-besaran dan kasat mata terlihat.
Mengenai buku keduanya, Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Sumber Daya Nahdatul Ulama (Lakpesdam NU) PBNU mengatakan belum bisa membeberkan ke publik karena nanti akan menjadi kejutan.
Hal ini dikarenakan buku kedua lebih dalam dan menyesuaikan kebiasaan yang dilakukan Jokowi menjelang tahun politik atau Pilpres 2019.
Hal ini dikarenakan buku kedua lebih dalam dan menyesuaikan kebiasaan yang dilakukan Jokowi menjelang tahun politik atau Pilpres 2019.
"Ditunggu saja peluncururan buku kedua saya," kata calon legislatif (Caleg) DPR RI Jawa Timur daerah pilihan (dapil) Jatim 1 (Surabaya-Sidoarjo) yang memiliki hobi meneliti.
Andi mengaku jika selama ini memiliki kesukaan dalam meneliti. Hal ini sudah dilakukannya jauh sebelum menjadi dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Soial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Palembang.
Kesukaan Gus Andi, sapaannya, tepatnya dimulai sejak tercatat sebagai mahasiswa magister ilmu komunikasi di Universitas Mercua Buana Jakarta. Kesehariannya yang sering berjumpa dengan tokoh-tokoh partai dan pejabat negara, karena saat itu menjabat sebagai staf khusus di DPR RI, mendorongnya terbiasa membangun komunikasi dengan orang-orang berpengaruh.
"Saya suka meneliti sejak kuliah S2. Saya termotivasi lebih banyak wawancara dengan banyak pihak," katanya.
Ketua Komite Nasional Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Surabaya periode 1997-2005 ini mengaku selama ini banyak meneliti tentang elit-elit politik di DPR RI. Ia juga banyak mengkaji beberapa tokoh penting dalam menjalankan politik praktis.
Menurutnya, kehadiran tulisan atau buku yang menjelaskan tentang tokoh akan membuat masyarakat terinspirasi. Generasi muda yang tidak semasa dengan tokoh tertentu, akan mengetahui biografi tokoh itu dari beberapa tulisan dan buku.
Kecintaan Andi Budi dalam meneliti ini mendorongnya menjadi salah satu penggagas berdirinya Indonesia Qualitative Researcher Asosiation (IQRA) bersama Prof. Burhan Bungin dengan ketua dewan penasehat IQRA Bambang Soesatyo,SE, MBA, sedangkan Gus Andi tercatat sebagai Bendahara Umum IQRA.
Ketua Umum IQRA Prof. Burhan Bungin mengaku percaya dengan kualitas intelektual Gus Andi. Sebagai anak muda, Gus Andi memiliki integritas dan wawasan yang sangat luas.
"Gus Andi ini generasi muda, saya sudah tua. Harapannya Gus Andi ini berperan penting dalam kemajuan bangsa," katanya.
Prof Burhan berharap Gus Andi dan IQRA menjadi bagian penting dalam berkembangnya budaya meneliti. Beberapa kampus yang selama ini belum tersentuh bisa mendapatkan dana penelitian.( Ham)