BLITAR - Kelurahan
Kepanjenkidul Rabu (26/12/2018) pukul 19.00
WIB menggelar perayaan Natal Bersama 2018 di Gedung serbaguna
Kelurahan Kepanjenkidul Kota Blitar. Perayaan hari raya umat Kristiani yang panitianya diketuai
Heri Prasetyo mengambil tema, “Tidak Sama- Tapi bisa
Bersama Sama” yang dicuplik dari Matius 5:16-22, dan
menghadirkan pengkhotbah DR.Bambang Noorsena,SH.MA, serta dihadiri Wakil
Walikota Blitar Santoso.
Hadir juga Pendiri Yayasan Panti Harmoni Ibu Megah Irawati
(Tabita), Lurah Kepanjenkidul Rusli Efendi
Pengurus BAMAG Kota Blitar , Muspika Kecamatan Kepanjenkidul, Pendeta
dari berbagai denominasi Kota Blitar serta ratusan jemaat dari gereja yang ada
dikota Blitar
Acara dimeriahkan pertunjukan tarian modern dan solois persembahan dari jemaat gereja Kota Blitar. “Tema ini kami pilih untuk mempersatukan kita semua bersama sama walaupun kita berbeda keyakinan dan kepercayaan tetapi kita semua bersama sama mencapai satu tujuan untuk kemajuan Negara Indonesia,” ungkap Heri Prasetyo.
Dalam sambutannya Wawali Kota Blitar Santoso menyampaikan “ Tema yang ada malam hari ini memang agak lain dari yang lain, temanya tidak sama tapi bisa bersama sama, ini maknanya apa?. Ternyata peserta yang diundang pada perayaan Natal & Tahun Baru kali ini tidak saja berasal dari umat kristiani tapi juga umat islam diundang dan alhamdulilah juga hadir “. Spontan tepuk tangan meriahpun menyambut sambutan Wawali Kota Blitar.
Beliau berterima kasih kepada FKUB (Forum komunikasi Umat
Beragama) Kota Blitar yang menjalin kebersamaan antar umat beragama antara yang
mayoritas dan minoritas untuk saling menghormati. Ini kali ke empat Kelurahan
Kepanjenkidul merayakan Natal & Tahun bersama warganya yang dihadiri oleh
umat beragama selain Nasrani.
Lurah Kepanjenkidul Rusli Efendi berkomentar “ Dengan adanya Natal bersama kita menyatukan
baik dari agama Islam maupun Nasrani untuk bergabung dan sekaligus memperingati
walaupun beda agama tapi menciptakan suatu kerukunan dan kebersamaan, utamanya
itu”.
DR.Bambang Noorsena,SH.MA dalam wawancaranya menyampaikan
kalau tema umumnya dari PGI, Kristus adalah hikmat bagi kita. Implementasinya
dari matius 5:16-22. Pada ayat 22 itu yang penting bahwa kita tidak boleh
menyebut saudara kita kafir. Pengkafiran bisa disamakan dengan pembunuhan
secara teologis karena benar tidaknya itu adalah pilihan manusia dan hakim
terakhirnya hanya Tuhan.
Kalau diartikan dalam konteks kebangsaan artinya jadi luas.
“ artinya begini dalam kehidupan masyarakat yang sangat majemuk kita ini tidak
boleh mengukur orang lain dari paradigma kita, misalnya sampai mengucapkan hari
raya pada orang lain saja dianggap mengganggu iman. Saya kira berlebihan.
Harapan beliau terkait penyelenggaraan perayaan Natal dan
Tahun Baru yang dimeriahkan oleh lintas agama ini agar terciptanya,
terbangunnya kesaling pahaman satu sama lain seperti yang disampaikan oleh
menteri agama bahwa kita tidak boleh
mengintervensi tafsirnya orang lain, kita tidak boleh mengukur orang
lain dari ukuran kita, sehingga itu sebagai etika kehidupan bersama itu sangat
positif lebih lebih di tahun politik jangan sampai agama itu dijual sebagai
komiditi itu saya kira harganya terlalu mahal untuk kesatuan bangsa. Perayaan
Natal Bersama Kelurahan Kepanjenkidul ini merupakan pertisipasi Kelurahan, RW,
LPMK serta warga setempat di Kelurahan Kepanjenkidul. (VDZ)