SURABAYA - Suasana saat Uji Kompetensi Wartawan di Graha Family Golf
Surabaya, Senin (24/12/2018) pasca menjalani ujian kompentensi mendadak tegang.
Ada yang berbeda dialami oleh 14 jurnalis asal Jawa Timur dan seorang asal NTT selama
dua hari berlangsung. Hal ini disebabkan aktivitas harian sebagai pencari
berita mesti direlakan dan menggantinya dengan momen penuh ketegangan yang
dirasakan berbeda dari sebelumnya.
Ketegangan membuat sejumlah petinggi
redaksi di sejumlah perusahaan media mesti membuka internet dan kembali belajar
mengenai ilmu jurnalistik dengan kompetensi Muda, Madya dan Utama. Para
jurnalis pilihan mengikuti Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diselenggarakan
oleh UPN Yogyakarta, Fakultas Komunikasi yang bekerjasama dengan Persatuan
Jurnalis Indonesia (PJI).
Keanehan terjadi sejumlah wartawan berpenampilan rapi berpakaian kemeja
batik atau berbusana sopan, lain dari kebiasaan sehari-hari apa adanya dan
terkesan menggunakan busana santai dalam melaksanakan tugasnya. Kondisi tersebut
tidak beranjak membaik sesampainya di
ruang tempat pengujian, sebab sorot mata
dan wajah dingin para penguji seakan ingin merubah sikap dan perilaku calon
yang sedang diuji dengan sikap yang tegas dan menuntut kedisiplinan yang tinggi.
Padahal yang mengherankan melekatnya rasa ketegangan padahal bahan yang diujikan
adalah pekerjaan yang biasa dilakukan oleh wartawan sehari-hari, termasuk
petinggi media yang ingin memperoleh predikat sebagai Wartawan Utama.
“Meski yang diujikan adalah pekerjaan sehari-hari tapi tetap saja ketegangan
tidak bisa dihindarkan. Sebab, antara materi pengantar yang diberikan oleh
pemandu sebelumnya, berbeda dengan materi yang diujikan” ujar salah satu
wartawan senior Bachtiar sebelum ujian berlangsung dalam obrolan ringan bersama
kopi hitam hangat yang disediakan panitia.
Tidak ada sekat antara redaktur atau reporter, karena saat itu semua
memiliki satu kesamaan nasib yakni ketegangan dan kecemasan akan tidak lulus
kompetensi. Hal tersebut tergambar ketika salah satu Pimpinan Umum SKU Suara
Indonesia News, Qadar Maufirah yang mengikuti ujian kategori Utama
mengungkapkan kegelisahannya kepada sejumlah reporter lainnya.
Sebanyak 10 wartawan pada akhirnya dinyatakan kompeten dan lulus ujian
dengan tiga kategori yakni; Muda, Madya dan Utama dari 15 orang peserta yang
mengikuti Uji Kompentensi Wartawan itu.“Sebanyak 10 peserta dinyatakan lulus
dan lima orang tidak lulus,” ujar salah seorang penguji Dr Susilastuti selepas
acara penutupan UKW.
Nilai yang diberikan penguji minimal harus sebesar 70 untuk setiap mata
ujian. Sebab jika mendapat rentang nilai di bawah angka tersebut akan dinyatakan
tidak lulus karena sistemnya bukan berupa akumulasi. Ucapan selamat disampaikan
oleh Ketua PJI (Perkumpulan Jurnalis Indonesia), Hartanto Buchori pada 10
peserta yang dinyatakan kompeten pada periode kedua dalam tahun ini. Pada
periode sebelumnya, sebelumnya dilaksanakan 18 dan 19 Nopember 2018.
UKW merupakan realisasi dari Peraturan Dewan Pers Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Standar Kompetensi Wartawan dalam mengupayakan perbaikan pemberitaan melalui
unsur paling mendasar yakni kualitas dan kredibilitas wartawan bersertifikasi.
Beruntunglah kepada SKU Suara Indonesia News yang didaulat dengan
predikat terbaik dalam kompetensi utama saat digelarnya uji kompetensi termasuk
juga SKM Soerabaia Newsweek yang turut lulus dari empat pimpinan media
yang dianggap tidak lulus. (Tim)