Surabaya NewsWeek- Kota
Surabaya kembali terpilih dalam nominasi Guangzhou award tahun 2018. Agenda
internasional tersebut rupanya sudah diikuti Surabaya sebanyak 3 kali, namun
gagal. Keikutsertaan untuk keempat kalinya membuat Wali Kota Surabaya Tri
Rismahrini optimis, Kota Pahlawan mampu meraih penghargaan tersebut.
“Semoga yang keempat
ini bisa menang,” ujarnya diiringi tepuk tangan dari peserta saat menjadi
pembicara dalam acara pra kongres UCLG asia pasific ke-7 bertema Urban
Innovation for the local implementasion of global agenda di gedung dyandra
convention hall.
Kendati demikian, Wali
Kota Risma – sapaan akrabnya menegaskan bahwa setiap kali Surabaya mengikuti
berbagai macam perlombaan level lokal maupun internasional, dirinya selalu
menekankan kepada seluruh ASN dan warga bahwa penghargaan bukanlah yang utama.
"Justru tujuan utama kita adalah mensejahterakan warga Surabaya agar hidup
lebih baik ke depannya," ujarnya di sela-sela sambutan.
Dirinya pun mengakui
bahwa sebenarnya hubungan kerjasama antara Kota Surabaya dengan Kota
Guangzhou, Cina sudah terjalin sejak lama. “Kurang lebih saat saya masih
menjabat sebagai Kepala Dinas Bina Program tahun 2002,” ungkap wali kota sarat
akan prestasi tersebut.
Nicholas You selaku
Director of Guangzhou Institute for Urban Innovation mengatakan alasan terpilihnya
Surabaya dalam nominasi Guangzhou award karena inisiatif yang dilakukan
Surabaya dengan melibatkan masyarakat yang kemudian menjadi gerakan sosial. Hal
ini bisa menjadi contoh untuk negara lain dan itu tidak dapat disepelekan.
Nicholas mencontohkan,
pembayaran transportasi umum menggunakan botol plastik kosong. Selain itu,
inisiatif pengelolaan limbah di Surabaya telah mendapatkan kepemilikan dan
pembelian yang luas, sangat kreatif dan di dasarkan pada model bisnis yang
murah serta berkelanjutan secara keuangan. “Meskipun populasi berkembang,
jumlah limbah yang dihasilkan semakin berkurang,” terangnya.
Lebih lanjut, komitmen
yang kuat untuk mengadopsi praktik terbaik dan teknologi internasional dalam
menciptakan sistem pengelolaan, pemantauan dan pelaporan limbah yang
berkelanjutan secara ekonomi. “Hal itu yang membuat Komite Teknis terkesan oleh
efektivitas, kreativitas dan inisiatif Kota Surabaya dan itu sudah dibuktikan
secara nyata,” sambung Nicholas.
Menurut Nicholas,
Surabaya sudah layak disebut sebagai kota berkelanjutan. Hal itu dibuktikan
dengan sistem pengelolaan limbah partisipatif yang menjadi titik awal bagi
Surabaya untuk menjadi kota yang lebih berkelanjutan. Pengelolaan limbah yang
efektif, kata Nicholas, membutuhkan pengurangan konsumsi, peningkatan
penggunaan kembali dan daur ulang dan disiplin.
“Ini adalah indikator
kunci dari perubahan perilaku. Mungkin salah satu bahan terpenting untuk
memperkenalkan perubahan di sektor lain seperti transportasi dan mobilitas,
energi, keselamatan dan nutrisi,” tandasnya.
Nantinya, Indonesia
akan bersaing dengan 14 kota untuk mendapatkan Guangzhao award diantaranya,
Brusells Belgia, Dangbo Benin, Federal Distric Brazil, Vaudreuil-Dorion Canada,
Vancouver Canada, Guangzhou, China, Nanning China, Bogota Colombia, Curridabat
Colombia, Senftenberg Germany, Isfahan Iran, Hong Kong China, Eliat Israel,
Kfar Saba, Israel dan Bologna Italia.
“Kota-kota terpilih
akan diundang ke Guangzhou pada awal Desember dan juri akan memutuskan pemenang
berdasarkan presentasi serta aplikasi tertulis yang telah diajukan setiap
kota,” tutup Nicholas.( Ham )