Surabaya NewsWeek-,Wali
Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama delegasi United Cities and Local
Government (UCLG) Asia Pacifik (Aspac) melakukan penanaman pohon bersama di eks
insenerator Taman Harmoni Keputih Surabaya. Total sebanyak 100 batang pohon
dengan lima jenis tanaman yang ditanam di lokasi ini. Rinciannya yakni,
25 pohon Bisbul, 25 Kepel, 25 Nagasari, 13 Zaitun, dan 12 Namnam. Kegiatan ini,
sebagai simbol semangat untuk saling menghargai, mendukung dan membantu satu
sama lain, untuk pengembangan menuju kota yang berkelanjutan di Asia-Pasifik.
Sebelum dilakukan
penanaman pohon, Wali Kota Risma mengajak delegasi untuk berjalan-jalan
mengelilingi Taman Harmoni. Sembari berjalan santai, Ia juga menjelaskan kepada
mereka, bahwa lokasi ini dulunya merupakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah.
"Bapak ibu
sekalian, tempat ini dulunya adalah TPA sampah. Kurang lebih 25 tahun tidak
digunakan. Kemudian saya mencoba dengan segala keterbatasan dana, saya mencoba
mengubah eks TPA sampah ini menjadi taman kota," kata Wali Kota Risma
kepada para delegasi, Sabtu, (15/09/18).
Wali Kota Risma
mengungkapkan Taman Harmoni ini memiliki luas sekitar 60 hektar. Lokasinya
terbagi menjadi dua sisi, yakni barat dan timur. Masing-masing sisi, memiliki
luas sekitar 30 hektar. Di kawasan ini, kata dia, dulunya juga terdapat tempat
permukiman yang kumuh.
Kendati demikian, ia
kemudian berinisiatif untuk menjadikan kawasan ini taman dan membangun rumah
susun untuk relokasi rumah-rumah warga tersebut. “Tadi malam Bapak Ibu
menyusuri sungai, sepanjang itu dulunya juga rumah-rumah kumuh. Namun kami
pindahkan ke rusun sini,” ujarnya.
Disekitar Taman
Harmoni, juga terdapat sebuah eks insenerator. Namun, sejak eks TPA sampah
Keputih ditutup, alat tersebut sudah tidak lagi difungsikan. Oleh karena itu,
kemudian ia merelokasi ke TPA sampah yang baru. Menurut ia, di TPA yang baru
itu, pemkot dapat menghasilkan 11 megawatt (MW) listrik. Bahkan, ia juga
memastikan akan mengubah bekas eks insenerator itu menjadi co-working space.
“Kedepannya bekas eks
insenerator itu sesuai dengan perencanaan bersama, akan kita jadikan sebagai
co-working space,” jelasnya.
Karena, menurutnya
pada tahun 2040 nanti, dunia akan mengalami bonus demografi. Karena itu,
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya telah menyiapkan berbagai program untuk
menghadapi hal tersebut. Salah satunya yakni membangun co-working space, tempat
berkumpulnya anak-anak muda kreatif di Surabaya. “Tujuannya agar anak-anak muda
bisa memulai usahanya sendiri di co-working space tersebut,” terangnya.
Sejak awal ia menjabat
sebagai Wali Kota Surabaya, ia mengaku terus berupaya mengurangi tumpukan
sampah di TPA. Salah satunya yakni, dengan mengajak warga untuk ikut
berpartisipasi bersama pemerintah kota, dalam mengolah limbah sampah menjadi
barang yang lebih bermanfaat.
“Kalau hanya
pemerintah yang mengelolah itu sangat besar biayanya. Maka dari itu, saya buat
rumah-rumah kompos. Tujuannya, pertama untuk menekan biaya bahan bakar, dan
kedua menciptakan masyarakat peduli lingkungan,” pungkasnya.
Usai melakukan
penanaman pohon, beberapa delegasi UCLG, empat diantaranya dari Bangladesh,
India, Korea Selatan dan Filipina melanjutkan perjalanan ke beberapa tempat
wisata di Kota Surabaya. Mereka menikmati beberapa paket wisata yang sudah
disediakan Pemkot Surabaya. Seperti Taman Bungkul, Kampung Margorejo Kampung
Ketandan dan Taman Prestasi.
Menggunakan moda
transportasi bus, para delegasi terlebih dahulu mendatangi taman bungkul.
Disana, mereka langsung menyapa pengunjung dan berfoto ria bersama. Delegasi
asal Filipina Irvan menilai taman bungkul sangat asri dan sejuk. "Sangat
indah. Ini cocok pas mengajak orang-orang tercinta," ungkapnya.
15 menit di taman
bungkul, delegasi melanjutkan perjalanan ke Kampung Margorejo. Setibanya
disana, delegasi disambut warga dengan iringan musik patrol dari karang taruna
setempat. Tampak para delegasi ikut berjoget bersama warga dan sangat suasana
sangat cair.
"Saya terpikat
dengan kehjiauan kampung margorejo. Sebuah kerja yang hebat dari warga sekitar.
Sangat terinspirasi," ujar delegasi asal Bangladesh, Uddin Muhammad
Muslem.
Selanjutnya, delegasi
beranjak ke kampung ketandan. Delegasi asal India Dr. Pal Tapas mengaku senang
dan kagum dengan suasana kampung Ketandan Surabaya. Baginya, masyarakat
ketandan ramah dan sangat welcome. Menyusuri gang demi gang, para delegasi
langsung menuju balai budaya cak makerso ketandan. Sembari berfoto, mereka
langsung masuk ke dalam pendopo lalu duduk melingkar mendengar penjelasan dari
ketua karang taruna kampung ketandan Yusron.