Surabaya
NewsWeek- Wali Kota Surabaya
Tri Rismaharini bertindak cepat dalam membantu menangani dan mengobati Farel,
si anak berkebutuhan khusus (ABK) yang menderita banyak kelainan. Bahkan, Wali
Kota Risma juga langsung membentuk tim khusus untuk menangani bocah delapan
tahun ini.
Wali Kota Risma mengatakan keluarga Farel ini
berasal dari keluarga yang kurang mampu, sehingga ketika awal diketahui ada ABK
yang sakit lumayan parah, Wali Kota Risma langsung meminta Dinas Kesehatan
Surabaya untuk menyelamatkan anak itu. Bahkan, ia langsung meminta bocah yang
kos bersama ayahnya di Bulak Cumpat 2/26, Kecamatan Bulak ini untuk dibawa ke
RSUD Dr. Soewandhie untuk dilakukan pemeriksaan awal.
“Ternyata, penyakitnya bermacam-macam, ada
kelainan jantung, hiperaktif, autis dan matanya ada masalah,” kata Wali Kota
Risma seusai menggelar pertemuan dengan tim khusus di ruang kerjanya, Selasa
(7/8/2018).
Setelah itu, Wali Kota perempuan pertama di
Kota Surabaya ini langsung meminta Dinas Kesehatan Surabaya untuk membentuk tim
dokter dalam menangani penyakit anak ini. Sebab, dia tidak ingin terjadi kasus
serupa seperti Ibam, ABK yang agak terlambat konsultasinya ke dokter. Kini,
Ibam tuna netra dan sekolah di salah satu sekolah disabilitas di Surabaya.
Akhirnya, terbentuklah tim khusus yang terdiri
dari berbagai dokter spesialis, mulai dokter spesialis mata, dokter anak,
dokter anestesi, psikiatri, psikolog dan dokter mata. Pada saat bertemu tim
ini, Wali Kota Risma berkali-kali meminta tolong untuk dilakukan pengobatan
terbaik kepada Farel, karena apabila dia berhasil sembuh, maka tidak akan membebani
orang tuanya lagi.
“Sekarang sudah dibentuk tim, namanya manusia
kan harus berusaha dulu, nanti persoalan hasilnya di tangan Tuhan, bukan saya
lagi, tapi saya kan wajib untuk menyelamatkan anak ini karena saya sudah tahu.
Tim inilah nanti yang akan membantu Farel,” ujarnya.
Sementara itu, Diki Hermawan, salah satu tim
khusus para dokter mengatakan pertemuannya dengan Wali Kota Risma itu sebagai
dukungan dan support Pemkot Surabaya terhadap Farel. Selain itu, mereka juga
mendiskusikan tindaklanjut penanganan Farel, terutama operasi matanya. “Yang
kami tindaklanjuti sementara ini kondisi matanya, karena mungkin tidak hanya
matanya saja yang mengalami kelainan,” kata Diki.
Dokter Spesialis Mata RSUD Dr Soetomo ini juga
mengaku curiga bahwa Farel ini memang ada suatu kelainan bawaan, karena
kelainannya itu tidak hanya pada matanya saja, tapi juga ada gangguan perilaku
dan ada kelainan jantung. “Tapi, kalau dilihat dari kondisinya bisa sampai
besar, maka kemungkinan kelainan jantungnya tidak terlalu signifikan,”
tegasnya.
Diagnosa sementara, lanjut Diki, mata kanan
Farel didapatkan ada kekeruhan di dalam bola matanya dan didapatkan pula
penebalan di selaput retinanya atau selaput saraf matanya. Sedangkan di mata
kirinya, bola mata Farel memang kecil, karena diameter bola matanya hanya 15,9
mm, padahal normalnya sekitar 20-22 mm.
“Yang jelas setelah ini akan kami
masukkan ke kamar operasi dengan bius total. Nanti, akan kami evaluasi matanya,
andaikata ada sesuatu matanya yang bisa diperbaiki, maka akan kami perbaiki.
Tapi kalau tidak, kami akan sampaikan sesuai kondisi di lapangan. Kami akan
diagnosa semuanya dan kita sudah persiapkan di RSUD Dr Soetomo,” pungkasnya. (
Ham )