Surabaya Newsweek- Kunjungan pemantau Pilkada dari luar negeri
itu diantaranya berasal dari, Thailand, Amerika Serikat, Sri lanka, Malaysia,
Taiwan, Denmark, Timor Leste dan beberapa negara lainnya, disambut oleh
Walikota Surabaya Tri Rismaharini dirumah dinasnya Jalan Sedap Malm Surabaya.
Wali Kota Risma mengucapkan terimakasih dan selamat datang di
Kota Surabaya. Bahkan, pada kesempatan itu Wali kota perempuan pertama di Kota
Surabaya itu menyampaikan perubahan yang terjadi di kawasan eks lokalisasi
Dolly.
“Mungkin, tadi sudah berputar-putar di Surabaya diantaranya eks
lokalisasi Dolly dan beberapa museum di Kota Surabaya,” kata Wali Kota Risma
dalam sambutannya.
Rombongan dari KPU RI, KPU Jatim dan KPU Surabaya serta pemantau
Pilkada dari luar negeri memang mengunjungi beberapa tempat di eks lokalisasi
Dolly, yaitu DS Point di Jalan Putat Jaya Lebar B No.27,
Kelurahan Putat Jaya, dan eks wisma Barbara di Jalan Kupang Gunung Timur,
Kelurahan Putat Jaya. Di dua tempat itu,
mereka melihat berbagai produk UKM Dolly dan beberapa orang memborongnya.
Menurut Wali Kota Risma, ketika hendak menutup kawasan eks
lokalisasi Dolly, pemkot mendata ada sebanyak 6 ribu wanita tuna susila di
kawasan eks lokalisasi Dolly. Mulai tahun 2012, mereka diberi pelatihan
tergantung permintaan mereka masing-masing, ada yang diberi pelatihan menjahit,
handycraf dan kuliner. “Baru setelah dua tahun, tepatnya tahun 2014, kami
melakukan penutupan,” tegasnya.
Saat ini, kondisi di Dolly sudah berubah menjadi lebih baik dan
bebas prostitusi. Sebagian besar warganya sudah mulai bergerak menjadi pelaku
usaha dan beberapa produknya sudah tembus nasional maupun internasional.
“Salah satu produknya adalah batik yang rutin diambil oleh para
desainer nasional. Bahkan, setiap minggunya, rata-rata 1-3 ribu sandal hotel
keluar dari Dolly,” kata dia.
Selain itu, Wali Kota Risma memaparkan tentang kondisi Kota
Surabaya yang semakin nyaman dan hijau karena banyak dibangun taman-taman dan
sarana olahraga bagi warganya. Bahkan, Kota Surabaya kini sudah hampir terbebas
dari banjir.
“Dulu waktu awal-awal saya menjabat, hampir 50 persen kota
Surabaya banjir, sekarang sudah tinggal 2-3 persen yang banjir. Mudah-mudahan
tahun ini bisa segera kami selesaikan, sehingga Surabaya terbebas dari banjir,”
imbuhnya.
Sementara itu, Ketua KPU RI Arief Budiman mengatakan
kedatangannya ke Surabaya bersama para pemantau dari luar negeri bukan hanya
untuk semata-mata karena urusan pekerjaan. Namun, Kota Surabaya selalu
menyenangkan karena keterbukaan dan egaliternya, sehingga biasanya warga
Surabaya menyelesaikan masalah dengan to the poin.
“Surabaya adalah kota kelahiran saya. Saya melihat begitu banyak
perubahan, begitu banyak hal yang jauh lebih baik dibanding ketika saya kecil
dlu. Surabaya sekarang jauh lebih hijau dan bersih, tidak hanya di jalan
utamanya, tapi juga di kampung-kampung, termasuk di kampung masa kecil saya
dulu,” tegasnya.
Arief mengaku setiap ada teman, saudara dan kolega kerjanya dulu
berkunjung ke Surabaya, baik dari dalam dan luar negeri, pasti dia lewatkan di
Gang Dolly. Bahkan, sampai hari ini pun kalau bertemu untuk berwisata di
Surabaya, selalu dilewatkan di Dolly.
“Dulu, Dolly dikisahkan menjadi tempat prostitusi terbesar se
Asia Tenggara. Tapi sekarang sudah berubah. Sekarang, kalau saya mau ngajak ke
Dolly tidak perlu malu, saya buktikan hari ini kawasan saya dari luar negeri
saya ajak berkunjung ke Dolly,” kata dia.
Oleh karena itu, ia berharap Dolly tetap menjadi besar, bukan
lagi dengan prostitusinya, melainkan dengan UKM nya, baik di Indonesia maupun
di Asia. Sebab, dia tidak pernah membayangkan kawasan Dolly yang dulunya tempat
prostitusi menjadi kawasan yang produktif dengan para UKM-nya.
“Terimakasih Bu Risma karena sudah mengubah wajah Dolly menjadi
lebih baik. Mudah-mudahan cerita singkat di Surabaya ini tidak hanya berhenti
sampai hari ini, tapi bisa menjadi inspirasi untuk terus menyambung cita-cita
hijau dan cita-cita merubah dari hal yang tidak baik menjadi sangat baik dan
produktif,” imbuhnya. ( Ham )