Surabaya NewsWeek- Pada 2030, sekitar
30 persen anak di Asia Timur – atau 800 juta anak akan tinggal di perkotaan.
Kehidupan dan masa depan mereka bergantung pada bagaimana lingkungan urban
dapat mendukung perkembangan dan pertumbuhan anak-anak ini. Untuk mendiskusikan
cara menjadikan kota lebih aman dan lebih lestari bagi anak-anak, walikota,
gubernur dan pakar tata kota dari 10 kota di Asia Timur berkumpul di Surabaya,
Indonesia, dalam pertemuan yang bertajuk Growing Up Urban Summit.
Wali
Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan bahwa selama ini orang-orang di suatu
kota kebanyakan berbicara tentang pembangunan infrastruktur maupun ekonomi.
Menurutnya, sangat jarang sekali orang untuk berdiskusi tentang hak-hak atas
anak. Maka dari itu, dengan adanya pertemuan ini bertujuan untuk bagaimana
merumuskan masa depan suatu bangsa. Karena, masa depan suatu bangsa ada
keterkaitan kota dengan tumbuh kembangnya anak.
"Melalui
pertemuan ini, kami berharap dapat mendiskusikan berbagai persoalan yang
dihadapi perkotaan dalam upaya menciptakan lingkungan yang aman dan ramah untuk
anak-anak,” kata Walikota Surabaya Tri Rismaharini ketika ditemui di Hotel JW
Marriot, Senin, (07/05/2018).
Menurutnya,
permasalahan suatu anak sifatnya sangat komplek sekali. Misalnya,
ketergantungan anak dengan orang tua, dan lingkungan sekitarnya pastinya sangat
besar sekali. Karena itu, dengan adanya pertemuan ini diharapkan bisa
berpengaruh bagaimana kedepan merumuskan suatu kota agar layak terhadap anak.
"Ini
merupakan kesempatan yang langka bisa mengumpulkan wali kota dari berbagai
negara untuk berbagi pengalaman yang diharapkan bisa menjadi inspirasi dan
bermanfaat bagi satu sama lain di masa mendatang,” ujarnya.
Direktur
Regional UNICEF se-asia pasifik Karin Hulshof mengatakan pertemuan yang
didukung UNICEF ini meliputi diskusi dampak dari urbanisasi terhadap dua
periode pertumbuhan anak, yang utama yaitu di masa awal dan remaja, serta
cara-cara inovatif untuk memastikan kota ramah anak untuk semua, terutama
mereka yang hidup dalam kemiskinan.
Melalui
pertemuan ini, lanjutnya, para wali kota juga akan merancang visi untuk
perencanaan kota yang memastikan perkotaan tumbuh dengan inklusif, serta
bagaimana menyediakan peluang serta manfaat bagi setiap anak yang tinggal disana.
“Masa depan bagi ratusan anak di Asia Timur adalah kota besar. Kawasan ini
sangat urban yang menjadi rumah bagi tujuh dari 10 kota terpadat di dunia,”
kata Karin.
Dipilihnya
Kota Surabaya sebagai tuan rumah pertemuan kota layak anak, Karin menegaskan melihat
banyak program-program tentang kepedulian terhadap anak yang telah digagas oleh
Wali Kota Risma Surabaya membuat Kota Surabaya menjadi pilihan utama dijadikan
pertemuan 10 negara yang tergabung dalam anggota UNICEF ini.
“Penunjukan
Surabaya sebagai tuan rumah, karena melihat kota ini sangat pantas. Banyak
sekali program-program di Surabaya yang berkaitan dengan anak,” jelasnya.
Sementara
itu, Gunilla Olsson, Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia menuturkan Kota yang
aman dan lestari juga pilar penting bagi Agenda Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB) PBB. Sebuah seruan universal oleh pimpinan negara-negara di
dunia pada 2015 untuk mengakhiri kemiskinan, melindungi planet dan memastikan
semua orang menikmati perdamaian dan kemakmuran.
“UNICEF
juga berharap melalui pertemuan ini akan membantu antara satu dengan yang lain
dan berbagi informasi saling sharing pengalaman dalam implementasi kota
layakanak,” terangnya.
Tujuan
11 dari TPB adalah menjadikan kota inklusif, aman, berdaya lenting (resilient)
dan lestari. Menuntut semua pemangku kepentingan untuk menjawab resiko-resiko
perkotaan seperti polusi, kecelakaan lalu lintas, narkotika dan
ketidak-terjangkauan dari layanan-layanan dasar kesehatan, pendidikan dan
perlindungan sosial anak.
“Pertemuan
ini menunjukkan dedikasi Ibu Risma untuk mewujudkan hak anak dan remaja di
Surabaya, Indonesia dan seluruh dunia,” kata Gunilla Olsson, Kepala Perwakilan
UNICEF Indonesia. ( Ham )