Tulungagung NewsWeek- Dana optimalisasi / Stimulan Tahun 2017 yang
digelontor lewat Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ( APBD ) Kabupaten Tulungangung,
diduga rawan diselewengkan dan anehnya, dana yang diperuntukan pembangunan lingkungan, Rukun Tetangga ( RT ) di seluruh wilayah Kecamatan Kota Kabupaten
Tulungagung tidak
pernah dilibatkan serta tidak pernah diajak koordinasi .
Dalam hal ini, Kepala
kelurahan selaku Kuasa Pengguna Anggaran ( KPA) bertanggung jawab terkait, penggunaan Anggaran
Optimalisasi, namun ironisnya , Lurah Jepun
Ali Kosno tidak menyerahkan sepenuhnya terhadap Ketua RT.
Ririn Bendahara
Kelurahan menjelaskan bahwa dana
optimalisasi masih kewenangan Kelurahan dan untuk dana tersebut tidak diberikan
secara tunai kepada Ketua RT, namun sudah berupa pot bunga, dan bak sampah, bahkan
ia mengatakan pot bunga, bak sampah, semua sudah sesuai harga.
“Itu kewenangan Kelurahan,
bantuan itu juga tidak diberikan secara tunai terhadap Ketua RT, senua berupa
pot bunga dan bak sampah dan harganya sudah sesuai ,”tandas Rini.
Masih Rini, untuk Proyek
yang diambilkan dari APBD yang disalurkan
ke pada Ketua RT dengan perantara pihak Kelurahan dan sistem pembagian. "Untuk fisik
60% dan non fisik 40% ,”ujarnya Senin (
23/ 4/2018 ).
Ketika dikonfirmasi media
ini, Kepala Kecamatan Kota Tulungagung Puji Astuti menyampaikan bahwa,
dirinya tidak ingin terlalu masuk kedalam terkait pengelolaan dana, takutnya
nanti malah menjadi sasaran kemarahan lurah.
“Saya tidak ingin
masuk terlalu dalam urusan pengelolaan dana itu ( Dana Optimalisasi Kelurahan
Jepun – Red ),takut nantinya malah saya ,yang menjadi sasaran kemarahan Lurah,”
ungkapnya.
Namun, saat ditanya
tentang dana optimalisasi yang tidak transparan di Kelurahan Jepun, Camat Puji
Astutik hanya tersenyum saja.
Perlu diketahui bahwa,
total anggaran yang dicairkan lewat APBD Tahun 2017
Kabupaten Tulungagung sebesar Rp 6,6 Miliar, untuk empat belas Kelurahan, lalu untuk
dibagikan kepada 331 Ketua RT.
Beberapa Masyarakat
dan Ketua RT diwilayah Kelurahan Jepun menyayangkan sikap Kelurahan Jepun, yang tidak pernah melibatkan.
“Tahu –
tahu dilingkungan kita sudah ada pot bunga dan jumlahnya sangat minim sekali dan
untuk total keseluran Cuma Rp 4 Juta,”katanya dan mewanti wanti namanya untuk
tidak dipublikasikan. ( BK )