Surabaya Newsweek- - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama
5 orang Jurnalis televisi, masing-masing dari negara Belanda dan Aljazira
meninjau eks lokalisasi Dolly tepatnya di kawasan wisma Barbara.
Dalam kunjungan kali ini, Wali Kota Risma memberikan solusi
kepada warga dan anak-anak SMP maupun SMK terkait masalah pendidikan dan
kesejahteraan sosial yang mereka alami. Diawali ketika salah seorang ibu
bercerita ada 3 orang anak yang hidup sebatang kara karena orang tuanya
meninggal akibat penyakit HIV. “Satu ikut saya, yang dua tinggal dengan
neneknya. Tapi neneknya sakit keras,” ungkap salah seorang ibu kepada Wali Kota
Risma.
Mendengar hal tersebut, Wali Kota Risma memerintahkan pihak
Dinas Sosial (Dinsos) untuk segera mendata dan mengecek kondisi
keluarganya. “Nanti kita memberikan bantuan permakanan setiap harinya kepada
semua anggota keluarga termasuk ibu yang merawat salah seorang anak tersebut,”
tuturnya.
Tidak hanya itu, Wali Kota Risma juga menggratiskan biaya
kesehatan bagi seorang ibu yang mengalami sakit keras usai melalukan
pemeriksaan di salah salah rumah mirip tempat pemeriksaan bagi orang sakit.
Ditanya wali kota, sakit apa, ibu itu menangis lalu menceritakan kepada Wali
Kota kelahiran Kediri, bahwa dirinya diwajibkan dokter cuci darah namun Dia
menolak dikarenakan tidak ada biaya.
“Sudah ibu istirahat dan fokus penyembuhannya, tidak usah mikir
biaya, nanti saya kasih fasilitas kesehatan gratis dan diberi permakanan serta
uang setiap bulannya,” ujarnya.
Selain masalah
kesejahteraan sosial, Wali Kota Risma juga mendata anak-anak yang mengalami
putus sekolah. Menurut data dinsos ada sekitar 22 anak SD dan SMP yang
mengalami putus sekolah. Beragam alasan dilontarkan anak-anak ketika ditanya
alasan mengapa mereka putus sekolah diantaranya, belum membayar SPP dan
akhirnya tidak bisa ikut ujian, ada juga yang ingin melanjutkan ke jenjang SMK
tetapi putus karena tidak ada biaya.
“Kalau ingin mengubah
nasib lewat pendidikan, jadi tidak boleh putus sekolah. Tidak usah mikir biaya,
nanti saya carikan solusinya," pungkas wali kota diiringi tepuk tangan
anak-anak.
Setelah mendata dan bertemu warga, Wali Kota Risma
mengunjungi anak-anak muda yang tengah mengecat spanduk
bertuliskan Njarak Dolly berwarna hijau tua dan muda.
Tepat di samping spanduk (lapangan futsal), beberapa anak sedang melakukan
mural bergambar klub sepak bola Persebaya Surabaya.
Pada kesempatan ini, Wali Kota Risma ikut mengecat tembok
bergambar logo klub sepak bola Persebaya. Terlihat lekukan tangan Wali Kota
Risma menebali setiap goresan kapur yang digarap salah seorang pemuda. "Iki
engkok dadi gambar opo rek (ini nanti jadi gambar apa ya?),"
tanya Wali Kota Risma kepada salah seorang pemuda.
Usai mengecat, Wali
kota sarat akan prestasi itu mengunjungi rumah poduksi sepatu di wisma
Barbara. Disana, Wali Kota Risma banyak bercengkerama dengan salah
seorang pembuat sepatu. “Kok apik bu, nggawe sepatu model opo iku (kok
bagus bu, buat sepatu model apa ini),”? ucapnya sambil
tersenyum.
Selanjutnya, Wali Kota
Risma beranjak ke stand produk pelaku UKM yang terdiri dari pomade, produk
makanan tempe jarwo, bumbu rujak kemasan botol, kaos, pernak pernik kalung,
gelang, keripik samijali, minuman sari belimbing dan pembuatan kain
batik. Saat mendatangi pengrajin batik, mantan kepala bagian Bina Program
itu memberi masukan kepada salah seorang pengrajin kain batik.
“Ini krahnya
dipercantik dan dimodel berbeda-beda agar kesannya terlihat mahal,”
tegasnya.
Sementara itu, salah seorang
jurnalis asal Aljazira, Stef menceritakan tujuan datang ke Surabaya
terinspirasi dari seorang perempuan Belanda yang dulu melakukan perjalanan
berkeliling dunia, termasuk Surabaya.
Dalam hal ini, dirinya bersama tim ingin
mengkampayekan hak-hak perempuan. “Kami ingin mendokumentasikan sosok perempuan
Belanda itu dengan perempuan kekinian yaitu Wali Kota Risma," terang Stef.
( Ham )