SURABAYA NEWSWEEK- Pemerintah
Kota Surabaya sebenarnya sudah berencana memperbaiki Jembatan Kartini yang saat
ini diketahui ambles. Bahkan, saat ini sudah ada pemenang lelangnya dan tinggal
menunggu proses pembongkaran
untuk
meremajakan jembatan peninggalan Belanda itu.
Kepala Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya
Erna Purnawati memastikan ada beberapa faktor yang menyebabkan Jembatan Kartini
itu harus ditutup. Pertama, jembatan yang memiliki lebar 8 meter dengan panjang
10 meter itu sudah diketahui retak sejak tahun 2017,tepatnya ketika Dinas PU
Bina Marga dan Pematusan melakukan pengecekan jembatan-jembatan setiap
tahunnya.
“Setiap tahun kita memang rutin melakukan pengecekan jembatan-jembatan
di Surabaya. Dan pada tahun 2017, kami mengetahui Jembatan Kartini itu ada
retaknya, jadi kami tahunya bukan kemarinnya, tapi sudah tahun lalu,” kata Erna
ditemui di ruang kerjanya.
Setelah diketahui ada retakan, mereka pun langsung
melakukan Detail Engineering
Design (DED) atau Proyek Perencanaan Fisik untuk memperbaiki jembatan
itu. Namun, karena minimnya anggaran, maka pada Bulan Januari 2018, baru bisa dilakukan
lelang dan saat ini sudah ada pemenang lelangnya.
“Selain itu, Jembatan Kartini
itu memang sudah sangat tua. Usianya sudah sekitar 50 tahun lebih. Kalau
dilihat dari bentuk jembatannya, terlihat jelas bahwa pembangunan jembatan itu
bersamaan dengan Brandgang yang ada di sampingnya yang merupakan peninggalan Belanda. Jadi, sangat
wajar kalau jembatan itu retak,” kata dia.
Alasan lainnya, lanjut dia, saluran di
bawah jembatan itu dilewati saluran Dinoyo, dan belum bisa dikeruk, sehingga di
bawah jembatan itu masih tetap tinggi. Sedangkan di sisi selatan dan utaranya
sudah didalamkan hingga 2 meter, sehingga tidak boleh tidak harus tetap
diturunkan.
“Jadi, meskipun jembatan itu tidak
ambles, kami memang sudah berencana untuk membongkarnya, karena drainase menghambat, makanya kalau
hujan di daerah Kartini selalu ada genangan, itu salah satu penyebabnya,”
tegasnya.
Oleh karena itu,
Jembatan Kartini itu akan segara dibongkar dalam waktu dekat. Pembongkaran itu
memakan waktu sekitar 6 hari, dan selanjutnya akan dikeruk atau didalamkan
terlebih dahulu sebelum dilakukan pembangunan jembatan. “Pembangunannya sekitar
6 bulan dan bisa lebih cepat. Semoga bisa lebih cepat,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan
Irvan Wahyu Drajad mengaku sudah menyiapkan rekayasa arus lalu lintas karena
Jembatan Kartini itu ditutup total. Ia pun menghimbau kepada masyarakat untuk
menghindari Jembatan Kartini itu dan mencari jalan alternatif lain.
“Jadi, untuk rekayasa arus lalu
lintasnya dari arah barat Kartini ditutup dan diarahkan ke Anwari belok kiri
WR. Supratman, kemudian belok kiri ke Imam Bonjol ke arah Kartini atau
Pandigiling lagi. Sedangkan dari timur diarahkan ke Jalan Imam Bonjol lalu
belok kiri Pandegiling,” terang Irvan.
Adapun dari arah timur sebelum Teuku
Umar disiapkan papan tambahan ke Kartini lewat WR.Supratman. Kemudian dari Pandegiling
sisi barat diarahkan ke timur lewat Jalan Teuku Umar masuk ke arah WR.
Soepratman.
“Sedang dari utara imam bonjol diarahkan
ke WR Supratman lewat Kartini belok kanan ke Teuku Umar arah WR. Supratman,”
urainya.
Rencananya, kata Irvan, rekayasa arus
lalu lintas dan penutupan Jembatan Kartini itu berlangsung sekitar 6-7 bulan.
Hal itu sudah dikoordinasikan dengan Dinas PU Bina Marga yang membutuhkan
pembangunan jembatan itu sekitar 6 bulan.
“Dalam pengalihan arus lalu lintas itu,
kami bekerjasama dengan Kepolisian, Polsek Tegalsari dan Satlantas Polrestabes
Surabaya. Jadi, kami menghimbau kepada pengendara roda dua dan roda empat untuk
mencari jalur alternatif lainnya,” pungkasnya. (Ham)