SURABAYA NEWSWEEK- Dampak kunjungan kerja yang dilakukan
beberapa kota ke Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sepanjang tahun 2017
dimanfaatkan oleh Pemkot Surabaya dengan mengajak para tamu untuk singgah ke
stand-stand pelaku UKM, sentra PKL sekaligus mempromosikan tempat wisata yang
ada di Kota Pahlawan.
“Jadi nanti,
para tamu undangan sebelum atau sesudah studi banding dengan pemkot akan kami
bawa ke tempat kuliner dan wisata yang ada di surabaya. Kita akan terus lakukan
peluang ini agar roda perekonomian mereka meningkat,” ujar Kabag Hubungan Masyarakat
(Humas) Pemkot Surabaya, Muhammad Fikser di kantor Humas.
Menurut Fikser,
peluang ini harus segera dilakukan karena sepanjang tahun 2017, total jumlah
tamu yang datang ke Surabaya sebanyak 19.581 tamu. “Tentu ini memberikan dampak
ekonomi yang luar biasa bagi Kota Surabaya dari segala lini,” ujarnya.
Menurut Fikser,
banyaknya jumlah tamu yang berkunjung ke Surabaya tidak hanya membawa keuntungan
bagi pelaku UKM dan sentra PKL, namun tempat penginapan (hotel) dan mall turut
merasakan dampaknya. Utamanya, para tamu yang berasal dari luar Jawa Timur. “Sebesar
36% tamu paling banyak mengunjungi mall Tunjungan Plaza sedangkan tempat penginapan
paling banyak di hotel Simpang Dukuh sekitar 7,14%,” imbuh mantan Camat
Sukolilo ini.
Pakar
Statistik Institut Sepuluh November (ITS) Brodjol Sutijo
menjelaskan, banyaknya tamu yang datang untuk menimba ilmu di Surabaya diawali
ketika pemkot berhasil mendorong pembangunan di sektor ekonomi dan sektor yang
lain yang kemudian bergerak secara bersama-sama atau efek multiplier. “Hal ini yang kemudian membuat para tamu menilai
Surabaya layak dijadikan tempat pembelajaran,” kata Brodjol.
Hal ini, lanjut
Brodjol, yang kemudian dimanfaatkan oleh Pemkot Surabaya untuk mengajak para tamu
singgah mencicipi kuliner khas surabaya dan berwisata ke tempat-tempat
bersejarah. “Secara otomatis, ini akan meningkatkan perekonomian warga dan Kota
Surabaya sendiri,” ucapnya.
Lebih lanjut,
untuk mengetahui presentase para tamu selama di surabaya, Brodjol bersama tim
melakukan survei menggunakan tiga konsep variabel
penelitian yaitu, tingkat Kepuasan, Kegiatan Kedinasan dan Kegiatan Non
Kedinasan.
Menurut Brodjol rata-rata
tamu undangan dari kabupaten atau kota yang melakukan kunjungan kerja ke Pemkot
Surabaya menyatakan puas dengan pelayanan yang telah disediakan. “Tingkat kepuasaan
di mall mencapai 32,74%, kondisi kerajinan khas surabaya (UKM) sebesar 77,93%,
kondisi hotel sebesar 69,60% dan keramahan pemkot saat menyambut tamu sebesar
56,61%,” terang Brodjol.
Selain itu,
kunjungan tamu dinas ke Pemkot Surabaya yang paling banyak berasal dari DPRD
sebesar 21%, Diskominfo 12% dan instansi pemerintahan sebesar 18%. Sedangkan Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Surabaya yang paling banyak dikunjungi oleh para
tamu adalah Diskominfo sebanyak 1.241 orang dan Dinas Kesehatan sebanyak 655
orang. “Pada umumnya, para tamu lebih condong ke layanan publik dan teknologi
informasi,” ungkap pria berkacamata ini.
Sementara itu,
kegiatan non-dinas yang paling banyak dikunjungi diantaranya, Wisata kota tua
sebanyak 40,08%, kuliner paling banyak disukai Rawon sebesar 40,08%, gerai
batik mirota sebanyak 38% dan taman bungkul sebesar 51%. “Khusus Batik Mirota
masih harus diperjelas, apakah produsennya dari surabaya atau tidak? Kalau dari
surabaya tidak masalah, tetapi kalau bukan dari Surabaya perlu dibicarakan
ulang,” tegasnya.
Berdasarkan
hasil survei yang dilakukan, total jumlah tamu dari seluruh Indonesia yang
telah belajar ke Pemkot Surabaya terhitung mulai tanggal 4 Januari hingga 3
Desember 2017 sebanyak 19.581. “Jawa sebesar 39,7%, Sumatera 20,5%, Sulawesi
15,4%, Kalimantan 9,6%, NTT 2,6% dan Bali 2,6%. Sisanya dari Papua, Kepulauan
Riau dan Maluku,” tandas pria yang juga dosen fakultas Vokasi ITS tersebut.
Adapun
prediksi yang dilakukan Brodjol bersama tim terkait jumlah uang yang
dikeluarkan selama melakukan kunjungan kerja di Surabaya serta dampak
perputaran perekonomian di Surabaya. Dari 252 responden, total pengeluaran tamu
diperkirakan Rp 363.753.500, jika dihitung per orang, rata-rata pengeluaran
tamu selama di Surabaya sebesar Rp. 1.443.446.
Kemudian estimasi pajak dan retribusi sebesar 10% dan
estimasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari kunjungan tamu 10% atau sebesar Rp.
745.261.495,-. “Jika investasi atau pendanaan pembangunan 70% atau Rp
521.935.047, maka ada kenaikan terhadap
PAD sebesar 1,429,” urainya.( Ham )