LAMONGAN - Keberadaan sungai atau
yang lebih dikenal dengan sebutan Kali Asinan yang lokasinya membatasi dua
wilayah kelurahan di dua kecamatan, yakni; kelurahan Blimbing kecamatan Paciran
dengan kelurahan Brondong, yang kini nyaris tak seperti kali karena endapan
lumpur dan tumpukan sampah yang terus menggunung membuat warga di dua kelurahan
tersebut selalu was-was. Karena sewaktu waktu akan terjadi banjir. Banjir
karena tingginya curah hujan di wilayah tersebut, dan banjir akibat kiriman air
dari wilayah desa Dadapan Kecamatan Solokuro, sementara pada saat yang sama air
laut pada posisi pasang.
Informasi yang dihimpun media ini
menyebut kalau kondisi Kali Asinan terus menerus dibiarkan seperti itu, suatu
ketika rumah warga akan bisa tenggelam. "Suatu saat rumah penduduk
disekitar kali ini bisa saja tenggelam, karena endapan lumpur dan tumpukan
sampah setiap saat bertambah. Sementara sampai hari ini, belum pernah dilakukan
pengerukan lebih dalam," ujar Surip, warga setempat.
Menurut dia, beberapa tahun kemarin
pernah dilakukan pengerukan namun kegiatan tersebut dilakukan dengan
menggunakan tangan, dengan cara manual tradisional saja. "Masa mengeruk Kali
kok menggunakan tangan, itu kan hanya buang-buang anggaran saja,"
ungkapnya. Dia juga menambahkan, kalau lokasi anggarannya asal-asalan, asal ada
kegiatan dikeruk dengan tenaga manusia menggunakan tangan atau cangkul, begitu
selesai endapan lumpur akan meninggi lagi, berapa kekuatan manusia untuk
mengeruk Kali, ucapnya dengan nada tanya.
Direktur LP3M Lamongan, Nu'man
Suhadi menyebut ada ketidakseriusan pemerintah daerah dalam merevitalisasi Kali
Asinan ini. "Pemkab lamban dalam merespon kondisi Kali Asinan, bahkan ada
kecenderungan lempar tanggung jawab, antara Dinas PU Pengairan dan Dinas
Perikanan Kelautan, akibatnya ya terus menerus seperti ini,"
katanya.
Meski demikian, pria yang juga duduk
Wakil Sekretaris bidang Buruh, Tani dan Nelayan Pemuda Muhamadiyah Daerah
Lamongan ini, tak mengelak kalau terjadinya proses sedimentasi di Kali Asinan
ini memang sudah berlangsung lama, setidaknya setelah Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Brondong membuat design
pengembangan fisik yang sangat keliru.
"Bagai mana tidak ngawur,
membuat design Pembangunan Pelabuhan
Nusantara sangat tidak tepat karena pangkal hilir Kali Asinan yang
mempertemukan air Kali dengan air laut tiba-tiba dibelokkan. Apa akibatnya,
aliran air ya pasti tidak mungkin bisa lancar. Tumpukan sampah akan berhenti
dibagian belokan tersebut, " papar Nu'man.
Kalau sudah seperti ini, lanjut dia,
Pemkab yang pasti juga mencari celah dan akan melempar tanggungjawabnya bahwa
karena pembangunan pengembangan pelabuhan yang salah tersebut, problem Kali
Asinan jangan selalu diarahkan ke pemkab. "kembalikan dulu jalur Kali
Asinan menuju ke laut, itu akan terjadi. Jadi saling lempar tanggung jawab,
" katanya.
Kadis PU Pengairan pemkab Lamongan dihubungi
melalui Sekdinnya, jupri, membebarkan kalau selama ini pengerukan Kali
Asinan dilakukan dengan menggunakan tangan atau dengan cara manual. Dia
beralasan, karena kalau menggunakan alat berat tidak bisa masuk. "Ya,
repotnya disitu, mau dilakukan pengerukan dengan menggunakan alat berat,
kesulitan karena terlalu berjejalnya rumah disekitarnya, ya, terpaksa dengan
tangan saja," ujarnya berkelit. (Mas)