SURABAYA
NEWSWEEK- Kota Surabaya dipercaya sebagai tuan
rumah internasional Growing Up Urban
Making Cities Safe and Sustanable for every child atau biasa disebut Kota
Layak Anak. Acara ini digagas Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama UNICEF dan
akan diselenggarakan pada tanggal 6-8 Mei 2018 di Hotel JW Marriot.
Marc Vegara
selaku Chief of Communication and Public Advocacy UNICEF menjelaskan inti
pertemuan antar wali kota se-asia pasifik untuk berdiskusi, saling tukar ilmu
dan berbagi untuk mencari solusi dari problem-problem yang dialami setiap kota
tentang kondisi anak di perkotaan. “Mulai sekarang harus dipikirkan bagaimana
perencanaan dan kontrol bagi anak, jika tidak dilakukan akan sangat
membahayakan,” jelas Marc di Kantor Humas Pemkot Surabaya, Selasa (13/3/2018).
Selain itu, Marc
menuturkan, pentingnya acara ini untuk segera dibahas karena dirinya kerap
melihat dan mendengar permasalahan anak di kota berbagai kota di dunia. Saya
mencontohkan kejadian di sebuah kota bernama zero day yang ada di Afrika Selatan. Disana air telah mati dan
meminta kepada rakyatnya untuk mencari air sendiri. “Lalu bagaimana dengan
anak-anak, tidak mungkin mereka bisa hidup tanpa air. Itu sangat menakutkan,”
imbuhnya.
Kepala Perwakilan
UNICEF untuk Wilayah Jawa Arie Rukmantara mengatakan, acara ini akan
mempertemukan 11 wali kota dari 8 negara se-asia pasifik yang dikemas dalam
bentuk diskusi untuk membahas visi para wali kota dalam membangun kota layak
anak jangka panjang. “Diskusi ini sangat penting karena akan menghasilkan
kebijakan yang difokuskan pada kehidupan
anak di masa depan,” kata Arie.
Disampaikan
Arie, akan ada 4 topik yang dibahas dalam diskusi kota layak anak diantaranya,
mengukur investasi terhadap kepentingan anak dan remaja, perencanaan kota yang
mampu merespon kebutuhan anak dengan cepat dan fokus terhadap kebutuhan anak,
kebijakan tata kota penganggaran dan intervensi untuk anak dan remaja serta
merumuskan dan berkomitmen untuk memberikan solusi untuk mewujudkan hasil
diskusi selama 1 hari.
“Dari hasil
diskusi ini, diharapkan wali kota asia timur dan seluruh dunia benar-benar
berkomitmen untuk mewujudkan sekaligus menemukan solusi bagi kehidupan anak di
kota,” terang Arie.
Dikarenakan diskusi
ini sifatnya serius dan detail untuk mencari solusi serta problem yang dialami
anak-anak di kota, Arie menuturkan, pemkot
dan UNICEF hanya mengundang 11-12 wali kota se-asia pasifik serta menyiapkan beberapa
orang yang akan dijadikan moderator untuk mengarahkan jalannya diskusi antar
wali kota agar tujuan yang diinginkan
tercapai. “Kami akan hadirkan praktisi dan para ahli sesuai bidang
masing-masing,” urainya.
Selain itu, kata
Arie, wali kota yang hadir dalam forum diskusi tersebut dipilih oleh Pemkot
Surabaya dan UNICEF. “Sebenarnya, acara ini diawali ketika Ibu Risma meminta
kepada UNICEF untuk mengumpulkan para wali kota agar terwujud pelayanan yang
baik bagi anak,” ungkapnya.
Adapun
negara-negara yang hadir diperkirakan 80 orang diantaranya negara Hongkong, Vietnam,
Malaysia, Brunei, Kamboja. Sedangkan dari dalam negeri hanya Kota Surakarta
yang akan diundang. “Surakarta kami undang karena mereka memiliki tata kelola
kota dan perlindungan anak yang baik seperti Surabaya,” tandas pria berkacamata
itu.
Sementara itu,
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Nanis Chaerani menambahkan,
program-program
yang akan mendukung forum Surabaya Kota Layak Anak antar lain, kampung
pendidikan, kampung arek suroboyo, program puspaga yang di dalamnya terdapat
kegiatan parenting untuk anak normal dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK),
Sekolah pranikah, konseling bagi anak maupun keluarga yang mengalami masalah.
“Lalu ada
program In House Training bagi Linmas dan Satpol PP untuk meningkatkan kapasitas
prespektif perlindungan, program keluarga setara yang memberikan pembinaan
kepada keluarag rentan perceraian serta bakti sosial oleh forum arek suroboyo
dengan tema peduli gizi terhadap anak-anak di bantaran sungai. “Rencanannya
dilaksanakan di Bagong Ginayan Kelurahan Ngagel Kecamatan Wonokromo,” urainya.
Nantinya, melalui
pertemuan ini, Nanis menegaskan bahwa kegiatan ini memiliki dampak positif bagi
Kota Surabaya dari kebijakan secara budgeter dan non budgeter bagi masyarakat
(khususnya anak-anak). “Harapannya mampu diimplementasikan di kota kita,” ucap
Nanis.
Selanjutnya,
akan berdampak bagi perekonomian Kota Surabaya. “Hotel-hotel di Surabaya akan
laku, restoran atau kuliner dan souvenir juga akan laku. Dan lebih penting lagi
Kota Pahlawan akan lebih dikenal di negara-negara di dunia,” pungkasnya.( Ham )