SURABAYA
NEWSWEEK- Pemerintah
Kota Surabaya terus mengebut pengerjaan bozem baru di Surabaya Barat untuk
mengantisipasi banjir. Pada tahun 2018 ini, ada tujuh bozem yang sedang
dibangun oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP).
Tujuh bozem itu adalah di Kebraon, Telogo Tanjung
Bangkingan, Waduk Banpur Karangpilang, Simo Hilir, Lempung Perdana, Manukan
Tirto, dan di Yono Suwono. Tujuh bozem itu ukurannya rata-rata kecil dan
sedang.
“Yang paling besar yang akan kami bangun di Telogo
Tanjung Bangkingan. Dan yang pasti, tujuh bozem yang dibangun itu bisa
menampung air saat hujan deras,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan
Pematusan Erna Purnawati.
Menurut Erna, pembangunan tujuh bozem itu dilakukan
secara swakelola. Artinya, tidak dilelangkan seperti biasanya. Sebab, ia
menilai apabila dilelang seperti biasanya akan memakan waktu panjang dan
biayanya juga lumayan besar. “Jadi, temen-temen garap sendiri. Alat beratnya
pun kita bagi,” kata dia.
Melalui cara ini, maka proses pengerjaan bozem itu
bisa dipercepat. Bahkan, ia memperkirakan proses pengerjaannya hanya
membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga bulan. “Apalagi, temen-temen garapnya
hampir setiap hari, jadi bisa cepat diselesaikan,” ujarnya.
Hingga saat ini, sebanyak 37 bozem telah dibangun oleh
Pemkot Surabaya. Luasnya mencapai 1,2 juta lebih meter persegi. Adapun bozem
yang paling luas dan terbesar adalah Bozem Morokrembangan dengan luas 800 ribu
meter persegi. Terluas kedua Bozem Kedurus 143 ribu meter persegi dan terluas
ketiga Bozem Wonorejo 120 ribu meter persegi.
Erna menjelaskan, lokasi-lokasi yang dipilih untuk
membangun bozem itu bermacam-macam. Ada lahan yang sudah dibebaskan oleh Pemkot
Surabaya, seperti lahan yang ada di bundaran PTC yang sudah dibebaskan pada tahun
lalu dan ada pula di perumahan. “Di lahan yang dibebaskan itulah kami jadikan
bozem,” tegasnya.
Selain itu, ada juga bozem yang dibangun di atas lahan
milik militer, seperti Waduk Banpur yang lokasinya berada di area marinir. Oleh
karena itu, waduk tersebut diberi nama Waduk Banpur yang merupakan singkatan
dari bantuan tempur. “Tidak apa-apa meskipun di lahan marinir, asalkan mereka sudah
memberikan izin pembangunannya,” kata dia.
Erna menambahkan, saat ini masyarakat sudah semakin
sadar akan pentingnya bozem untuk menampung air pada saat hujan deras. Makanya,
semakin banyak warga mengusulkan dan meminta supaya daerahnya dibangun bozem.
Padahal, dulu banyak warga yang menolak pembangunan bozem itu karena berbagai
alasan, termasuk alasan pembebasan tanah.
“Kalau sekarang sudah banyak yang sadar fungsi bozem.
Malah sekarang ada warga yang meminta untuk dibuatkan jembatan dan gazebo di tengah-tengah
bozem itu, sehingga bisa dijadikan tempat untuk memancing,” imbuhnya.
Ia
memastikan bahwa pembangunan bozem di berbagai titik di Kota Surabaya ini untuk
mengantisipasi terjadinya global warming yang sudah mulai dirasakan di belahan
dunia, mulai dari banjir dimana-mana hingga bencana kekeringan. Tujuan itulah
yang biasanya selalu disampaikan oleh Wali Kota Risma ketika meresmikan bozem
di Surabaya.
“Makanya, Bu Wali juga selalu meminta supaya di kawasan bozem
dibuat lebih hijau sehingga dapat terhindar dari kesan gersang dan panas,”
pungkasnya. ( Ham )