Surabaya Newsweek- Di awal tahun 2018, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali
memulangkan 72 orang Penyandang Masalah Kesejahteraan Surabaya (PMKS) ke daerah
asalnya. Masing-masing dari mereka adalah 55 penderita Psikotik dan 17
Gelandangan – Pengemis (Gepeng).
Selain itu, agenda pagi ini juga ada penyerahan program Campus Social
Responsibility (CSR) berupa bantuan sepeda kepada siswa kurang mampu.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam sambutannya berpesan
kepada para PMKS, agar mereka tidak kembali lagi untuk menjadi PMKS di Kota
Surabaya. Menurutnya, di kampung halaman akan lebih baik dan nyaman untuk
mencari nafkah.
“Panjenengan kita pulangkan, panjenengan bisa
cari nafkah yang lebih baik ditempat njenengan. Tidak mungkin Tuhan
menempatkan kita di suatu tempat yang kita tidak bisa mencari nafkah, itu tidak
mungkin,” pesan wali kota kepada para PMKS, di halaman Taman Surya.
Risma menyampaikan, pihaknya akan mencoba untuk mendaftaran para
penyandang psikotik agar bisa mendapatkan bantuan kesehatan berupa BPJS
Nasional. “Nanti kami akan coba usulkan ke pusat agar mereka bisa dapat bantuan
kesehatan dari APBN,” imbuh wali kota kelahiran Kediri tersebut.
Sementara itu, koordinator Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
(TKSK) Surabaya, Sri Musilowati mengatakan, total petugas pendamping dari TKSK
yang mengawal PMKS pagi ini sebanyak 18 orang.
“Untuk pemulangan sekarang ini sudah ada evaluasi yang lebih
baik, sehingga kita juga bisa mempersiapkannya lebih baik,” tuturnya.
Menurut data dari Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya, PMKS yang
dipulangkan hari ini terdiri dari Provinsi Jawa Timur sebanyak 38 orang, Jawa
Tengah 15 orang, Jawa Barat 8 orang, Banten 2 orang, Bengkulu 1 orang,
Yogyakarta 1 orang, Jakarta 1 orang, Lampung 1 orang, Nusa Tenggara Timur (NTT)
2 orang, Sulawesi Selatan 2 orang, dan Sulawesi Tengah 1 orang. Untuk pulau
jawa Pemkot menggunakan akomodasi bus dan mobil, sementara luar pulau Jawa,
menggunakan moda transportasi pesawat.
Dalam agenda pagi ini, juga diserahkan bantuan sepeda untuk anak
sekolah dari program Campus Social Responsibility (CSR).
Sebanyak 15 sepeda langsung di serahkan oleh wali kota kepada para siswa yang
kurang mampu. Menurut wali kota, anak-anak sekolah ini diketemukan ketika
mereka berangkat sekolah menggunakan kendaraan truk (nggandol).
“Sekarang ini kalian ndak perlu nggandol, ndak usah
malu, ndak usah minder. Saya berharap kalian gunakan sepeda ini,” ujar wali
kota perempuan pertama di Surabaya ini.
Dihadapan para siswa, wali kota juga berpesan agar mereka tidak
putus sekolah, jika ada permasalahan tentang biaya atau kesulitan (SPP) bisa
disampaikan melalui Dinas Sosial. “Sesulit apapun kalian harus tetap sekolah,
karena dengan sekolah kalian bisa merubah nasib kalian, takdir orang tua
kalian, dan takdir bangsa ini,” pungkasnya. (Ham)