Surabaya Newsweek-
Calon Wakil Gubernur Jawa Timur Puti Guntur Soekarno mengunjungi sejumlah
tempat bersejarah yang berkaitan dengan kehidupan Presiden pertama Ir Soekarno
(Bung Karno) di Surabaya, Senin (22/1/2018).
Mengenakan busana merah bermotif hitam dibalut
kerudung merah, Puti berkunjung ke rumah kelahiran Bung Karno di Jalan Pandean,
Kelurahan Peneleh. Bung Karno lahir di tempat tersebut pada 6 Juni 1901.
Dalam sambutan, gaya Puti mengingatkan
kakeknya. Puti menyebut, “Dari ufuk timur dimulai.” Karena Bung Karno lahir
menjelang matahari merekah di ufuk timur, sehingga ia kemudian dikenal dengan
sebutan “Putera Sang Fajar”.
Ia menegaskan, pemilik rumah dan kampung
Pandean harus bangga, karena dari rumah seluas 5x14 meter persegi itulah lahir
tokoh besar, yang menjadi pemimpin Republik Indonesia di kemudian hari.
“Saya ditugaskan ke Jawa Timur untuk menjadi
Calon Wakil Gubernur, mendampingi Gus Ipul (Saifullah Yusuf). Kami berdua
diberikan tugas dan misi untuk ambil bagian menyejahterakan rakyat,” kata Puti.
Di sela sambutan, kata-kata mendadak Puti
terhenti. Keharuan tidak bisa lagi dibendung pada dirinya. Ia terisak menangis.
Semua terdiam melihat.
“Saya serasa pulang kampung. Saya bersyukur
bisa datang ke ini, tempat kelahiran kakek saya,” katanya terbata-bata, di sela
isak tangis.
Warga pun berteriak memberi semangat. “Ayo
semangat!” teriak warga. Seketika Puti tergugah. Ia hentikan tangisnya. “Ya,
kita harus semangat,” kata Puti.
Menurut Puti, menjadi pemimpin adalah amanah
yang sangat berat. Kisah Bung Karno menyemangatinya untuk bekerja optimal bagi
Jatim. “Inspirasi beliau Insya Allah selalu hadir dalam langkah-langkah kita
semua,” kata dosen tamu Kokushikan University Jepang, itu.
Usai dari rumah kelahiran sang proklamator,
Puti bergeser ke tempat Bung Karno melakoni kehidupan masa remaja di rumah
indekos, Jl Peneleh VII, milik tokoh Sarekat Islam, Haji Oemar Said (HOS)
Tjokroaminoto.
Memasuki kawasan tersebut, Puti disambut
ratusan ibu-ibu yang menyemangati dengan petikan lagu, “Mbak Puti siapa yang
punya, Mbak Puti siapa yang punya, yang punya kita semua.”
Menurut Puti, di tempat indekos itulah Bung
Karno ditempa dengan tiga spirit sekaligus, yaitu keagamaan, kebangsaan, dan
kemanusiaan.
“Nasionalisme Indonesia sejak awal memang
dilahirkan dari dimensi keagamaan yang mengatur nilai-nilai kemanusiaan,
seperti keadilan sosial, menghargai perbedaan orang lain, dan mengedepankan
musyawarah atau dialog,” ujar Puti.
Puti menambahkan, di Surabaya-lah, Bung Karno
mendapat tempaan pemikiran dan strategi merebut kemerdekaan dengan dibimbing
tokoh Islam seperti HOS Tjokroaminoto.
“Di rumah Pak Tjokro, tempat indekos Bung
Karno, saya membayangkan beliau berlatih pidato, berdiri, sambil tangannya
menunjuk-nunjuk ke arah penjajah,” ujarnya.( Ham )