Surabaya Newsweek-
Komisi B DPRD Surabaya menyoroti kinerja badan usaha milik daerah (BUMD),
khususnya Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (PD RPH) Pegirikan dan PD Pasar
Surya.
Dua BUMD tersebut mendapat 'rapor merah',
karena pengelolaan perusahaan dinilai semrawut, dan hasil usahanya tidak
sebanding dengan penyertaan modal berupa tanah dan bangunan.
Ketua Komisi B DPRD Kota Surabaya Mazlan
Mansyur mengatakan, RPH Pegirikan prognosa labanya hingga akhir 2017 hanya
mendapatkan Rp 23 juta. Padahal, jika disewakan hasilnya bisa sampai ratusan
juta.
Perolehan laba sebesar itu, sebut Mazlan, sama
sekali tidak sebanding dengan nilai aset yang dimiliki. “PD RPH mengelola
aset yang nilainya puluhan miliar. Kalau hanya bisa mendapatkan laba usaha Rp
23 juta, tentu menjadi pertanyaan,” kata Mazlan, kemarin.
Legislator dari PKB ini menilai, direktur
utama dan direksi yang baru dilantik tahun ini terbukti kurang cakap dalam
mengelola perusahaan.
Padahal, setiap harinya PD RPH memotong sampai
400 sapi, kambing, dan babi. Dari laba Rp 23 juta, Pemkot Surabaya menerima
deviden hanya separonya.
“Kami menyoroti managemen yang tidak terukur
dan seolah tidak memiliki kapabilitas dalam me-mananage perusahaan. Kami push
tahun depan harus bisa lebih meningkat lagi. Dengan inovasi bisnis yang ada,
seharusnya bisa lebih baguslah,” ujarnya.
Untuk PD Pasar Surya dapat rapor merah dasar
penilaiannya pada kondisi utang pajak dan blokir rekening, adanya
pemeriksaan terkait aliran uang yang tidak jelas sebesar Rp 7 miliar.
Mazlan minta Pemkot Surabaya segera mengambil
langkah tegas untuk menyelesaikan masalah di PD Pasar Surya.
“PD Pasar Surya sedang kritis, untuk laba akan
diakumulasi di tahun berikutnya, karena keuntungan yang didapatkan sekarang
masih diputar karena ada pemblokiran rekening,” urainya.
Untuk perusahaan daerah lainnya, seperti Kebun
Binatang Surabaya (KBS), pihaknya memberikan apresiasi lantaran tahun ini bisa
menghasilkan laba sampai Rp 1,75 miliar.
Namun di tahun 2018 mendatang, dalam rapat
RAPBD, KBS justru ingin menurunkan target menjadi Rp 600 juta. Karena itu, dia
minta KBS untuk melakukan efisiensi pengeluaran dan tetap mempertahankan laba
perusahaan sebesar Rp 1,75 miliar tersebut.
Sedangkan untuk BPR Surya Artha Utama dan BPR
SKU dua-duanya secara akumulasi mendapatkan laba sebesar Rp 150 juta. Yang
kedepan diminta untuk terus ditingkatkan untuk mengembangkan usaha di bidang
properti.
BUMD lainnya yang pendapatan labanya bagus,
imbuh Mazlan, adalah PDAM Surya Sembada.
"Tahun ini mereka bisa memberikan laba
senilai Rp 115 miliar. Tapi kami lebih menyorot ke kualitas pelayanannya,”
tuturnya. ( Ham )