Surabaya Newsweek- memiliki potensi untuk menjadi destinasi
wisata pahlawan. Selaras dengan predikat sebagai kota pahlawan, di Surabaya ada
banyak peninggalan bernilai sejarah yang menjadi rekam jejak para pahlawan
pendiri bangsa. Salah satunya rumah di Jalan Peneleh Gang VII nomor 29 yang
dulunya merupakan kediaman guru bangsa, Raden Hadji Oemar Said (HOS)
Tjokroaminoto.
Senin (27/11) siang,
rumah bersejarah tersebut diresmikan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini
sebagai museum HOS Tjoktoaminoto. Hadir dalam peresmian tersebut, cucu HOS
Tojkroaminoto, Harjono Sigit dan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota
Surabaya, Wiwiek Widayati.
Dalam sambutannya,
wali kota menyampaikan bahwa museum HOS Tjokroaminoto tersebut belum sempurna.
Karenanya, pemkot akan terus berupaya untuk menyempurnakannya dengan melengkapi
isi museum tersebut. “Ini memang belum sempurna. Ke depan akan terus kami
sempurnakan sehingga jadi aset wisata pahlawan di Surabaya,” jelas wali
kota.
Wali kota juga meminta
Dinas Perpustakaan dan Kearsiapan Kota Surabaya untuk membuat museum ini
menjadi mudah dimengerti anak-anak. Semisal dibuatkan media interaksi yang
membuat anak-anak senang dan lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan.
“Nanti akan ada media interaksi sehingga anak-anak senang. Semisal tentang
siapa saja tokoh yang dulunya belajar di rumah ini,” sambung wali kota.
Wali kota yang telah
menerima banyak penghargaan internasional ini mengatakan, kawasan di Peneleh
tersebut sarat sejarah. Selain museum HOS Tojkroaminoto, tidak jauh dari sana
juga terdapat rumah kelahiran presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno.
Dalam waktu dekat, Surabaya juga akan memiliki museum Dr Soetomo dan museum WR
Soepratman.
“Ini bisa jadi
kekuatan yang besar. Ini luar biasa asetnya. Bahkan, kelak bisa menjadi rezeki
untuk warga,” sambung mantan Kepala Bappeko Surabaya ini.
Agar kawasan tersebut
bisa mengalirkan rezeki untuk warganya, wali kota meminta warga di kawasan
tersebut bisa memanfaatkan kawasan wisata pahlawan tersebut. Salah satu
bentuknya dengan mengembangkan usaha mandiri. Warga juga berharap warga tidak
mengubah bentuk rumah demi menjaga nuansa sejarahnya. “Saya harap warga di sini
bisa memanfaatkan dengan menjual souvenir semisal kaos atau gantungan kunci
sesuai dengan temanya. Pak RW, tolong ya (supaya masyarakat bisa menangkap
peluang),” sambung wali kota.
Sementara cucu HOS Tjokroaminoto,
Harjono Sigit mengaku senang dan bangga karena rumah kakeknya dapat
dimanfaatkan orang banyak. "Saya senang tentu saja dan bangga semoga bisa
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya," kata Harjono.
Kepala Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan, Wiwiek Widayati menambahkan, koleksi yang ada di
museum HOS Tojkroaminoto, selain berasal dari badan arsip nasional, juga dari
bantuan keluarga. Beberapa koleksi tersebut diantaranya buku, mebel, baju,
tempat tidur. “Ini sifatnya dinamis. Seperti kata bu wali, kami akan terus
menyempurnakannya,” ujar Wiwiek. ( Ham )