Surabaya Newsweek -
Jaksa penuntut umum Ali Prakosa menghadirkan empat saksi pada sidang lanjutan
kasus dugaan penipuan dengan terdakwa Henry J Gunawan. Pada sidang kali ini,
empat saksi menyebut bahwa sertifikat tanah atas nama PT Gala Bumi Perkasa
(GBP), bukan atas nama Henry.
Empat saksi yang memberikan keterangannya di persidangan diantaranya, Yudiavian Tedja dan Anne Tandio selaku pembeli tanah, Hengky Budi Priyanto selaku notaris, dan Raja Sirait selaku mantan Direktur Utama PT GBP. Yudiavian, Anne, dan Hengky diperiksa bersama-sama. Sementara, Raja Sirait diperiksa secara terpisah.
Dalam keterangannya, Yudiavian, Anne, dan Hengky kompak menyebut bahwa tanah yang berlokasi di Claket, Malang atas nama PT GBP. Artinya, saksi menjelaskan tidak pernah ada sertifikat atas nama Hermanto.
Empat saksi yang memberikan keterangannya di persidangan diantaranya, Yudiavian Tedja dan Anne Tandio selaku pembeli tanah, Hengky Budi Priyanto selaku notaris, dan Raja Sirait selaku mantan Direktur Utama PT GBP. Yudiavian, Anne, dan Hengky diperiksa bersama-sama. Sementara, Raja Sirait diperiksa secara terpisah.
Dalam keterangannya, Yudiavian, Anne, dan Hengky kompak menyebut bahwa tanah yang berlokasi di Claket, Malang atas nama PT GBP. Artinya, saksi menjelaskan tidak pernah ada sertifikat atas nama Hermanto.
“Setelah saya cek, kemudian saya lihat semua
dokumen tanahnya. Sertifikat dan surat-surat lainnya atas nama PT GBP, bukan
Pak Henry,” ujar Yudiavian Tedja pada persidangan yang digelar di Pengadilan
Negeri (PN) Surabaya, Senin (11/11/2017).
Lebih lanjut, Yudiavian juga membenarkan bahwa semua tindakan hukum atas tanah tersebut mewakili badan hukum. Ia bahkan membenarkan bahwa transaksi tanah yang berlokasi di Malang tersebut dilakukan dengan PT GBP, dan bukan dengan Henry.
Yudiavian juga mengaku pernah meminjam tanah tersebut untuk digunakannya selama tiga tahun.
Lebih lanjut, Yudiavian juga membenarkan bahwa semua tindakan hukum atas tanah tersebut mewakili badan hukum. Ia bahkan membenarkan bahwa transaksi tanah yang berlokasi di Malang tersebut dilakukan dengan PT GBP, dan bukan dengan Henry.
Yudiavian juga mengaku pernah meminjam tanah tersebut untuk digunakannya selama tiga tahun.
“Iya benar, sebelumnya lahan pernah saya
gunakan dengan izin Pak Tri. Pak Tri itu anak buahnya Pak Teguh (Teguh
Kinarto). Saat itu kata Pak Tri, tanah itu milik pribadi Pak Teguh,” bebernya.
Selama dirinya menggunakan tanah tersebut untuk lahan parkir, tidak ada seorang pun yang mempermasalahkannya.
Selama dirinya menggunakan tanah tersebut untuk lahan parkir, tidak ada seorang pun yang mempermasalahkannya.
“Saya tidak kenal Hermanto. Tiga tahun saya
pakai tanah itu untuk lahan parkir, tidak ada orang yang protes,” terangnya.
Hal senada diungkapkan oleh Hengky Budi Priyanto selaku notaris yang mengani proses jual beli tanah tersebut. Menurut Hengky, tanah di Malang yang dipermasalahkan oleh Hermanto sebelumnya merupakan aset milik PT GBP.
Hal senada diungkapkan oleh Hengky Budi Priyanto selaku notaris yang mengani proses jual beli tanah tersebut. Menurut Hengky, tanah di Malang yang dipermasalahkan oleh Hermanto sebelumnya merupakan aset milik PT GBP.
“SHGB saat ceking (pengecekan) tidak ada
masalah, bersih. Isi kuasa menjual intinya PT GBP memberikan hak menjual kepada
Yudiavian Tedja, Anne Tandio, dan Iwan,” kata Hengky.
Sementara itu, Raja Sirait, mantan Direktur Utama PT GBP mengaku tanah di Malang tercacat sebagai aset PT GBP dan semua tindakan atas aset itu atas nama perusahaan yaitu PT GBP.
Sementara itu, Raja Sirait, mantan Direktur Utama PT GBP mengaku tanah di Malang tercacat sebagai aset PT GBP dan semua tindakan atas aset itu atas nama perusahaan yaitu PT GBP.
Saat ditanya oleh M Sidik Latuconsina, kuasa
hukum Henry apakah dirinya mengenal nama Hermanto, Raja mengaku tidak pernah
mengenalnya.
Raja Sirait juga mengungkapkan keterlibatan
Teguh Kinarto yang tidak lain adalah paman dari Hermanto yang akhirnya
mengganti dirinya sebagai Dirut PT GBP.
Kemudian, saat tidak lagi menjabat sebagai PT GBP dan digantikan oleh Teguh Kinarto, Raja mengaku pernah mendapat info bahwa tanah di Malang tersebut akan dikerjasamakan.
Kemudian, saat tidak lagi menjabat sebagai PT GBP dan digantikan oleh Teguh Kinarto, Raja mengaku pernah mendapat info bahwa tanah di Malang tersebut akan dikerjasamakan.
“Pak Teguh ini kan grupnya Pak Soei (Heng Hok
Soei). Yang saya tau punya saham di Gala Bumi Perkasa, ” pungkasnya.
Tak hanya itu, dalam sidang tersebut terungkap
bahwa tanah biaya mengurus surat tanah tersebut menghabiskan dana hampir
mencapai Rp10 milyar. Karena itu Henry mempertanyakan mana mungkin dijual
kembali sebesar Rp 4,5 milyar.
"Sebetulnya itu bukan jual beli. Waktu
saya menjabat intinya ada perjanjian kerjasama," jawab saksi Raja Sirait
singkat saat ditanya. ( Ham )