Surabaya
Newsweek- Masyarakat Kota Surabaya diimbau untuk mewaspadai potensi timbulnya
penyakit di musim hujan. Terutama penyakit yang ditularkan oleh binatang.
Kewaspadaan ini bisa dimulai dengan membiasakan hidup bersih di lingkungan
tempat tinggal masing-masing.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita menyampaikan,
tidak hanya nyamuk yang selama ini menjadi penular penyakit demam berdarah atau
cikunguya, tikus juga bisa menjadi perantara penyakit. Menurutnya, tikus bisa
menyebabkan penyakit leptospirosis bila ternyata urine/darahnya mengandung
bakteri lestospira.
Seperti kejadian yang terjadi pada keluarga di Dukuh Karangan Gang 5 RT
10/ RW 03, Kelurahan Babatan, Kecamata Wiyung, yang diduga terjangkit
virus tikus. Menurut Febria, untuk kejadian yang menimpa keluarga di Kelurahan
Babatan tersebut, masih di duga (terjangkit leptospirosis).
“Sudah dilakukan pemeriksaan cepat (rapid test) ibu nya (Suparmi) dan
negatif. Kalau untuk bapaknya masih suspect karena belum ada hasil ceknya, itu
hasilnya nanti 7-10 hari. Untuk tikusnya, kami sudah ambil untuk dicek ke
Salatiga guna melihat apakah ada bakteri lestospira,” ujar Febria Rahmanita.
Menurut Febria, di kawasan tersebut memang banyak ditemukan tikus.
Menurutnya, dari upaya yang dilakukan
petugas Linmas dan warga, kemarin ditemukan 20 tikus dan delapan tikus pada hari ini. “Untuk
daerah sini akan kami pantau selama 15 hari ke depan untuk dilakukan
pemeriksaan kesehatan,” sambung dia.
Selama ini, sambung Febria, Dinkes Kota Surabaya rutin melakukan
penyuluhan setiap pekan kepada warga. Ada kader lingkungan dan juga dari
Puskesmas yang turun mengingatkan warga untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Termasuk imbauan untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk dan membersihkan
barang-barang yang tida terpakai di dalam rumah.
“Kami lakukan penyuluhan setiap pekan terkait kebersihan lingkungan.
Tikus itu senang bercampur dengan dengan barang-barang kotor. Jadi satu-satunya
cara untuk pencegahan adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan. Tidak hanya
di dalam rumah, tetapi juga di lingkungan sekitar rumah,” sambung pejabat yang
baru menunaikan ibadah haji ini.
Terkait penyakit yang diakibatkan oleh virus tikus, Febria menjelaskan
bahwa gejalanya hampir mirip dengan flu. Juga dibarengi dengan mata merah dan
bial didiagnosa lanjut, matanya agak kuning. “Langkah pertama yang dilakukan
begitu ada gejala panas, segera bawa ke Puskesmas untuk dilakukan diagnosa. Dan
yang kedua, yang paling penting jaga kebersihan. Tumpukan barang yang nggak terpakai
itu dibuang,” sambung pejabat yang juga dokter gigi ini.
Kabag Humas Pemkot Surabaya, Muhammad Fikser menambahkan, ketika ada
informasi terkait kejadian di Dukuh Karangan Gang 5 RT 10/ RW 03, Kelurahan Babatan, Kecamata Wiyung,
personel dari Linmas dan Penanggulangan Bencana langsung melakukan pembersihan
bersama warga di lokasi rumah. “Kemudian dilakukan renovasi rumah oleh personel
penanggulangan bencana Linmas dan kecamatan,” jelas Fikser.
Terkait usulan
untuk rehabilitasi rumah melalui program RSDK (Rehabilitasi Sosial Daerah
Kumuh) nya Dinas Sosial Kota Surabaya, Fikser menyebut belum bisa dilaksanakan
karena kelengkapan administrasi. Sebab, rumah tersebut merupakan milik
saudaranya yang kemudian diizinkan dipakai.
“Sementara kalau untuk renovasi rumah,
itu jadi milik yang bersangkutan dan proses administrasinya jelas. Jadi yang
bisa dilakukan pemkot adalah memplester lantai dan dinding. Sebenarnya secara
fisik, rumahnya masih layak, hanya kebersihannya,” sambung Kabag humas.(Ham)