Surabaya Newsweek- Menyambut datangnya bulan November tahun ini,
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya kembali menggelar Sekolah Kebangsaan demi
mewariskan semangat cinta tanah air kepada generasi muda era kekinian.
Sekolah Kebangsaan yang dikemas layaknya
aktifitas belajar mengajar ini diawali di Taman Jayengrono, Senin (23/10/2017).
Agenda tahunan ini dihadiri ratusan pelajar di Kota Surabaya. Dari tingkatan
Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Mereka duduk lesehan di
tengah taman yang sudah ditata bernuansa perjuangan.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini
dan beberapa veteran pejuang, tampil sebagai seorang “guru” yang berkisah
tentang perjuangan para pahlawan dan juga semangat kepahlawanan.
Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia
(LVRI) Surabaya, Hartoyik, menjadi “guru pertama” pada Sekolah Kebangsaan kali
ini. Veteran pejuang yang kini berusia 87 tahun ini berkisah tentang betapa
dashyat perjuangan para pahlawan, khususnya arek-arek Suroboyo dalam
mempertahankan kemerdekaan.
“Tujuan Sekolah Kebangsaan ini bagus
agar anak-anak tidak melupakan sejarah. Terlebih di area ini (Taman
Jayengrono), ada momentum sejarah luar biasa. Sebagai cucu dan cicit para
pahlawan, kalian harus memiliki semangat besar untuk meneruskan perjuangan para
pahlawan,” tegas Hartoyik.
Setelah eyang Hartoyik, giliran Wali
Kota Tri Rismaharini yang menyampaikan pentingnya diadakan Sekolah Kebangsaan.
Menurut wali kota, Sekolah Kebangsaan ini penting diselenggarakan agar
anak-anak tahu bahwa kemerdekaan yang diraih, bukan karena diberi. Tetapi
merupakan hasil perjuangan para pahlawan. Semua warga Surabaya kala itu ikut
bertempur dan ribuan orang gugur.
“Kalian bisa bersekolah dan
beraktivitas seperti sekarang, karena hasil perjuangan. Karena itu, sudah
seharusnya kalian meneruskan perjuangan para pahlawan. Tentunya tidak dengan
mengangkat senjata. Tetapi kalian harus siap menjadi pemenang dalam kompetisi
dengan anak-anak dari seluruh dunia,” ujar wali kota.
Menurut wali kota, dipilihnya lokasi
Taman Jayengrono karena di kawasan tersebut, pada 1945 silam, terjadi
pertempuran antara arek-arek Suroboyo melawan sekutu yang mengakibatkan
pimpinan sekutu, jenderal Mallaby tewas di Surabaya. Termasuk ketika melakukan
penyobekan bendera di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit) pada 19 September
1945.
“Para pahlawan dulu berani berjuang
dengan alat seadanya. Tetapi mereka punya nyali dan berani demi mempertahankan
kemerdekaan. Karena itu, kalian jangan pernah merasa takut atau rendah diri.
Kalian harus berani berjuang untuk memperebutkan keberhasilan. Apalagi kalian
dibekali dengan ilmu pengetahuan. Gunakan apa yang kalian miliki untuk kemajuan
kalian,” sambung wali kota.
Tri Rismaharini Walikota Surabaya
yang pekan ini, akan menerima penghargaan Global Green City Award PBB di New
York, menyampaikan banyak pesan penting kepada para pelajar. Tentang semangat
kepahlawanan yang harus diwarisi, tentang pentingnya keberanian untuk bersaing
dengan pelajar di seluruh dunia, tentang pentingnya menjadi pemenang di kota
sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Juga tentang imbauan agar pelajar
tidak mem-bully temannya.
“Sesama pelajar adalah teman. Kalian
tidak boleh mem-bully sesama teman. Kalian juga jangan membeda-bedakan teman
berdasar kemampuan ekonominya, suku, agama. Jangan permasalahkan itu. Jangan
karena sibuk mempermasalahkan itu kalian lalu jadi pecundang. Jadilah seperti
sapu yang kuat karena bersatu,” pesan Walikota.( Ham )