INDUSTRI – Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia
(HIMKI), Soenoto mengatakan dalam dua tahun terakhir industri mebel dan
kerajinan Indonesia mengalami penurunan kinerja. Hal tersebut disebabkan
kelangkaan bahan baku rotan. Kelangkaan ini ternyata bukan tanpa sebab. Salah
satu penyebabnya adalah masih terus berlangsungnya penyelundupan bahan baku
rotan ke beberapa negara, seperti China, Vietnam, dll.
Pada , Indonesia masih menjadi eksportir utama bahan baku rotan, diikuti
oleh Singapura (diluar fakta bahwa Singapura tidak memiliki lahan/hutan yang
ditumbuhi rotan). Pada akhir tahun 2011, pemerintah memberlakukan kebijakan
larangan ekspor bahan baku rotan. Namun demikian, sampai saat ini, Singapura
masih menjadi eksportir utama bahan baku rotan, walaupun nilai ekspornya terus
turun. “Rotan yang diekspor Singapura disinyalir merupakan rotan ilegal yang
berasal dari Indonesia. Artinya ketika kebijakan larangan ekspor rotan bahan
baku diberlakukan, penyelundupan rotan terus terjadi,” ujar Soenoto di Jakarta,
Selasa (19/9).
Menurutnya Industri mebel dan kerajinan rotan membutuhkan jaminan pasokan
bahan baku dalam jangka panjang dan lestari. Untuk itu, HIMKI tetap mendukung
diberlakukannya Permendag No, 35/M-DAG/PER/11/2011 yang diterbitkan pada bulan
November 2011 tentang ketentuan ekspor rotan, dimana didalamnya mengatur adanya
larangan ekspor rotan dalam bentuk rotan mentah dan rotan setengah jadi (poles,
kulit dan fitrit). Hal ini mengingat industri mebel dan kerajinan rotan didalam
negeri sangat membutuhkan bahan baku untuk semua jenis rotan. Disamping itu,
seluruh sumber daya alam yang dimiliki harus diolah didalam negeri guna
meningkatkan nilai tambah yang sebesar-besarnya.
Kebijakan pemerintah menutup ekspor rotan dalam bentuk bahan baku dan
mewajibkan untuk diolah lebih lanjut didalam negeri sesuai UU No. 3 Tahun 2014
adalah sangat tepat, mengingat Indonesia telah memiliki dan mampu mengolah
jenis bahan baku tersebut demi kesejahteraan masyarakat banyak. Disamping itu,
semua jenis rotan yang ada dapat dimanfaatkan oleh industri mebel dan kerajinan
rotan didalam negeri menjadi produk barang jadi.
Dengan diterbitkannya Permendag No. 35 tahun 2011 industri mebel dan
kerajinan rotan di dalam negeri bergairah yang sebelumnya mengalami kelesuan,
hal ini terlihat dari perkembangan ekspor produk rotan olahan yang sangat
signifikan setelah diterbitkannya kebijakan larangan ekspor bahan baku rotan.
Berkenaan dengan hal tersebut, HIMKI akan selalu mengingatkan pemerintah agar
kebijakan yang melarang semua ekspor dalam bentuk bahan baku termasuk rotan
tetap dipertahankan, sehingga industri dalam negeri dapat berkembang dan
terlindungi.
Mengacu pada matrik pengembangan industri mebel dan kerajinan nasional
mengenai pengamanan bahan baku sebagai jaminan penunjang utama terjadinya
pertumbuhan industri, yang digagas HIMKI, maka adanya rencana membuka kembali
keran ekspor bahan baku rotan harus kita cegah karena bahan baku tersebut pada
akhirnya akan diekspor habis-habisan seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.
Ekspor bahan baku sangat bertentangan dengan program hilirisasi yang telah
dicanangkan pemerintah. Di sisi lain, saat ini indaustri mebel dan kerajinan
rotan masih dalam tahap recovery.
Sepertti diketahui bersama, adanya kebijakan ekspor bahan baku rotan
beberapa tahun lalu, telah membuat China dan Vietnam merebut market share
Indonesia. Kedua Negara tersebut tampil menjadi kompetitor Indonesia dan telah
mampu menjual produk barang jadi rotan dengan harga yang lebih murah. Potensi
market China yang besarpun (sebesar pasar Amerika Serikat dan Eropa) tidak
dapat dipenetrasi Indonesia karena China memasok kebutuhan dari hasil
industrinya sendiri.
Akibat keluarnya kebijakan pemerintah yang membuka ekspor bahan baku telah
menghapus Trangsan, Sukoharjo, Jawa Tengah, dari peta sentra industri mebel dan
kerajinan rotan nasional. Kelangkaan bahan baku ini juga telah menyebabkan para
pengusaha industri rotan di Jepara, Jawa Tengah, Tengerang Banten, Lampung, Palembang,
sentra-sentra industri rotan di Surabaya, dan beberapa sentra industri mebel di
beberapa wilayah dalam skala kecil mengalami kesulitan memperoleh bahan baku.
(nrc)