Surabaya Newsweek - Membiasakan membaca buku
kepada anak-anak sejak usia dini penting dilakukan untuk pembentukan karakter
anak di masa yang akan datang. Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot)
Surabaya dalam rangka mewujudkan implementasi revolusi mental gemar membaca,
mengadakan kegiatan bertajuk “Safari Gerakan Nasional Membaca”.
Hadir dalam acara
tersebut Kepala Perpustakaan RI, Drs. Muh Syarif Bando, MM, Anggota Komisi X
DPR RI, Arzeti Bilbina Huzaimi,
Kepala Dinas Perpusatakaan dan Kearsipan Kota Surabaya, Drs. Wiwiek Widayati
dan Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Pusat, Drs. Satria Dharma.
Menurut Kepala
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya, Wiwiek Widayati, minat baca
pada anak di surabaya sangat baik, karena seluruh stakeholder ikut bergerak bersama sehinga percepatan pertumbuhan
budaya baca terus meningkat dan berjalan dengan baik.
“Berdasarkan data
yang ada pada tahun 2016 minat baca anak terletak di angka 60 persen, sedangkan
target 2017 sekitar 70%. Hal ini akan mendorong tingkat baca perpustakaan
nasional untuk menumbuh kembangkan minat baca sekaligus mempercayakan surabaya
sebagai percontohan minat baca,” kata Wiwik di graha sawunggaling.
Saat ini, Pemkot telah menyediakan
lebih dari 1.399 perpustakaan atau taman bacaan di Surabaya yang tersebar di
kampung-kampung, sekolah, taman kota, pondok pesantren ataupun mobil keliling.
Seperti yang terjadi di salah satu
taman bacaan (TBM) yang sampai saat ini banyak pengunjungnya adalah Taman Flora
di Jalan Manyar, Surabaya. TBM Taman Flora memiliki lebih dari 2 ribu koleksi
bacaan, mulai dari cerita anak, novel, buku agama, hingga buku-buku berbagai
keahlian.
“Koleksi TBM memang tergolong sedikit bila dibandingkan dengan perpustakaan-perpustakaan besar. Namun, begitulah konsep Pemkot yang ingin membuat taman bacaan dalam ukuran kecil, tetapi dalam jumlah banyak dan mudah dijangkau masyarakat,” ujar Wiwik.
Di Taman Flora, selain TBM, lanjut Wiwik, ada juga fasilitas Broadband Learning Center atau BLC. BLC merupakan tempat pendidikan komputer dan internet gratis untuk warga Surabaya. Di Surbaya, ada 22 BLC yang tersebar di berbagai sudut Kota Surabaya. Di Taman Flora, TBM dan BLC berbagi ruangan yang sama di bangunan berukuran sekitar 12 x 4 meter.
Begitu juga aktifitas TBM di masing-masing RW yang terus diupayakan agar selalu banyak pengunjung. Untuk memaksimalkan TBM di RW, Badan Perpustakaan mendatangkan petugas pendamping agar para pengunjung yang kebanyakan anak-anak bisa diarahkan dengan baik.
"Kalau bicara minat baca, tidak hanya belajar membaca tapi membiasakan membaca. Berarti ada strategi yang dikembangkan oleh para pendamping TBM misalnya program strory telling," tandasnya.
“Koleksi TBM memang tergolong sedikit bila dibandingkan dengan perpustakaan-perpustakaan besar. Namun, begitulah konsep Pemkot yang ingin membuat taman bacaan dalam ukuran kecil, tetapi dalam jumlah banyak dan mudah dijangkau masyarakat,” ujar Wiwik.
Di Taman Flora, selain TBM, lanjut Wiwik, ada juga fasilitas Broadband Learning Center atau BLC. BLC merupakan tempat pendidikan komputer dan internet gratis untuk warga Surabaya. Di Surbaya, ada 22 BLC yang tersebar di berbagai sudut Kota Surabaya. Di Taman Flora, TBM dan BLC berbagi ruangan yang sama di bangunan berukuran sekitar 12 x 4 meter.
Begitu juga aktifitas TBM di masing-masing RW yang terus diupayakan agar selalu banyak pengunjung. Untuk memaksimalkan TBM di RW, Badan Perpustakaan mendatangkan petugas pendamping agar para pengunjung yang kebanyakan anak-anak bisa diarahkan dengan baik.
"Kalau bicara minat baca, tidak hanya belajar membaca tapi membiasakan membaca. Berarti ada strategi yang dikembangkan oleh para pendamping TBM misalnya program strory telling," tandasnya.
Terlepas dari peran pemerintah, dalam
proses memajukan kegemaran minat baca pada anak agar bisa terwujud. Ada tiga
faktor lain yang dinilai turut memiliki andil besar dalam menggelorakan minat
baca pada anak yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat.
“Salah satu cara
untuk menumbuhkan minat baca anak yang paling mudah adalah dengan cara
membiasakan membacakan dongeng saat sebelum menidurkan anak,” imbuhnya.
Potret tingginya
minat baca di surabaya dari tahun ke tahun ditanggapi positif oleh Kepala
Perpustakaan RI, Drs. Muh Syarif Bando, MM. Ia mengaku, program yang sudah
dicanangkan oleh Ibu walikota, Tri Rismaharini tentang kota literasi sangat
baik. Hal ini di dukung oleh sumber dana dan sumber daya yang sangat mumpuni
“Seperti kita
ketahui, walikota menggerakkan 450 pustakawan untuk disebar di taman baca dan
perpustakaan demi mewujudkan kampung atau kota literasi,” ungkap Syarif.
Lebih lanjut, Syarif
mengatakan, program ini sudah memasuki tahap nyata atau sudah terlaksana dengan
nama aksi literasi. Sejak dini anak dikenalkan dengan budaya membaca, hal ini
akan meningkatkan kemampuan anak dalam memahami informasi secara
analitis, kritis, dan reflektif. Itu terlihat dari sejumlah sekolah SD dan SMP
yang menghasilkan karya buku. “Saya kira itu luar biasa dan bisa menjadi contoh
bagi kota-kota lain di Indonesia,” terangnya.
Sementara itu, Komisi
X DPR RI, Arzeti Bilbina Huzaimi
menambahkan, dalam proses memajukan kegemaran minat baca pada anak maka dirinya
bersama kawan-kawan di komisi X mempunyai komitmen kuat untuk mengawal literasi
baca dn surabaya. “Salah satunya dengan meningkatkan anggaran” ujar Arzeti.
Perempuan
kelahiran Lampung tersebut juga berharap dan berpesan kepada masyarakat untuk
bisa mencintai dan menghargai buku. Karena bangi nya buku adalah jendela dunia
yang dapat menambah wawasan anak.(
Ham )