BONDOWOSO –
Implementasi dan “Program Stop Berduka” yang baru diluncurkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Bondowoso, diharapkan bisa mampu membentuk kemitraan antara
bidan dan dukun dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi (AKI/AKB).
Kemitraan bidan
dan dukun ini harus terjaga dengan baik agar semua tujuan dapat tercapai yaitu
terutama dapat menyelamatkan ibu dan bayi pada saat proses persalinan.Kemitraan
bidan dan dukun dapat diwujudkan dengan kerja sama dan adanya rasa saling
percaya. Selain itu dalam melaksanakan kemitraan bidan dan dukun, keduanya dituntut
bertindak sesuai dengan kewenangan dan kompetensinya, kata Mohammad Imron,
Senin 12/06/2017.
Kepala Dinas
Kesehatan ini menambahkan, dukun bayi merupakan masyarakat terlatih yang selama
ini turun temurun dan berbekal dari pengalaman untuk membantu persalinan. Namun
para dukun ini tidak mempunyai kompetensi yang mampu mendeteksi terjadinya
hal-hal yang membahayakan bagi ibu dan bayi.
Mereka tidak
memiliki kompetensi, karena pada dukun ini hanya memberikan pertolongan tanpa
memperhitungkan dan belum paham jika terjadi penyulit, komplikasi. Dan mereka
tidak memiliki keterampilan untuk mengatasi hal tersebut. Oleh karena itu,
dukun bayi tidak boleh membantu persalinan, terang Mohammad Imron usai penandatanganan
komitmen bersama Program Stop Berduka.
Di Bondowoso,
saat ini keberadaan dukun bayi dengan segala keterbatasnya, justru dipercaya
sebagai masyarakat untuk menagani proses persalinan. Mohammad Imron
menyampaikan, untuk tahun 2015 ada 522 dukun bayi di Bondowoso.
Jika tahun 2015 dukun
yang bermitra dengan bidan mencapai 84,48 persen dan di tahun 2016 berkurang
menjadi 490 dengan 88,75 persen yang sudah bermitra, saya harap tahun ini semua
dukun bayi di Bondowoso bisa bermitra dengan bidan dan tenaga kesehatan
lainnya, harapnya. (Tok)