Surabaya
Newsweek - Pembangunan angkutan massal
cepat di Surabaya akan segera dimulai. Bahkan, proyek trem Surabaya untuk jalur
utara ke selatan, akan dimulai tahun ini. Kepastian keberlanjutan proyek trem
Surabaya itu disampaikan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini kepada awak media
di ruang kerja wali kota, Kamis (8/6/2017).
Disampaikan
Wali Kota Tri Rismaharini, berdasarkan hasil rapat dengan Kementerian
Perhubungan di Jakarta kemarin, memunculkan titik terang perihal pembiayaan
proyek trem untuk jalur utara-selatan. Bahwa untuk pembiayaan trem mencapai Rp
2,7 triliun yang berasal dari APBN. “Kemarin dirapatkan di Kemenhub kalau untuk
trem di Surabaya, mereka sudah punya biayanya dari APBN. Untuk tahun ini baru Rp
100 miliar. Untuk tahun depan akan lebih banyak lagi anggarannya. Saya inginnya
tahun ini dikerjakan. Kita tetap kerja sama dengan Kemenhub dan PT KAI untuk
utara selatan ini. ,” jelas wali kota.
Menurut
wali kota, untuk pengerjaan proyek trem ini akan dimulai dari Jalan Tunjungan.
Untuk loop pertama rute nya dari Tunjungan menuju Joyoboyo. Sementara
untuk loop kedua dari Tunjungan ke Jembatan Merah. Terkait ini, wali kota sudah
mengintruksikan kepada dinas terkait untuk melakukan pengukuran mulai Kamis
(8/6) pagi kemarin. Selain itu, sambung wali kota, Pemkot juga masih harus
bertemu dengan PT KAI untuk membahas pembangunan depo di Joyoboyo.
Pemkot
juga sudah mengantisipasi dampak dari pengerjaan proyek trem di Tunjungan.
Utamanya untuk kelancaran arus lalu lintas. Karena memang, ketika pengerjaan
proyek trem dimulai, ruas jalan yang biasanya empat ruas, tentunya akan
berkurang. “Jadi nanti kalau di Tunjungan dikerjakan, jalurnya kan akan
berkurang, itu kita pindah ke Simpang Dukuh. Kami sudah bebaskan yang di jalan
Simpang Dukuh untuk pelebaran jalan. Besok pagi kami bongkar bangunan yang
dibebaskan. Dinas PU sudah ganti rugi. . Dinas PU juga akan kecilkan berem nya
jalur tengah nya Darmo,” sambung wali kota perempuan pertama di Surabaya ini.
Sementara
untuk yang arah timur-barat, wali kota menyampaikan moda yang dikembangkan
adalah LRT (Light Rail Transit). Untuk rute timur-barat ini lebih panjang dari
yang rute trem utara-selatan. Untuk pengerjaan LRT ini, wali kota menyebut akan
membuat usulan untuk Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU). “Yang kita
ikutkan KPBU itu yang timur barat. Aku proses dulu sambil menunggu sampai mana
yang akan dikerjakan Kemenhub. Tapi sudah ada anggarannya. Mungkin akan lebih
murah karena kita pakai LRT. Kalau monorel itu mahal sekali. Kemungkinan ada
yang seperti trem tapi bisa naik di tempat-tempat tertentu karena ada viaduk
yang kita tidak akan bngkar dan juga ada yang turun,” sambung wali kota.
Kepala
Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajat menambahkan, pertemuan
dengan Kemenhub kemarin memberikan titik terang bagi pengerjaan proyek trem di
Surabaya meskipun dalam kenyataannya mundur karena kondisi faktor pembiayaan.
Meski begitu, selama ini, Pemkot Surabaya telah melaksanakan domain pekerjaan
sesuai Memorandum of Understanding (MoU) pada 2015 silam. “Sekarang sudah ada
titik terang pembiayaan APBN untuk utara-selatan dan untuk barat-timur skema
diusulkan pembiayaan melalui KPBU,” jelas Irvan.
Irvan
menegaskan, dinas nya sudah memperhitungkan antisipasi penggunaan jalan
Tunjungan untuk jalur trem. Yakni dengan pelebaran Jalan Simpang Dukuh.
Menurutnya, pelebaran ini akan dikerjakan secara paralel. “Semua program kami
apakah jalan pedestrian, trem termasuk depo, berjalan secara paralel. Termasuk
park and ride. Kita tidak saling menunggu tapi secara paralel. Untuk antisipasi
penggunaan jalan Tunjungan untuk jalur trem, Insya Allah sudah kita hitung
manajemen dan rekayasa lalin. Kita alihkan ke genteng kali dan simpang dukuh,”
jelas Irvan.( Ham)