KEDIRI KABUPATEN –
Jumlah sumur di Desa Manggis, Kecamatan Puncu semakin berkurang setiap harinya.
Dari total 1.198 sumur warga, sampai kemarin, tinggal 933 yang masih bisa
dimanfaatkan. Lainnya, sebanyak 265 sudah mengalami ambles, terancam ambles,
dan ada yang airnya keruh.
Bahkan kemarin, menurut Kepala Desa Manggis Mujiran,
jumlah sumur yang ambles bertambah lima lagi. Padahal sebelumnya, sudah ada 129
titik yang sumurnya tersedot ke bumi. “Jika ditotal semua, sampai hari ini
(kemarin, Red) jumlah sumur yang ambles di sini mencapai 134 titik,” ujarnya.
Selain itu, Mujiran menyebut, sebanyak 131 sumur
menunjukkan tanda-tanda tidak aman. Meski belum ambles, sumur itu sudah
termasuk rawan ambrol. Tanah di seputarnya telahgrowong. Yang lain,
airnya keruh sehingga tidak bisa dikonsumsi.
“Sumur-sumur ini tidak dapat digunakan. Makanya,
semua sumur yang berpotensi ambles sudah diberi tanda,” terangnya.(sabtu
06/05/2017) bahkan telah diberikan tanda garis polisi oleh pihak kepolisian.
Hal ini demi mengantisipasi timbulnya jatuh korban. Terutama warga yang berada
di sekitar sumur ketika titik itu mengalami ambles.
Hanya saja, karena banyaknya sumur yang rawan,
Mujiran mengatakan, tidak semua diberi tanda garis polisi. Bagi yang tidak
diberi police line, warga berinisiatif menandainya sendiri dengan
tali rafia. “Ya talinya diikatkan mengelilingi area sumur,” ungkapnya.
Lantas bagaimana menangani sumur yang telah ambles
tersebut? Mujiran mengungkapkan, warganya melakukan pengurukan pada sumurnya.
Ini mengantisipasi agar tanah ambles tidak merembet ke bangunan lain. Terutama
bangunan, tempat tinggal, atau kandang ternak.“Untuk penanganan sudah 127 sumur
yang diuruk. Sampai sekarang (kemarin) masih sisa tujuh sumur ambles yang belum
diuruk,” paparnya.
Mujiran mengingatkan, warga yang sumurnya sudah
menunjukkan potensi ambles mesti hati-hati. Terutama bagi anak-anak yang sering
main di sekitar sumur. Sampai kemarin, warga terus bergotong-royong. Mereka
saling bantu menguruk sumur yang sudah ambles.
untuk diketahui, fenomena sumur ambles di Desa
Manggis terjadi di empat dusun. Selain Dusun Manggis sendiri, juga menimpa
Dusun Dorok, Nanas, dan Jambean. Kondisi terparah dialami warga Dorok.
Setidaknya di sini sebanyak lebih dari 80 sumur sudah ambles. Kemudian di Nanas
ada 33 sumur tersedot bumi.
Terpisah, Kepala Dusun (Kasun) Jambean Bambang
Setiadi menyebutkan, di tempatnya ada tiga sumur yang belum diuruk. Untuk
pengurukan, sebagian ada bantuan beberapa organisasi masyarakat (ormas) untuk
warga. Lainnya diupayakan warganya sendiri. “Sebagian ada yang beli tanah
uruknya sendiri. Swadaya warga sendiri,” terang pria berkumis tipis ini.
Saat ini, Bambang mengatakan, warga dusunnya
berupaya cepat-cepat menimbun sumur yang ambles. Itu karena mereka takut bisa
merembet ke rumah. “Jarak sumur dengan rumah juga dekat, makanya segera
ditimbun,” bebernya.
Meskipun sehari sebelumnya, Pemprov Jatim melalui
Wakil Gubernur (Wagub) Saifullah Yusuf menyatakan, niatnya untuk membantu warga
yang tidak mampu yang sumurnya ambles, warga masih merasa waswas. Sebab, bila
menanti terlalu lama, mereka khawatir amblesnya sumur terburu merembet ke
rumah.
Karena itu, setiap ada tanah uruk yang datang, warga
setempat pasti segera bergotong-royong untuk menguruk sumur. Menurut Bambang,
warga hanya meminta bila nanti pemerintah ingin membantu, lebih baik membuatkan
sumur baru seperti sumur bor. “Untuk pengurukan biarlah warga yang
menanganinya sendiri,” tuturnya.
Hal itu pula disampaikan oleh Suparman, warga Dusun
Jambean, yang sumurnya ikut ambles. Dia mengaku, dekatnya jarak sumur dengan
bangunan rumah membuatnya selalu waswas. Bukan hanya soal ambles, tetapi juga
persediaan air bersih. “Kini sudah tidak bisa minum air dari sumur,” bebernya.
Sebab, sumur-sumur tetangga yang rumahnya berdekatan dengan rumahnya juga ikut
ambles.
Karena itu, Suparman yang juga ketua RT 01/RW 02
Jambean, mengatakan, saat ini dia bersama tetangganya yang lain masih
membutuhkan air bersih. “Untuk penampungan air hujan kami tadah pakai terpal,”
ucapnya.
Hingga kemarin, dia mengungkapkan, droping air
bersih masih terus dilakukan. Bantuan air itu, baik dari Pemkab Kediri maupun
dari PT Gudang Garam Tbk. “Sehari bisa empat mobil yang berisi 4 ribu liter air
dikirim ke sini,” ungkapnya.
Kemarin (2/5), sumur milik Suparman belum
ditimbun. Meski sudah ada satu bak tanah uruk di depan rumahnya, ia mengaku,
masih harus menunggu giliran. Sebelumnya, tanah uruk itu dibelinya dengan harga
Rp 150 ribu per satu bak truk colt diesel. “Saya berharap, besok (hari ini,
Red) sudah bisa menguruk sumur itu, biar nggak waswas
terus,” katanya. (iwan,Ulum)