LUMAJANG - Petani Tebu Lumajang Jawa
Timur berjanji akan mendatangkan Investor asing untuk mendirikan Pabrik Gula
Swasta. Upaya tersebut dilakukan oleh para petani tebu Lumajang mengingat semua
aspirasi para petani tebu tidak pernah diindahkan oleh PG Jatiroto Lumajang
sehingga seringkali dirugikan.
Menurut Budi Susilo, Ketua DPD APTRI Nusantara X1 saat diwawancarai sejumlah awak media. APTRI Lumajang sudah kehabisan akal saat ini untuk dalam memperjuangkan masyarakat petani tebu agar PG Jatiroto Lumajang mampu transparan sehingga para petani tebu sejahtera. "Investor dari India, bukan hanya pabrik untuk menggiling gula, namun juga untuk tetes, bio ethanol, kertas, dan ada lagi jenis dari hasi prosesnya itu laku ke PLN," ucapnya, Jum'at (28/4/2017).
Menurut Budi Susilo, Ketua DPD APTRI Nusantara X1 saat diwawancarai sejumlah awak media. APTRI Lumajang sudah kehabisan akal saat ini untuk dalam memperjuangkan masyarakat petani tebu agar PG Jatiroto Lumajang mampu transparan sehingga para petani tebu sejahtera. "Investor dari India, bukan hanya pabrik untuk menggiling gula, namun juga untuk tetes, bio ethanol, kertas, dan ada lagi jenis dari hasi prosesnya itu laku ke PLN," ucapnya, Jum'at (28/4/2017).
Masih
kata dia, meyikapi luasan tanam tebu di Kabupaten Lumajang yang saat ini yang
mencapai hinggga 18.000 hektare namun hampir seluruhnya terjual ke luar daerah.
Tidak menjual tebunya ke PG-Jatiroto, bahkan ada yang ke Jawa Tengah. Hal yang
demikian dilakukan oleh petani tebu Lumajang mendasari ketidak puasan para
petani tebu Lumajang terhadap sistem atau metode yang diberlakukan oleh PG-Jatiroto selama ini yang
dinilai kurang transparan.
"Ironis, ada dua yakni Tebu Rakyat (TR) dan Tebu
Sendiri (TS) masuk satu kuwali, itu rendementnya kok bisa tidak sama, selalu
lebih tinggi milik TS (Tebu Sendiri) miliknya PG, sedangkan TR (Tebu Rakyat)
selalu dibawahnya, ini harus dirubah metode yang demikian sudah tidak sesuai
sengan zaman, ini menandakan ada yang tidak beres," tuturnya.
Masih
kata dia, terkait dengan hal yang demikian pihaknya mengaku sudah melakukan
audensi kepada Bupati Lumajang Drs. As'at malik, dan dikatakan olehnya jika
pihaknya mendapat dukungan penuh.
"Alhamdulillaah, beberapa waktu yang lalu kita audensi ke Bupati,
rupanya beliau respon mau membentuk satgas tim rendement, jadi nanti teman dari
pemerintah khususnya Disbun akan ditugaskan ke PG-Jatiroto untuk mengontrol
rendement," kata Budi.
Iapun
memaparkan data hasil pantauan dari Pos yang ada di Kabupaten tetangga yakni
Probolingga dan Pasuruan yang mendapati jika ratusan truck angkutan tebu dari
Lumajang pergi menuju PG tujuannya diluar daerah yang dinilainya lebih
menghasilkan disaat musim panen.
"Luas
tanam tebu di Lumajang ini sangat luas, namun yang tergiling PG-Jatiroto 5jt Kwintal dari Tebu Rakyat, ini petani
semburat sudah, ada yang kirim ke KTM, ada yang ke Malang, bahkan menurut data
Pos yang ada di Pasuruan juga Probolinggo, tebu Lumajang ini yang keluar kota
lewat utara ini hampir 400truck setiap hari, lainnya lewat selatan, sebenarnya
kemarin itu PG-Jatiroto kan kekurangan tebu, jadi jika berbicara pabrik swasta
ini saya rasa memang perlu,'' imbuhnya.
Selain itu Ongkos giling tebu PG-Jatiroto
Lumajang yang lebih tinggi dari PG lain juga menjadi perhitungan sendiri bagi
para petani. “PG-Jatiroto
ongkos gilingnya 34% dari hasil perolehan panen petani tebu, sedangkan jika
digiling ke Kebon Agung Malang cuma 20% ongkosnya, ini kirim kesana jika
dihitung dengan transport, petani masih untung," pungkas Budi. (h)