Surabaya Newsweek - Memasuki musim hujan
seperti saat ini, air hujan yang tertampung dalam wadah bisa menjadi sarang
nyamuk dan menjadi penyebab terjangkitnya penyakit Demam Berdarah. Untuk itu,
Pemerintah Kota Surabaya menggelar Apel Gebyar Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD 2017,
Jumat (13/1/2017), di Lapangan Sememi Jaya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan,
kegiatan pemberantasan sarang nyamuk harus dilakukan secara kolektif
bersama-sama."Misalkan saya sudah bersih tidak ada sarang nyamuk, tapi
sebelah saya menampung air sarang nyamuk, itu akan sama saja," katanya
dalam sambutan Apel Gebyar PSN DBD, Jumat (13/1/2017).
Wali Kota mengatakan, pilihannya ada dua dalam
melakukan pemberantasan sarang nyamuk, yaitu malas atau rajin. Penyakit demam
berdarah, kata Wali Kota, bisa dicegah sejak awal. Apabila ada yang terjangkit
penyakit demam berdarah, berarti ada yang salah dengan tempat tersebut.
Selain itu, lingkungan yang sehat juga
berpengaruh terhadap masa depan anak. Risma memberikan contoh, apabila ayah
atau ibu pencari nafkah menjadi korban meninggal akibat DBD, lalu anak akan
bergantung ke siapa lagi.
"Tidak bisa hanya menekan masyarakat
saja, bisa saja anak-anak terkena di sekolah, gudang atau pabrik sekitarnya.
Jadi penyelesaian masalah ini harus kolektif, kita harus bersama," kata
Risma.
Oleh karena itu, Wali Kota meminta semua
elemen masyarakat untuk mau bergerak maju memberantas sarang nyamuk."Kita
tidak bisa menyuruh orang lain kalau kita tidak berbuat apa-apa. Kita yang
harus memulai. Jangan ada lagi tempat-tempat yang menampung air hujan
lagi," kata Wali Kota.
Wali Kota juga meminta masyarakat untuk
waspada agar tidak terkena demam berdarah. "Memasuki musim hujan ini harus
waspada, untuk itu saya ingatkan di awal seperti sekarang. Dulu ketika saya
ingatkan, angka penderita menurun. Oleh karena itu, saya mengingatkan lagi.
Saya yakin masyarakat Surabaya bisa," ujarnya.
Usai berfoto bersama dengan para pelajar,
Risma berharap, setelah adanya kegiatan di wilayah Sememi ini, Angka Bebas
Jentik (ABJ) bisa meningkat hingga 90 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Drg.
Febria Rachmanita menjelaskan, Angka Bebas Jentik (ABJ) ini diperoleh dari
jumlah penderita di wilayah tersebut, kemudian dibagi jumlah penderita total
dan dikalikan angka 100 persen. Hasilnya, merupakan nilai Angka Bebas Jentik
(ABJ).
"Apabila nilai ABJ tinggi, itu berarti
jumlah penderita di wilayah tersebut sendikit dan menunjukkan di wilayah itu
merupakan wilayah yang sehat," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya.
Kadinkes mengatakan, dipilihnya tempat ini
dalam Gebyar PSN DBD karena di wilayah ini, nilai ABJ hanya mencapai 59%.
Sedangkan standar nilai ABJ, idealnya berada di angka 95%.
"Dulu di Surabaya utara nilai ABJ-nya
juga sekitar 50%, tapi sekarang sudah 94%. Padahal Surabaya Utara paling susah
tapi saat ini sudah bisa," katanya. Untuk itu, Kadinkes juga mengimbau,
masy arakat harus mau seminggu sekali untuk melakukan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN).
"Semua harus bergerak, karena
kadang-kadang ada rumah-rumah dan kantor yang tidak mau dibuka. Padahal, kita
belum tahu disana ada jentik atau tidak," ujarnya.
Berdasarkan data yang dimiliki Dinas
Kesehatan Kota Surabaya, Kepala dinas kesehatan, drg. Febria Rachmanita
mengatakan, jumlah penderita DBD tahun 2015 mencapai 900 orang, sedangkan pada
tahun 2016 mengalami sedikit peningkatan mencapai 920 orang.
"Sebenarnya ada penurunan pada bulan
Januari hingga bulan September, namun kembali meningkat seiring memasuki musim
hujan di bulan Oktober hingga Desember kemarin," katanya.
Sementara itu, angka
kematian akibat penyakit Demam Berdarah, pada tahun 2015 mencapai 13 orang.
Pada tahun 2016 terjadi penurunan, jumlah orang meninggal akibat penyakit DBD
mencapai 7 orang saja. ( Ham )