BONDOWOSO –
Peringatan 7 tahun wafatnya KH. Abdurrahman Wahid atau yang lebih familiar dipanggil Gus Dur, dikemas dengan beranika
kegiatan. Haul Gus Dur ini layak digemakan, mengingat saat ini bangsa Indonesia
tengah menghadapi tantangan meningkatnya kebencian antara sesama muslim maupun
terhadap kelompok lain.
Nilai keislaman
yang diperjuangkan Gus Dur kini semakin relevan untuk digemakan kembali di
semua kota di seluruh Indonesia. Tak hanya dilingkungan keluarga besar Nahdatul
Ulama’ (NU) dan semua Pondok Pesantren di Indonesia, seluruh ummat islam di
Indonesia pun mengaji untuk mendiang tokoh yang melanjutkan tradisi para ulama’
ini.
Bahkan, Haul
Mantan Presiden Indonesia Ke-4 ini juga digelar di lingkungan Lembaga
Permasyarakatan (Lapas) kelas II B Kabupaten Bondowoso. mungkin ini pertama
kalinya dan satu-satunya di Indonesia, Lapas yang menggelar Haul Gus Dur dan Maulid
Nabi Muhammad SAW, dengan mengangkat tema Budaya Menulis Al-Quran yang diikuti
oleh seluruh narapidana.
Kalapas
Bondowoso, M. Hanafi kepada sejumlah wartawan usai kegiatan menyampaikan,
kegiatan tersebut merupakan bentuk apresiasi kepada mendiang tokoh Reformasih
Konstitusi dan Demokrasi KH. Abdurrahman Wahid yang selalu berpesan agar terus
menjaga keramah tamahan Bangsa Indonesia dan menjalin kerukunan antar umat
beragama.
Pemikiran Gus
Dur inilah yang membawa inspirasi bagi kami untuk terus menekuni pemikiran yang
mengajak masyarakat untuk mengedepankan Islam Moderat dan menghargai pluralisme
yang membawa pesan perdamaian. Oleh karena itu, pemikiran ini sedikit demi
sedikit kami tularkan kepada semua narapidana yang ada di Lapas kelas II B
Bondowoso, katanya.
Menurut Hanafi,
yang juga dikenal sebagai pengasuh Pondok Pesantren At-taubah timur Alun-alun Bondowoso
ini, ketokohan Gus Dur yang selalu mengajarkan masyarakat untuk saling
menghargai perbedaan patut dijadikan tauladan bagi semua pihak.
Berkaca dari
itulah kami sengaja mengajak seluruh Narapidana agar senangtiasa mencontoh dan
mentauladani pesan moral yang disampaikan Gus Dur. Tentunya pemahaman ini
nantinnya akan memberi perubahan mental dan spikologis para narapidana setelah
menyelesaikan masa hukumannya, tuturnya.
Mengimplementasikan
dalam dunia politik, Hanafi tidak menampik jika Gus Dur mengajarkan tentang
politik dan kekuasaan yang lebih mementingkan nilai-nilai kemanusian. Sehingga
dirinya berprinsip, kekuasaan dalam jabatan tidak perlu dipertahankan mati-matian.
Kalau kita tidak
berambisi untuk mempertahankan jabatan, dengan sendirinya hak demokrasi
masyarakat Bondowoso akan semakin luas dan mampu membentuk sistem politik yang
bisa menekan pemerintah menjadi parlemen yang bisa bekerjasama untuk menjamin
peningkatan pembangunan masyarakat di Bondowoso, katanya.
Sementara, dalam
kesempatan tersebut, Ketua Persaudaraan antar Guru Ngaji (Persada Agung), M.
Ayyub saiful Rijal mengatakan, kegiatan menulis Al-Quran yang diperawani oleh
Lapas Kelas II B Bondowoso perlu diterapkan di semua Lapas seluruh Indonesia.
Membangun karakter harus
dengan kebiasaan yang baik, seperti yang dilakukan sekarang dengan menulis
Al-Quran . dengan begitu para napi bisa menjadi manusia yang tetap tunduk kepada
aturan-aturan agama dan bisa kembali diterima di masyarakat, harapnya. (Tok)