BONDOWOSO –
Pihak Manajemen RSUD Koesnadi Bondowoso dianggap tidak becus dalam menjalankan
tugasnya. Bertahun-tahun keluhan para dokter spesialis kepada dr. Agus
Suwardjito sebagai Direktur RSUD Koesnadi Bondowoso untuk memperbaiki pelayanan
pasien tak pernah didengarkan.
Hasilnya,
saat ini seluruh dokter spesialis mengundurkan diri. Secara otomatis, hal ini
akan mengganggu operasional pelayanan kesehatan masyarakat di rumah sakit milik Pemkab.
Inilah 22 dokter spesialis yang mengundurkan diri
karena ketidakbecusan pihak manajemen RSUD Koesnadi Bonddowoso. 1. Dr. Andres Andrianto,
Sp. B (K) Onk, 2. Dr. Marzuki, Sp. M, 3. Dr. LP Sri Tresnasih, Sp. A, 4. Dr.
Gede Sumardana Sp. OG, 5. Dr. Rini Widyastuti, Sp. THT, 6. Dr. Kamilka Taufik
Sp. S, 7. Dr. DP Astiti Sudewi Sp. Rad, 8. Dr. Suharto Sp. PD, 9. Dr. Sudjono
kardis Sp. KJ, 10. Drg. Eka Widianto Sp. BM, 11. Dr. Gunawan Suratmadji Sp. PD,
12. Dr. Siti Haridah Sp. PA, 13 Dr. Wahyu Prabowo Sp. B, 14. Dr. Rina Setyowati
Sp. Ort. Mph, 15. Dr. Nurwahyuni Sp. JP, 16. Dr. Yus Priatna Sp. P, 17. Dr.
Puji Elmiasih SP. Pk, 18. Dr. Irma Kurniati Sp. KFR, 19. Dr. Karinda Dwiworo
Sp, OG, 20. Dr. Rudy Dewantara Sp, OT, 21. Dr. Yus Deny Sp. PD, 22. Dr. Dian
Eka Sp, AN.
Kepada Media Soerabaia Newsweek Dr. Andreas Andrianto mewakili seluruh dokter
spesialis menjelaskan, jika selama ini pihak manjemen rumah sakit , khususnya
Direktur Rumah Sakit, tak pernah menggubris keluhan dokter spesialis. Padahal
keluhan yang disampaikan semata-mata agar pelayanan kepada pasien semakin baik.
Sejak 4 tahun lalu,
kami, seluruh dokter spesialis memberi masukan ke pihak manajemen Rumah Sakit
untuk segera berbenah, mulai dari peralatan sampai pelayanan pasien. Karena
bagi kami para dokter, keselamatan pasien adalah yang paling utama, tegasnya.
Namun, kata Andreas, hal tersebut jauh dari harapan.
Seperti misal terkait alat-alat kesehatan yang tidak sesuai. Kita minta alat A
yang datang malah alat B. Akhirnya ya tidak sesuai, lanjutnya.Peralatan medis,
sambungnya, sangat penting untuk menunjang proses medis yang ada.
Memang
terbatasnya anggaran juga menjadi alasan membeli peralatan-peralatan kesehatan,
tetapi mebangun gedung IGD dengan dana Milyaran saja bisa. Dengan memiliki alat
perlengkapan kesehatan sesuai kebutuhan, itu sama saja merupakan investasi
dalam jangka waktu yang panjang.
Selain
itu, pihak rumah sakit
wajib menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan. Menyediakan sarana
dan prasarana medis sesuai dengan standar yang berlaku serta menjaga agar semua
sarana dan peralatan senantiasa dalam keadaan siap pakai. Bagai mana bisa
maksimal jika alatnya saja seperti itu, padahal kami para dokter wajib
memberikan pelayanan yang baik, lanjut Andreas.
Tak hanya itu, menariknya, di bulan Oktober kemarin, lampu di rumah sakit
tiba-tiba padam. Bahkan sebelumnya, kejadian ini terjadi berulang kali.
Bayangkan saja saat operasi berjalan, berdarah-darah, tiba-tiba lampu padam,
ini sangat mengganggu proses pelaksanaan operasi. Bahkan saat ditegur, pihak
manajemen malah saling tuding dengan jajarannya.
Parahnya, tidak ada solusi
saat itu padahal ini untuk keselamatan pasien, keluhnya.Entah mau dibawa kemana rumah sakit
jika terus berlangsung seperti ini, semakin tidak jelas arahnya, pihak manajemin
jalan sendiri, tanpa mau mendengarkan, imbuhnya.
Andreas menyampaikan telah melakukan pertemuan
antara seluruh dokter spesialis dengan Bupati Bondowoso. seluruh persoalan di
tubuh RSUD Koesnadi Bondowoso disampaikan dengan gamblang , namun sampai saat
ini, belum juga ada titik terang.
Kita
sudah menyampaikan hal ini ke Bupati,
beberapa waktu lalu di pendopo.
Tapi sampai saat ini belum ada respon. Selain
itu juga sudah menyampaikan ke DPRD Bondowoso jawaban Bupati hanya normatif
saja dan kita mengalami jalan buntu. Karena itu, seluruh dokter spesialis
sepakat untuk mengundurkan diri bersama-sama, ungkapnya.
Jawaban Bupati hanya sebatas akan kita pelajari,
akan diperbaiki komunikasi, kita berusaha tidak membuat kegaduhan, seperti itu
saja jawaban Bupati, kata Andreas meniru ucapan Bupati.Seluruh dokter menyadari
kalau Bupati tentunya punya pertimbangan-pertimbangan tertentu. Tapi, lanjut
Dr. Andreas, fakta di lapangan,
semakin lama kondisi semakin tidak terkendali di internal RSUD.
Karut marutnya persoalan
ini disebut-sebut karena Direktur RSUD sebagai pemegang kebijakan di rumah sakit tak mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal ini juga yang telah disampaikan kepada Bupati dan para anggota Dewan.”Kita ingin nahkoda yang
memang benar-benar bisa memimpin.
Seluruh dokter spesialis berharap kepada
Bupati agar segera mengganti nahkoda itu. Ini bukan untuk kepentingan dokter
spesialis semata, tapi memang untuk kepentingan pasien, mulai dari keselamatan,
keamanan dan mutu pelayanan kepada pasien yang memang harus ditingkatkan,” tegasnya.
Konsep kepemimpinan Direktur RSUD saat ini juga
dinilai lemah. Menurutnya, tidak jelas mau dibawa ke arah mana rumah sakit ini.
Harusnya lebih professional dan benar-benar ingin memajukan rumah sakit, bukan
hanya jalan ditempat seperti ini.
Meski 22 dokter
spesialis mengundurkan diri, namun Andreas memastikan seluruh dokter akan tetap
melayani pasien, kita tidak akan mengabaikan pasien, janjinya. Bagi mereka, tak ada
alasan untuk menolak pasien. Hal tersebut merupakan amanah yang wajib
dijalankan, tambahnya.
Di tempat terpisah Direktur RSUD Koesnadi, Dr.Agus
Suwardjito,M.Kes. Senin, (7/11) yang dihubungi untuk konfirmasi pemberitaan
terkait ‘ancaman’ pengunduran diri 22 dokter spesialis rumah sakit milik
Pemkab.Bondowoso ini tidak mau berkomentar. “Saya, no commen (tidak
berkomentar,red.), ” katanya singkat. (Tok)